Kisah Echi sang Penyandang Disabilitas yang Terbebaskan Berkat Ekosistem Digital Bakti Kominfo

PEMBANGUNAN infrastruktur telekomunikasi tak hanya diukur secara fisik saja, namun juga bisa dirasakan manfaatnya oleh semua masyarakat, termasuk di daerah 3 T, juga masyarakat penyandang disabilitas atau mereka yang berkebutuhan khusus. Itu juga yang dilakukan BAKTI Kementrian Komunikasi dan Informatika (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kominfo).

Adalah Echi Pramitasari, remaja penyandang disabilitas menjadi salah satu sucsess story’ dari tugas yang diemban BAKTI Kominfo. Tak pernah terpikirkan di benak Echi suatu hari akan menjadi seorang disabilitas dari seseorang yang terlahir normal.Echi lahir dengan normal hingga suatu hari saat kelas 3 SMA di usianya yang 17 tahun mengalami kecelakaan saat menaiki sepeda motor di Bandar Lampung, kota kelahirannya.

Echi pun langsung dilarikan ke Rumah Sakit Swasta yang kemudian dirinya dirujuk ke RSCM untuk mendapatkan perawatan intensif karena mengalami cidera di bagian tukang belakang.

Oleh dokter, Echi didiagnosis mengalami Paraglepia yang mengakibatkan dua alat geraknya yaitu bagian kakinya mengalami hambatan. Dari cedera itu kaki Echi tidak dapat digerakan lagi. Echi pun mengaku mengalami mati rasa di sekujur kakinya.

Kini terdapat cincin yang dipasang di tulang punggungnya yang tertanam seumur hidup untuk menopang alat geraknya. Echi pun terpaksa harus menggunakan kursi roda untuk membantunya bergerak dan beraktivitas.

Namun semua itu tak menghalangi Echi untuk terbebas dari semua kendala fisik, ketika Echi mengikuti Program BAKTI Kominfo bagi penyandang disabilitas. Echi Pramitasari, kini menjadi seorang aktivis disabilitas sekaligus Ketua ParaDifa, sebuah organisasi yang bergerak di bidang pengembangan dan pemberdayaan kompetensi kerja penyadang disabilitas berbasis TIK. Echi yang seorang disable fisik akibat kecelakaan di usia remaja ini tidak hanya terlibat sebagai peserta, tapi ia juga menambah kemampuan sebagai instruktur lewat pelatihan yang diwadahi oleh BAKTI Kominfo ini.
Kolaborasi ParaDifa dan BAKTI yang dilakukan tahun 2020 lalu berhasil menjangkau 1.790 rekan-rekan disabilitas dari seluruh Indonesia secara daring, termasuk mereka yang tinggal di daerah 3T sebanyak 256 peserta. Para disable dari semua ragam disabilitas (fisik, sensorik, mental, dan intelektual) diberi pelatihan dan uji kompetensi TIK pada program Office, desain, e-commerce, Google Sheet, dan Google Form.

Echi berharap ke depannya masyarakat dapat mengakui kelebihan dan kompetensi rekan-rekan disabilitas sehingga tidak terkotak-kotakan di bidang pekerjaan tertentu saja. Sebab, di tengah keterbatasan yang ada, mereka pun memiliki kemampuan yang sama dengan masyarakat non disabilitas lain. “Yang paling dibutuhkan adalah kesempatan dan dilibatkan dalam berbagai kegiatan sehingga masyarakat juga mengenal kami. Para disable juga perlu menunjukan dirinya kalau mereka bisa, mereka mampu, dan mereka ada,” tambahnya.

Bermanfaat Bagi Semua

Kadiv Perencanaan Strategis BAKTI Kominfo Yulis Widyo Marfiah mengatakan, penyediaan fasilitas infrastruktur telekomunikasi di daerah 3T ( terdepan, terluar, tertinggal) untuk mencapai transformasi digital di Indonesia merupakan tugas pokok BAKTI Kementerian Komunikasi dan Informatika (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi – Kominfo). Tahun 2021-2022 ini menjadi tahun pembangunan fisik dimana sebanyak 7.904 desa/kelurahan yang belum terjangkau internet akan menikmati sinyal 4G.

Tapi kinerjanya tidak sebatas pembangunan fisik semata, BAKTI Kominfo ingin memastikan bahwa apa yang dibangun benar-benar bermanfaat. Hendaknya kehadiran internet dapat digunakan secara positif oleh seluruh lapisan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan lewat ekonomi digital ke seluruh pelosok Indonesia.

Guna mencapai itu semua dibangunlah Ekosistem Digital guna mempersiapkan sumber daya manusia di daerah-daerah 3T agar siap dan mampu menggunakan fasilitas yang ada. Berbagai program pelatihan dilakukan baik di sektor pendidikan, pariwisata, kesehatan, dan di sektor publik. Masyarakat di daerah 3T dapat menikmati program tersebut secara gratis, termasuk juga bagi mereka yang berkebutuhan khusus atau para penyandang disabilitas.

“Semua program tersebut terbuka untuk umum, termasuk bagi rekan-rekan disabilitas, meski BAKTI juga menyediakan pelatihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khusus bagi para disable. Di daerah 3T banyak program pelatihan dan terbuka untuk siapa saja. Rekan-rekan disable bisa mengikuti dengan menyesuaikan pada minat dan kemampuannya. Saat ini bisa ikut pelatihan melalui daring dan akan memperoleh sertifikat SKKNI yang dapat dipakai untuk referensi bekerja,” jelas Yulis, dalam webinar di Jakarta Rabu (6/11/2021).

Hal tersebut seiring dengan agenda percepatan Transformasi Digital Nasional. Menteri Kominfo Johnny G Plate memang memberi perhatian khusus kepada kaum difabel dengan mendukung adopsi teknologi sehingga dapat meminimalisir ataupun menghilangkan keterbatasan sosial yang ada. Sebab, berdasar data BPS tahun 2020 hanya 34,89% penduduk disabilitas yang menggunakan ponsel dan laptop, serta hanya 8,5% yang memanfaatkan internet dari total 22,5 juta penduduk disabilitas di Indonesia.

Jadi, lewat ekosistem digital, BAKTI Kominfo tidak hanya berbagi ilmu, namun juga meningkatkan kualitas mental mereka. Para penyandang disabilitas ini diajak untuk berkarya dan mampu memperluas jaringan yang dapat menambah modal untuk bisa berdiri sendiri, tidak berbeda dengan mereka yang non disabilitas. (Jef)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.