Jakarta:(Globalnews id)- Koperasi Wanita (Kopwan) Srikandi, Purworejo, menjadi salah satu koperasi yang mampu
menembus pasar ekspor dengan produk turunan dari kelapa seperti gula semut atau gula kristal dan VCO (Virgin Covonut Oil).
Koperasi yang awalnya hanya bergerak di simpan pinjam (KSP) ini pun sejak 2020 sudah memiliki PT (Perseroan Terbatas ) dan meluncurkan produk terbarunya, berupa Coconut Nectar Syrup yang juga siap ekspor ke AS.
Ketua Kopwan Srikandi, Sri Susilowati SE mengakui, keberhasilan Kopwan Srikandi ini selain karena kegigihan para anggotanya, juga tak lepas dari dukungan perbankan,khususnya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI.
“BNI adalah bank pertama yang mendukung kami untuk berkembang lebih besar, dengan menfasilitasi pembiayaan untuk pembelian kantor Kopwan Srikandi. Awalnya kami kan ngontrak, namun karena didukung BNI, pada akhir 2015, kami bisa memiliki kantor sendiri,” ujar Sri Susilowati, Kamis (23/9/2021).
Tak hanya itu kata Sri, setahun kemudian tepatnya pada 2016, BNI juga menfasilitasi pembelian pabrik atau Central Processing Unit Kopwan Srikandi di Kelurahan Cangkrep Kidul Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. “Awalnya kami juga ngontrak, sekarang dengan memiliki pabrik sendiri, kami bisa lebih efisien dan percaya diri dalam produksi dan ekspansi bisnis,” ungkap Sri.
Sri pun mengakui selama berhubungan dengan BNI selama ini, pelayanan yang diberikan BNI sangatlah bagus dan mempermudah UMKM yang ingin maju berkembang.Komunikasinya bagus dan lancar. “Saat pandemi, kami juga diberikan pendampingan dan
bimbingan sekaligus mendapatkan relaksasi kredit dari BNI. BNI lah yang pertama kali membantu kami selaku UMKM yang ingin lebih maju dan berkembang,”tambahnya.
Awalnya LSM Kartinem
Sri Susilowati pun berkisah tentang uniknya Kopwan yang ia pimpin. Pada awalnya, Kopwan Srikandi adalah sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kartinem pada 2004, yang bergerak di bidang pemberdayaan perempuan dan anak.
Menurutnya, pemilihan nama Kartinem bukanlah tanpa alasan. Ada keinginan meneruskan perjuangan Kartini saat itu. “Awalnya memang akan dinamai Kartini, tetapi rasanya kok berat karena belum tentu bisa seperti Kartini, ” kenangnya.
Maka dipilihlah nama Kartinem yang menurutnya lebih memasyarakat. “Jadi memang inspirasi utama saya adalah Kartini. Beliau adalah anak bupati yang mau mengikhlaskan diri untuk berbakti,” imbuhnya.
Berkiprah di LSM tidaklah mudah. Untuk mendanai segala aktivitas organisasi, ia merogoh kantong pribadi. Inovasi pun muncul dengan mendirikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mitra Sejahtera yang bergerak di bidang produksi minyak goreng kelapa murni. Sri bercerita,
saat pertama jualan minyak goreng itu banyak tantangan. “Dengan telaten saya plastiki, keliling, menitipkan ke PKK, kelompok wanita dengan pembayaran bulan depannya,” ujarnya.
Berbarengan dengan pendirian KUB, Sri Susilowati pun menyiapkan satu wadah koperasi sebagai target, karena ia sadar, dengan memiliki Badan Hukum (BH) maka semakin mudah untuk berkembang.
Maka pada tahun 2007 menjadi pra koperasi dengan nama Srikandi. Saat itu baru bergerak di bidang simpan pinjam.
Upaya KSP Srikandi mengembangkan diri tidaklah mudah. Penuh perjuangan dan
kesabaran. Namun, berbekal tekad Susilowati, modal Rp 10 juta yang dimiliki mampu meyakinkan puluhan perempuan yang menjadi anggotanya.
“Saat itu saya pancing dengan Rp 10 juta. Saya berpikir bagaimana agar uang tersebut tidak habis dan akhirnya modal itu digulirkan untuk simpanan pokok anggota,” lanjutnya.
Budaya Menabung
Unit simpan pinjam berjalan. Untuk menjaga stabilitas koperasi, Sri mengajak seluruh anggota membudayakan menabung. Masing – masing anggota dihadiahi sebuah kaleng.
Dalam tiap pertemuan, tabungan dibuka dan dimanfaatkan untuk menyetor simpanan wajib Rp 2.000. Setiap bulannya rata-rata anggota dapat menabung Rp 20.000 sampai Rp 100.000. Bagi mereka tidak terasa, tabungan itu bisa untuk bayar simpanan wajib dan simpanan sukarela,” jelasnya.
Terobosan itu membuat modal koperasi semakin kuat, simpan pinjam sehat, jumlah anggota pun terus meningkat menjadi 208 orang. Kopwan Srikandi lalu merambah bidang produksi gula kristal, minyak goreng, dan VCO. “Setelah didorong oleh pemerintah, akhirnya kami
mengurus legalitas dan resmi berbadan hukum pada 2014,” jelas Sri.
Sejak saat itu Kopwan Srikandi memantapkan diri untuk menjadi agen pemberdayaan masyarakat berbasis sumber daya lokal. Selain konsentrasi mensejahterakan anggota, koperasi juga berorientasi memberdayakan para petani kelapa yang tersebar di sejumlah
kecamatan. Tidak hanya di Kabupaten Purworejo, melainkan juga Kabupaten Kebumen, Kabupaten Ciamis(Jawa Barat), Kabupaten cilacap dan Kabupaten Wonosobo. “Sekarang kami sudah memiliki 2.750 petani kelapa bersertifikasi Organik EU dan USDA-NOP,” jelasnya.
Ekspor meluas
Saat ini rata-rata per bulan Kopwan Srikandi dapat memproduksi 225 ton gula semut, 5 ton VCO, 10 ton minyak goreng dan Gula Kelapa Syrup 12 ton. Pemasarannya menjangkau berbagai wilayah di Indonesia dan mancanegara. Bersama Kopwan Srikandi, impian Sri
terwujud. Dalam waktu yang singkat, ribuan petani kelapa di berbagai kecamatan dan kabupaten, terberdayakan.
Produk-produk yang dihasilkan, berupa VCO dan gula semut pun mampu menembus pasar ekspor.Negara tujuan ekspor nya pun terus bertambah luas. Jika selama ini pasar Australia ,Srilanka, India, Rusia dan Belanda. Sementara di Benua Amerika juga mencapai Kanada.
Ekspornya dalam bentuk curah Dan tak lama lagi produk turunan dari kelapa ini masuk pasar Amerika Serikat, setelah merampungkan beberapa persyaratan administrasi untuk bisa masuk ke negeri Paman Sam.
“Saat ini kami sedang komunikasi ke USFDA (United Stated of Food and Drug
Administration -red) agar kami menjadi member Amazon yang akan menjualkan produk kami di pasar Amerika Serikat. Kami sudah impor botol sebanyak 28.500 buah, sehingga ketika ada pesanan kita sudah siap,” tambah Sri. (Jef)