Meski SDM Terbatas, Namun Banyak Koperasi Berkualitas


JAKARTA:(Globalnews.id)- Bila hasil pembangunan tidak diketahui dan diekspos ke masyarakat, maka tidak akan diketahui apa hasil yang sudah dikerjakan pemerintah. Bahkan, bila tidak ada ekspos, bukan tidak mungkin ada kalangan yang menganggap pemerintah tidak bekerja. “Oleh karena itu, tugas Humas di lembaga dan kementerian yang tergabung dalam Bakohumas, yang harus melakukan ekspos atas apa yang sudah dikerjakan pemerintah dan sampai dimana hasilnya”, kata Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram, pada acara Forum Tematik Bakohumas “Peran Koperasi Dalam Inovasi Peningkatan Pemerataan Ekonomi”, di Jakarta, Selasa (5/9).

Di acara yang dihadiri para Humas dari lembaga dan kementerian, Agus juga berharap agar Bakohumas bisa mensosialisasikan hasil dari program-program Kemenkop dan UKM, diantaranya mengangkat ke permukaan koperasi-koperasi berkualitas yang ada di seluruh Indonesia. “Lewat ekspos koperasi berkualitas, maka akan mengubah persepsi buruk masyarakat terhadap koperasi. Selama ini banyak yang berpersepsi bahwa koperasi itu miskin, kumuh, dan kuno. Padahal, tak sedikit juga koperasi berkualitas yang dikelola secara manajemen moderen hingga mampu menghasilkan aset dan omzet triliunan rupiah”, papar Agus.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Bakohumas Pusat Rosalita Niken Widiastuti mengamini pernyataan Agus. Pasalnya, kata Rosalita, informasi yang banyak muncul ke tengah masyarakat justru terkait koperasi-koperasi abal-abal yang merugikan masyarakat, alias Bad News is Good News. “Ternyata, kalau koperasi dikelola dengan baik dan benar juga kreatif, bisa menjadi besar dan mampu memberikan nilai manfaat untuk masyarakat. Koperasi-koperasi berkualitas itulah yang harus kita ekspos secara terus-menerus di tengah masyarakat”, jelas Rosalita yang juga sebagai Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo.

Forum ini juga menghadirkan empat nara sumber, diantaranya Deputi Bidang Kelembagaan Kemenkop dan UKM Meliadi Sembiring, Ketua Kospin Jasa Andi Arslan, Ketua Pengawas Koperasi Sejahtera Bersama (KSB) Iwan Setiawan, dan Wakil Ketua I Koperasi Telekomunikasi Seluler (K-Sel) Teddy Indra Permana.

Meliadi menyebutkan, koperasi harus terus digaungkan karena hanya dengan berkoperasi bisa mengurangi gap antara yang kaya dan miskin. “Apalagi, saat ini kita sudah menggulirkan Reformasi Total Koperasi, dimana nantinya hanya akan muncul koperasi yang berkualitas. Akan ada perubahan paradigma, jumlah koperasi boleh menurun tapi dengan kualitas yang meningkat”, tandas Meliadi.

Meliadi yakin koperasi bisa tumbuh bagus karena Indonesia memiliki potensi seperti sumber daya alam melimpah, SDM usia produktif, dan sosial budaya gotong-royong yang diusung koperasi. “Kita sedang kembangkan jaringan usaha antar koperasi agar koperasi semakin memiliki daya saing agar lebih kompetitif”, imbuh dia.

Hanya saja, Meliadi mengakui bahwa banyak koperasi bagus dan berkualitas yang enggan diekspos untuk diketahui khalayak. “Mereka lebih memilih bersembunyi ketimbang muncul karena takut pajak. Karena salah satu masalah yang dihadapi koperasi adalah penerapan pajak ganda. Di beberapa negara malahan koperasi sudah dibebaskan dari pajak. Ini yang akan terus kami perjuangkan”, kata Meliadi lagi.

Koperasi Berkualitas

Sementara Ketua Pengawas Koperasi Sejahtera Bersama (KSB) Iwan Setiawan memaparkan bahwa saat ini Rapat Anggota Tahunan (RAT) koperasi sudah bisa dilakukan secara online. “Ketika jumlah anggota semakin meningkat, maka RAT online bisa dilakukan agar efektif dan efisien. Hasil RAT lebih berkualitas, dari sisi biaya pun jauh lebih murah. Bila RAT konvensional bisa menghabiskan dana Rp2 miliar, maka dengan RAT elektronik hanya Rp200 juta. Dana itu bisa dialokasikan untuk hal lain yang lebih bermanfaat, misalnya pendidikan anggota”, ungkap Iwan.

Selain efisiensi biaya, lanjut Iwan, tingkat partisipasi anggota dalam RAT elektronik juga tinggi, di kisaran 78%. “Anggota juga bisa detail membaca laporan pengurus dan pengawas. Masukan dari anggota juga banyak. Dan kita masuk MURI sebagai koperasi pertama di Indonesia yang melakukan RAT secara online”, tukas Iwan dengan bangga.

Pembicara lain, Wakil Ketua I Koperasi Telekomunikasi Seluler (K-Sel) Teddy Indra Permana menjelaskan, pihaknya terus melakukan inovasi bisnis agar kinerja meningkat dan tidak monoton. Anggota koperasi karyawan Telkomsel ini sudah mencapai 8000 orang. “Untuk itu, kita tidak bisa jalan sendiri, melainkan harus menjalin kemitraan dengan pihak lain”, kata Teddy.

Saat ini, kata Teddy, K-Sel yang sudah berdiri sejak 1996, sudah memiliki lima anak usaha berbentuk PT. Bidang usahanya adalah outsourcing karyawan Telkomsel, pembangunan infrastruktur (BTS), building management, juga MiCE. “Memang, 90% usaha kita masih internal dari Telkomsel sebagai induk. Tapi, tahun depan, kita akan bergerak ke luar juga, berkembang ke luar dari core business kita selama ini”, kata Teddy lagi.

Sedangkan Ketua Kospin Jasa Andi Arslan memaparkan bahwa sejak berdiri pada 1973 dengan modal Rp14 juta, kini Kospin sudah mengantungi pendapatan Rp7,3 triliun. “Kita menjadi besar dan kuat karena tetap mempertahankan komposisi sejarahnya, yaitu dari etnis pribumi, Arab, dan Cina. Ini menjadi kekuatan Kospin Jasa sampai saat ini”, kata Andi.

Andi pun mengungkapkan kiat-kiat Kospin Jasa menjadi besar. Pertama, masalah SDM. Dimana di Kospin melakukan rekrutmen dengan baik, penempatan yang tepat, hingga diklat yang rutin. Kedua, memiliki jaringan yang luas, dimana Kospin akan membuka cabang mendekati lokasi dari usahanya milik anggota.

Ketiga, berbasis IT. Dimana Kospin saat ini sudah memiliki ATM dan mBanking untuk pembayaran-pembayaran. Keempat, menciptakan produk sesuai dan berbasis kebutuhan anggota. “Kelima, yang tak kalah penting adalah loyalitas anggota. Dengan pendekatan kekeluargaan, kultural, dan juga manfaat. Kospin Jasa selalu bicara kualitas terhadap anggota”, pungkas Andi. (jef)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.