JAKARTA:(Globalnews.id) Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga mengungkapkan tiga capaian besar yang dicapai jajarannya, di 2017.
Yaitu, kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) dari 1,7% menjadi 4,48%, rasio kewirausahaan dari 1,65% menjadi 3,1%, dan anak usaha koperasi (Kospin Jasa) yang mampu mencatatkan sahamnya di lantai bursa efek Indonesia.
“Itu beberapa hasil kongkrit dari bergulirnya program Reformasi Total Koperasi, seperti reorientasi koperasi dimana lebih memfokuskan pada kualitas koperasi ketimbang kuantitas, rehabilitasi koperasi dimana kita membenahi database, hingga pengembangan koperasi”, papar Puspayoga saat jumpa pers awal tahun terkait capaian kinerja 2017 dan rencana kerja 2018, di Jakarta, Jumat (5/1).
Oleh karena itu, lanjut Puspayoga, ke depan pihaknya akan terus memfokuskan program-programnya untuk lebih meningkatkan kontribusi koperasi terhadap PDB. Karena, meski ada peningkatan kontribusi koperasi pada PDB, namun dibanding negara lain masih terbilang rendah.
“Untuk mewujudkan itu kita tidak mungkin bekerja sendiri. Kita melakukan koordinasi dengan gerakan koperasi, Gubernur, Bupati, dan Walikota. Termasuk dengan pihak swasta”, imbuh Puspayoga.
Selain itu, Puspayoga pun mengatakan bahwa ada dua koperasi sebagai penyalur kredit usaha rakyat (KUR) di tahun 2018 ini, setelah Kospin Jasa (Pekalongan) lalu menyusul KSP Kopdit Obor Mas (Maumere, NTT).
“Ini bukti kongkrit koperasi berkualitas. Pasalnya, koperasi menjadi penyalur KUR tidaklah mudah. Tidak hanya harus sehat, melainkan harus mampu menyiapkan sistem online yang terkoneksi dengan Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan”, kata Puspayoga.
Ke depan, kata Puspayoga, serapan KUR akan lebih didorong ke sektor produktif. Sepanjang 2017, alokasi KUR ke sektor produktif sudah mencapai 45% dari target 40%. Tahun ini, akan lebih diperbesar lagi sekitar 50% alokasi ke sektor produktif.
“Untuk itu, kita akan lebih giat turun ke daerah agar masyarakat UKM lebih berani mengembangkan usahanya melalui pembiayaan KUR. Di sisi lain, kita juga akan mendorong perbankan penyalur KUR untuk lebih meningkatkan kucuran KUR ke sektor produktif, disamping perdagangan. Memang harus diakui bahwa bank lebih hati-hati menyalurkan ke sektor produktif terkait NPL. Sementara NPL di sektor perdagangan tercatat nol persen”, ungkap Puspayoga.
Hingga 31 Desember 2017 telah mencapai sebesar Rp95,56 triliun atau 89,6% dari target sebesar Rp106 triliun, yang disalurkan kepada 4.408.925 debitur melalui 36 lembaga keuangan penyalur KUR. “Bukan berarti target tidak tercapai. Tapi karena kita lebih memfokuskan penyaluran KUR di sektor produktif”, pungkas Puspayoga.(jef)