SAMARINDA:(GLOBALNEWS.ID)-Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop dan UKM) dan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) melakukan road show ke berbagai daerah untuk melatih pelaku usaha mikro kecil (UKM) mengembangkan usahanya. Kali ini, sasaran untuk program pelatihan peningkatan kapabilitas sumber daya manusia (SDM) dari pelaku UKM adalah Kalimantan Timur (Kaltim).
Deputi Pengembangan SDM Kemenkop dan UKM, Rulli Nuryanto, mengatakan materi-materi pelatihan yang disampaikan kepada 450 peserta di Kaltim yaitu pelatihan kewirausahaan pelatihan vocational pelatihan perkoperasian. Kemudian konsultasi dan pemberkasan sertifikasi hak cipta produk KUMKM, sosialisasi dan bimbingan teknis dana bergulir LPDB-KUMKM, temu mitra KUKM produk unggulan di daerah, sosialisasi jabatan fungsional pengawas koperasi dan sosialisasi juknis pendampingan KUR Tahun 2019 serta temu konsultasi penguatan kemitraan usaha KUKM berbasis rantai / nilai pasok.
“Peserta saya lihat sangat antusias khususnya keterampilan teknis itu sesuai dengan kebutuhan di sini terutama untuk diversifikasi produk tenun Samarinda. Saya pikir itu akan sangat membantu pelaku UKM untuk meningkatkan kualitas produknya,” kata Rulli usai menghadiri pembukaan Pelatihan di Hotel Senyiur, Samarinda, Kaltim, Senin (15/7).
Dalam acara tersebut juga dihadiri oleh Ketua Umum Dekranas, Mufida Jusuf Kalla, Ketua Bidang Manajemen Usaha Dekranas, Bintang Puspayoga, Ketua Dekranasda Kaltim, Noorbaiti Isran Noor, dan pejabat tingkat eselon I Kemenkop UKM. Rulli menyatakan bahwa produk-produk UKM di Kaltim terutama di Samarinda sebenarnya sudah siap ekspor. Namun karena berbagai persoalan teknis dan lainnya hal itu belum dapat dilakukan.
“Kita harapkan dengan peningkatan kualitas produknya akan meningkatkan daya saing dan daya inovasi. Menurut saya, tinggal menambah sentuhan inovasi sendikit saja itu udah siap ekspor,” ulas dia.
Di tempat yang sama, Mufida Jusuf Kalla, menyatakan dukungan penuh Dekranas terhadap kemajuan UKM di seluruh Indonesia, termasuk di Kaltim. Menurutnya potensi produk-produk UKM di Kaltim sangat beragam. Terlebih dengan sumber bahan baku yang melimpah menjadi modal berharga bagi industri UKM di Kaltim.
Meski begitu, perlu ada upaya lanjutan berupa peningkatan kualitas, motif dan ragam produknya agar dapat lebih berdaya saing dan dapat memenuhi permintaan pasar. Oleh sebab itu dia berharap agar Dekranas di daerah aktif melakukan pendampingan dan juga pelatihan agar segala macam persoalan yang dihadapi oleh UKM di daerah dapat segera terpecahkan.
“Faktor yang menenetukan kerajinan adalah desian, makanya pelatihan desain jadi sangat penting karena trennya sangat cepat berubah. Peningkatan inovasi harus dilakukan dengan mempertahankan identitas nasional,” ujar Mufida.
Sementara itu, Bintang Puspayoga dalam sambutannya mengatakan pelatihan yang digelar tersebut sebagai bentuk sinergi dan tanggung jawab pemerintah dengan Dekranas dalam upaya mendorong daya saing UKM di Kaltim. Dikatakannya dalam acara tersebut juga dilakukan peyerahan secara simbolis Nomor Induk Koperasi (NIK), sertifikat HAKI dan merek produk UKM, bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR), penyerahan moda awal bagi wirausahawan pemula dan juga penyerahan dana bergulir.
“Semoga dengan fasilitasi oleh pemerintah tersebut dapat berikan kepastian usaha bagi UKM perajin sehingga usahanya bisa lebuh maju dan berkembang lagi,” kata dia.
Di tempat yang sama, Noorbaiti Isran Noor mengaku bersyukur wilayahnya mendapat perhatian dari pemerintah pusat khususnya Kemenkop dan UKM serta Dekranas. Dengan berbagai bantuan berupa pendampingan, pelatihan dan akses pembiayaan tersebut diharapkan menjadi pelecut bagi pelaku UKM di wilayahnya semakin meningkat. Dengan begitu tingkat kesejahteraan masyarakatnya juga akan lebih baik.
“Kalau gas akan habis, minyak akan habis, semua sumber daya alam akan habis, tetapi dengan peningkatan SDM itu justru akan terus bertambah dan nggak akan habis,” ujar dia.
Sementara itu, Silvi Widiati seorang perajin batik tangan asal Samarinda mengaku bersyukur lantaran menjadi salah satu peserta pelatihan. Banyak manfaat yang dia rasakan melalui pelatihan tersebut seperti bagaimana memasarkan produknya melalui jejaring media sosial dan juga internet. Dia berharap kedepannya ada kesempatan baginya bersama Ikatan Komunitas Batik Samarinda (IKBS) untuk melakukan studi banding di daerah lainnya agar dapat menjadi sumber referensi pengembangan produk batiknya.
“Harapannya saya ingin sama temen – temen yang kebetulan anggota komunitas untuk studi banding biar ada bayangan kami. Selama ini kalau di sini untuk membandingkannya agak susah harus membandingkannya dengan siapa,” jelas Silvi.
Hal yang sama juga disampaikan peserta pelatihan lainnya, Masitah seorang perajin Rajut dan kerajinan dari sampah daur ulang asal Tenggarong, Kaltim. Menurutnya, paska mengikuti pelatihan dia memiliki gambaran yang baru untuk mengembangkan usahanya. Teknik baru pemasaran yang efektif baik secara online atau offline diakuinya akan dipraktikkan setelah mengikuti pelatihan tersebut.
“Kita udah terbayang bagaimana kita akan pasarkan produk kita kedepannya, ternyata seperti itu langkahnya. Kan kalau selama ini kita masih amburadul kurang tertata,” pungkas Masitah.(jef)