Jakarta:(Globslnews.id)- Indonesia patut berbangga ketika Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) melalui Smesco Indonesia mampu memperluas akses pemasaran produk UMKM dan meningkatkan mutu produk makanan produksi dalam negeri, setelah dua UMKM binaan Smesco Indonesia sukses menembus pasar Eropa.
UMKM Agritek Desa Indonesia sebagai produsen kripik buah dan sayur organik asal Wonosobo, Jawa Tengah, serta UMKM Aristokrat Indonesia Global, asal Kebumen, Jawa Tengah, produsen keripik lanthing yang terbuat dari singkong telah memenuhi berbagai syarat mutlak produk layak konsumsi dan mendapatkan pesanan ekspor ke Eropa untuk memenuhi kebutuhan pasar makanan ringan.
Keberhasilan dua UMKM Smesco Indonesia untuk masuk dalam rantai pasok makanan ringan di Eropa merupakan hasil kerja sama KemenKopUKM dengan Program Promosi Impor Swiss (SIPPO) dalam kerangka kerja sama pembangunan ekonomi untuk memperkuat dan mempermudah integrasi para UMKM masuk ke dalam sistem perdagangan dunia.
“Indonesia memiliki keunggulan sebagai pemasok utama berbagai produk hasil pertanian tropis di pasar global, sehingga Smesco melihat adanya permintaan pasar global. Dengan latar belakang itulah kemudian Smesco menyeleksi para pelaku UMKM yang memiliki produk eksotis lokal Indonesia untuk pasar ekspor,” ucap Direktur Utama Smesco Indonesia Leonard Theosabrata, dalam rilisnya, di Jakarta, Sabtu (13/5).
Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki yang mendorong UKM agar berkontribusi dalam pasar ekspor sehingga target kontribusi ekspor produk UMKM Indonesia tahun 2024 dapat menembus 17 persen.
Program Promosi Impor Swiss atau SIPPO telah menyeleksi produsen produk UMKM mitra Smesco Indonesia sebanyak 431 UMKM terdaftar, lalu SIPPO dan tim kurasi Smesco menyaring sebanyak 111 UMKM yang memenuhi kriteria standar produksi produk dan pangan yang baik.
Pelaku UMKM tersebut tersebar di D.I Yogyakarta, Kulon Progo, Boyolali, Surabaya, Malang, dan Pasuruan dengan berbagai latar produk unggulan, di antaranya UMKM herbal dan jamu, UMKM produsen kecap manis kelapa, UMKM rempah vanilla, koperasi produsen gula kelapa semut, dan UMKM produsen tepung singkong.
“Setelah melalui proses kurasi produk yang ketat berstandar internasional, Program Promosi Impor Swiss atau SIPPO memilih UMKM Agritek Desa Indonesia sebagai produsen kripik buah dan sayur organik asal Wonosobo, Jawa Tengah, serta UMKM Aristokrat Indonesia Global, asal Kebumen, Jawa Tengah, produsen keripik lanthing yang terbuat dari singkong sebagai UMKM terpilih yang akan mendapatkan fasilitasi ekspor terintegrasi,” tuturnya.
Pasar Eropa khususnya Swiss memiliki standar keamanan pangan yang holistik dengan tingkat keamanan pangan tinggi, sehingga ini merupakan sebuah prestasi tersendiri bagi UMKM ketika produknya kini bisa menembus pasar Eropa. Setidaknya ada dua belas poin penilaian yang dilakukan oleh tim audit dari Program Promosi Impor Swiss yang menjadi acuan, apakah sebuah produk UMKM layak konsumsi dan aman.
Untuk pasar ekspor, UMKM utamanya kini harus memiliki sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point atau HACCP yaitu sebuah sistem berstandar internasional untuk memastikan keamanan produk pangan hasil produksi UMKM.
Program Promosi Impor Swiss menerapkan sistem seleksi independen yang sangat detil terhadap calon UMKM mitra terpilih, selain isu keamanan pangan, kebersihan ruang produksi dan originasi bahan baku, dampak sirkulasi ekonomi terhadap petani serta masyarakat sekitar menjadi poin yang sangat penting dalam proses seleksi.
“Keunggulan UMKM terpilih tersebut yakni tidak hanya sehat dan aman untuk dikonsumsi. Perbedaan signifikan ada di ekosistem bisnisnya yang berdampak terhadap peningkatan ekonomi petani, dengan komposisi setiap petani bukan hanya sebagai pemasok saja, namun juga menjadi bagian dari porsi pemilik saham, sehingga model bisnis UMKM seperti ini memberikan dampak peningkatan ekonomi berkesinambungan bagi petani dan masyarakat sekitar,” kata Leonard.(Jef)