Arsip Tag: Koperasi pangan modern

KemenKopUKM Jadikan Sulsel Sebagai Model Pengembangan Koperasi Moderen Sektor Pangan

Makasar:(Globalnews.id) – Kementerian Koperasi dan UKM terus menyiapkan koperasi-koperasi yang bergerak di sektor pangan untuk ketahanan pangan nasional.

Di Makassar, misalnya, KemenKopUKM melakukan pertemuan terbatas dengan beberapa Kepala Dinas Koperasi dan UMKM se-Provinsi Sulawesi Selatan serta Gerakan Koperasi di Kantor Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sulawesi Selatan, di Makassar, beberapa hari lalu.

Dalam forum tersebut, seluruh Kepala Dinas Kabupaten menyampaikan potensi daerah masing-masing. Sehingga, forum tersebut menyimpulkan ada tiga komoditas unggulan yang akan dikembangkan dan menjadi pemodelan di Provinsi Sulawesi Selatan. Yakni, rumput laut, perikanan, dan beras, yang seluruhnya dikelola koperasi.

Dalam pertemuan tersebut, Deputi Bidang Perkoperasian KemenKopUKM Ahmad Zabadi menekankan bahwa koperasi harus menjadi entitas bisnis modern yang mampu memberikan kesejahteraan kepada anggota.

“Provinsi Sulawesi Selatan salah satu sentra penghasil rumput laut. Dan Kosperindo sudah menjadi agregator serta sudah melakukan ekspor,” ucap Zabadi.

Didampingi Asisten Deputi Pengembangan SDM dan Jabatan Fungsional KemenKopUKM M Nasrun Siagian, Zabadi mengungkapkan bahwa Koperasi Serikat Pekerja Merdeka Indonesia (Kospermindo) yang telah membangun jejaring kemitraan dengan delapan koperasi. Yaitu, Koperasi Makkio Dalle (Kabupaten Takalar), KSU Salabose (Jeneponto), Koperasi Nelayan Salabose (Jeneponto), Koperasi Nelayan Sipatuwo (Bantaeng), KSU Tani Utama (Bone), Koperasi Perikanan Tunas Baru (Luwu Timur), KUD Tamalate (Pangkep), dan Koperasi Tanjung Harapan Sejahtera (Nunukan, Kaltara).

Untuk perikanan tangkap dan budidaya, potensinya sangat besar. Dan juga pertanian di Kabupaten Wajo, salah satu KUD di Kabupaten Wajo, sudah lama bekerjasama dengan Dolog setempat sebagai penyuplai beras kebutuhan Dolog, serta juga menjadi distributor pupuk terhadap petani.

“Atas dasar itulah, kami menetapkan Sulawesi Selatan sebagai model untuk tiga komoditas pangan yang dikelola oleh koperasi,” ujar Zabadi.

Dalam kesempatan itu, Zabadi berkesempatan melihat langsung pergudangan rumput laut, dan muat barang ke kontainer untuk ekspor ke China.

Ketua Kospermindo Arman Arfah mengatakan bahwa Kospermindo sebagai koperasi pemasaran dan penjamin pasar, sekaligus merintis kegiatan pengolahan rumput laut pabrikasi. Juga, kegiatan pengolahan pembuatan mie instan rumput laut, serta kue donat agar rumput laut dapat memberikan kontribusi pada bangsa sebagai salah satu sumber ketahanan pangan.

Presentase masyarakat yang terlibat dalam produksi rumput laut sekitar 50 ribu orang petani yang memproduksi rumput laut. Sedangkan yang tergabung dengan keanggotaan Kospermindo baru sebanyak 2000 orang.

“Dalam perkembangannya, Kospermindo membangun jejaring kemitraan dalam rangkaian mitra bisnis usaha koperasi dengan 8 koperasi,” kata Arman.

Adapun tugas Kospermindo adalah sebagai supply chain, dengan nilai tambah yang diperoleh koperasi yaitu menjamin kepastian produksi koperasi ada pasar yang menampung produksi mereka.

“Pasar pertama adalah Kospermindo sendiri sebagai offtaker termasuk pengembangan resi gudang Kospermindo sebagai pengelola resi jadi offtaker dari semua barang yang ada dalam resi,” jelas Arman.

Aspek nilai tambah kedua adalah menciptakan jejaring yang kuat diantara mereka agar tumbuh kesadaran berkoperasi.

Terkait dengan kebutuhan pembiayaan diperankan dari 2 sisi satu koperasi dapat berperan sebagai avalis pembiayaan on farm, kedua sebagai entitas bisnis kosporindo sebagai aggregator.

“Market rumput laut Kospermindo adalah China dan dan pasar domestik ke PT Agarindo,” imbuh Arman seraya menyebutkan, untuk pemasaran Kospermindo rata-rata 3 kontainer perminggu. Dimana 1 kontainer memuat 25 ton rumput laut.

Pada minggu ini, mereka mengirim 7 kontainer. “Ke depan, Kospermindo mencoba mengembangkan satu pola bagaimana pengelola mendorong dan mencari investor yang bisa menumbuhkan industri-industri rumput laut,” tukas Arman.

Perkuat PPKL

Sementara itu, dalam mewujudkan 150 koperasi modern pada 2022 ini, Kementerian Koperasi dan UKM akan memfokuskan dalam pengembangan koperasi sektor rill, khususnya koperasi pangan seperti pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan.

“Untuk itu saya minta Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL) mengidentifikasi dan melakukan kurasi terhadap koperasi sektor rill untuk dikembangkan menjadi koperasi modern. Dan saya minta menyiapkan profiling koperasi sektor rill di wilayah masing-masing dan proses bisnisnya,” kata Deputi Bidang Perkoperasian KemenkopUKM Ahmad Zabadi, pada acara pelatihan yang diselenggarakan Asisten Deputi Pengembangan SDM dan Jabatan Fungsional, di Makassar, Sulawesi Selatan.

Zabadi menambahkan, PPKL diangkat dalam upaya pendampingan kepada koperasi untuk lebih profesional dalam penerapan Good Cooperative Governance (GCG), dan melakukan pembinaan kepada koperasi agar masuk dalam ekosistem digital. Baik digital dalam pemasaran produk, digitalitasi pencatatan dan penyediaan laporan keuangan, serta akses pembiayaan.

“Untuk itulah peran PPKL hadir di tengah-tengah masyarakat, dengan memberikan literasi kepada masyarakat. Terutama, manfaat yang didapatkan jika masyarakat mau menjadi anggota koperasi,” jelas Zabadi.

Tugas tambahan PPKL adalah identifikasi dan pendataan produk-produk koperasi yang layak untuk didaftarkan dalam laman e-katalog LKPP, mengingat anggaran kementerian/lembaga dan BUMN 40 persen dibelanjakannya untuk produk Koperasi dan UMKM.

Zabadi menambahkan, SDM koperasi diberikan pelatihan untuk dapat meningkatkan profesionalitas, penguatan takelola dan manajerial, keuangan, serta bisnis koperasi.

“Koperasi kita bekali agar menjadi koperasi modern melalui beberapa strategi,” tandas Zabadi.

Diantaranya, pengembangan model bisnis koperasi melalui korporatisasi pangan, pengembangan Factory Sharing dengan kemitraan terbuka agar terhubung dalam rantai pasok, serta pengembangan Koperasi Multi Pihak.

Tak ketinggalan adalah Digitalisasi Koperasi, menciptakan model/pola baru koperasi yang relevan dengan perkembangan zaman, tuntutan perubahan socio-budaya, dan kebutuhan model bisnis.

Untuk itu, lanjut Zabadi, pemerintah telah menerbitkan Permenkop dan UKM No. 8 Tahun 2021 tentang Koperasi dengan Model Multi Pihak.

Ada juga pengembangan koperasi melalui oemekaran/Spin-Off Koperasi, sebagai bentuk perluasan usaha sesuai kebutuhan anggota dan pemanfaatan dana lebih koperasi.

“Koperasi juga didorong membentuk konsorsium bisnis, seperti patugangan membangun SPBU, Rumah Sakit, pabrik Kelapa Sawit,” papar Zabadi.

Dalam kesempatan yang sama, Asisten Deputi Pengembangan SDM dan Jabatan Fungsional Nasrun Siagian menekankan pentingnya penyelenggaraan pelatihan seperti ini kepada pengurus, pengelola dan anggota koperasi serta Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan, adalah untuk memberikan edukasi yang benar kepada masyarakat terhadap koperasi.

“Karena, tantangan utama dalam pengembangan koperasi di Indonesia adalah rendahnya minat masyarakat berkoperasi. Masyarakat masih kerap memandang koperasi sebagai lembaga yang kurang terpercaya,” pungkas Nasrun.(Jef)

Dengan Koperasi Obor Mas, LPDB-KUMKM Dukung Penuh Program Ketahanan Pangan di NTT

NTT (Globalnews.id)- Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM) siap mendukung penuh program ketahanan pangan melalui koperasi di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo mengatakan, LPDB- KUMKM tengah diberikan target oleh Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki untuk menyalurkan pembiayaan dana bergulir kepada koperasi sektor rill sebanyak 40 persen dari target total penyaluran tahun 2022 sebesar Rp1,8 triliun.

Menurut Supomo, dengan target penyaluran kepada koperasi sektor riil sebesar 40 persen, saat ini LPDB-KUMKM tengah gencar terlibat dan sinergi program ketahanan pangan melalui koperasi.

“LPDB-KUMKM sekarang diberikan amanah oleh pemerintah untuk terlibat dalam program ketahanan pangan seperti pertanian, peternakan, dan perikanan,” ujar Supomo di Kabupaten Sikka, Provinsi NTT, Sabtu (14/3/2022).

Seperti di Kabupaten Sikka, Provinsi NTT, LPDB-KUMKM bersama dengan pemerintah daerah dan KSP Kopdit Obor Mas tengah mengembangkan program ketahanan pangan berbasis koperasi, selain untuk menjaga kebutuhan pangan tercukupi dengan produksi hasil sendiri, program ini juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Indonesia ini negara kepualauan yang luas, akses logistik tentu akan memakan biaya, jika kebutuhan pangan tercukupi dari wilayah NTT sendiri dan tidak tergantung daerah lain, akan sangat baik, selain dari sisi harga murah, juga bisa memberikan dampak ekonomi berupa kesejahteraan,” kata Supomo.

Dalam kunjungan ke Kabupaten Sikka, Provinsi NTT, Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo bersama dengan Direktur Bisnis LPDB-KUMKM Krisdianto juga melakukan diskusi dengan Wakil Bupati Kabupaten Sikka, Kopdit Obor Mas, Dinas Pedagangan, Koperasi dan UKM, Dinas Pertanian dan Dinas Kelautan dan Perikanan serta para pelaku UMKM di Kabupaten Sikka untuk membuat dan mewujudkan ekosistem bisnis yang mendukung ketahan pangan.

“Ayo bersama-sama kita kolaborasi munculkan komoditi unggulan dahulu, pasti kami support, pengembangan bisnis era sekarang ini sangat diperlukan, LPDB-KUMKM siap mensupport, siap mendampingi semuanya, LPDB-KUMKM tidak memberikan janji, tetapi kami memberikan bukti,” tambah Supomo.

Supomo menyakini, sebagai koperasi yang sudah berpengalaman di Indonesia Timur, KSP Kopdit Obor Mas akan mampu mendukung program ketahanan pangan yang digulirkan oleh pemerintah.

“Alhamdulillah-nya Kopdit Obor Mas ini ada di Indonesia Timur, jadi ini pengembangan inovasi dan kreativitas yang sangat baik dengan tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bersama-sama LPDB-KUMKM pasti kita akan dukung, karena memang ketahanan pangan inilah andalan di Indonesia,” jelas Supomo.

*Pastikan Dana Bergulir Tepat Sasaran*

Tak hanya itu, Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo juga melakukan kunjungan kepada anggota-anggota KSP Kopdit Obor Mas yang memiliki usaha sektor pertanian, dan peternakan.

Kunjungan tersebut dalam rangka memastikan penyaluran dana bergulir sesuai dengan prinsip Tri Sukses yakni Sukses Penyaluran, Sukses Pemanfaatan, dan Sukses Pengembalian yang telah disalurkan kepada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kopdit Obor Mas, dan juga mendorong terwujudnya program ketahanan pangan melalui koperasi di wilayah NTT.

Seperti anggota KSP Kopdit Obor Mas KCU Ende, Marselinus Doa yang memiliki usaha pada sektor peternakan dan pertanian mengatakan, pihaknya sebagai pelaku usaha merasa terbantu dengan pembiayaan dari KSP Kopdit Obor Mas dalam mengembangkan usahanya.

“Saya sangat berterimakasih karena kami orang di desa bisa dapat pembiayaan untuk kembangkan usaha. Melalui usaha ini saya bisa kembalikan pinjaman, buka lapangan kerja untuk orang lain dan ongkos anak sekolah,” ujar Marselinus.

General Manager (GM) KSP Kopdit Obor Mas, Leonardus Frediyanto mengatakan, hingga saat ini non performing loan (NPL) untuk pembiayaan LPDB-KUMKM yang disalurkan oleh KSP Kopdit Obor Mas masih nol persen. Artinya semua anggota yang memanfatkan dana bergulir masih lancar mengembalikannya.

“Anggota yang pinjam uang betul- betul menggunakan usaha produktif, uang tetap berputar dan target kita untuk meningkatkan kesejahteraan anggota tercapai,” pungkasnya.(Jef)

KemenkopUKM Terus Perkokoh Koperasi Pangan Modern

Jakarta:(Globalnews.id)- Kementerian Koperasi dan UKM terus melakukan pengembangan koperasi sektor riil, khususnya koperasi pangan. Pengembangan koperasi pangan menuju koperasi modern diintervensi melalui berbagai pelatihan untuk meningkatkan kompetensi SDM, manajemen, kualitas produksi, akses pasar dan penguatan kelembagaan.
Dua koperasi pangan, yakni Koperasi Tani Hijau Makmur di Tanggamus, Kabupaten Pringsewu, Lampung dan Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq Ciwidew, Bandung, Pondok Pesantren Al Ittifaq menjadi sasaran untuk mendapat bimbingan teknis dan pelatihan dari Deputi Perkoperasian KemenkopUKM, untuk penguatan koperasi tersebut.

Deputi Bidang Perkoperasian KemenkopUKM Ahmad Zabadi mengatakan Koperasi Tani Hijau Makmur mengonsolidasikan sekitar 300 petani pisang mas di Tanggamus dengan luas lahan kurang lebih 2000 ha.

Koperasi sudah terhubung dengan off taker, yakni PT Great Giant Pineaple (GGP) dan seluruh hasil produksi petani pisang akan dibeli oleh PT GGP lewat Koperasi Hijau Tani Makmur sebagai agregator. Pisang mas tersebut diekspor antara lain ke Jepang, Taiwan, Australia dan lain-lain.

“Koperasi ini memiliki prospek yang bagus, tinggal memperkuat kelembagaan dan tatakelola koperasinya,” kata Zabadi.

Sementara itu, Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq Ciwidew, Bandung, Pondok Pesantren Al Ittifaq, mengembangkan usaha sektor agribisnis dan peternakan, dan telah mengkonsolidasikan beberapa pondok-pondok pesantren di Jawa Barat.

“KemenkopUKM melihat Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq dapat dijadikan piloting dan role model pengembangan ekonomi berbasis pondok pesantren,” kata Zabadi.

Dikatakan, Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq dapat menjadi tempat studi banding oleh ponpes-ponpes di Indonesia, karena pengelolaan bisnisnya sudah modern dan telah terhubung dengan off taker. Koperasi Al Ittifaq sebagai role model, dan menjadi agen perubahan (agent of change) di wilayah Jawa Barat, dan juga memotivasi santri menjadi santri preneur. Ponpes seperti ini akan melahirkan banyak santri-santri preneur, dengan memilki multi talenta yakni sebagai ulama dan sebagai entrepreneur.

Deputi Bidang Perkoperasian telah melakukan intervesi untuk memantapkan positioning Kopontren Al Ittifaq menjadi terdepan dalam pengembangan ekonomi umat. Untuk itu, KemenkopUKM melakukan FGD terkait Penguatan Kelembagaan dan Pemetaan Potensi Ekonomi Pondok Pesantren; Peningkatan Produktivas Pengembangan Kemitraan dan Rantai Pasok; Pengembangan Koperasi melalui Merger dan Amalgamasi.

Zabadi mengatakan koperasi sektor ril yang berbasis komunitas akan memberi warna baru dalam perekonomian nasional, dan akan menorehkan catatan bagus dalam daftar koperasi pangan modern di Indonesia. Untuk pendanaan Kementerian dapat mendorong LPDB-KUMKM, dan menghubungkan dengan lembaga perbankan, dan membangun kemitraan dengan perusahaan besar itu menjadi sangat penting yang harus dilakukan koperasi sektor ril dalam pengembangan bisnisnya.(Jef)