Arsip Tag: Kuda pacu

Menteri Teten Sebut Tradisi Pacu Kuda Khas Gayo Miliki Potensi Ekonomi Bagi UMKM


Takengon, Aceh Tengah:(Globslnews.id)- Pacuan kuda di Takengon yang sudah ada sejak jaman kolonial Belanda, diselenggarakan setelah panen hasil pertanian. Pacuan Tradisional Gayo diselenggarakan dua kali setiap tahunnya di Kabupaten Aceh Tengah. Yaitu, pada Februari memperingati HUT Kota Takengon dan September memperingati HUT Kemerdekaan RI.

“Tradisi seperti ini penting untuk terus dipelihara dan dikembangkan. Pasalnya, ajang semacam ini, selain menarik minat pariwisata, juga peluang bagi pemasaran produk UMKM khas Takengon,” ungkap Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, saat menyaksikan Tradisi Pacu Kuda di lapangan Pacuan Kuda HM Hasan Gayo, Belang Bebangka Pegasing, Sabtu (26/2).

Di ajang yang disaksikan ribuan warga Takengon dan sekitarnya, Menteri Teten berharap tradisi ini bisa melahirkan banyak produk-produk turunan dari pelaku UMKM. Misalnya, sepatu kuda yang hingga saat ini masih diimpor. Begitu juga dengan produk-produk aksesoris kuda lainnya.

“Artinya, ini sebuah peluang bagi UMKM untuk meningkatkan kualitas produknya. Jadi, tradisi ini memiliki potensi ekonomi yang besar,” ungkap Menteri Teten.

Dalam kesempatan yang sama, Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar menyebutkan, peringatan hari jadi Kota Takengon harus dijadikan momentum berkelanjutan untuk menjaga dan melestarikan budaya Pacuan Kuda.

Dikatakan Bupati, selama ini pacuan kuda telah menjadi media penghubung antara jejak jaman masa lalu dengan generasi masa kini. Oleh karena itu, adalah hal yang bijak bilamana Pacuan Kuda harus terus digalakkan dan menjadi identitas tradisi masyarakat Gayo, terutama di Kabupaten Aceh Tengah.

“Para leluhur telah mempertahankan seni berkuda sampai masa kini. Sekarang kewajiban bagi kita untuk terus mempertahankan dan melestarikan tradisi budaya pacuan kuda,” kata Shabela.

Lebih lanjut, Bupati Shabela juga menyebutkan bahwa pihaknya akan terus berupaya untuk meningkatkan arena pacuan kuda Haji Muhammad Hasan Gayo di Belang Bebangka Pegasing agar lebih menjadi representatif dan memenuhi standar nasional untuk pacuan kuda.

Orang nomor satu di Kabupaten Aceh Tengah itu menitip pesan agar seluruh komponen yang terlibat dapat berpartisipasi dan bekerjasama dengan baik, sehingga pacuan kuda dapat berjalan dengan sukses dan lancar sesuai harapan.

“Dalam keadaan pandemi seperti saat sekarang ini, saya berharap kepada kita semua untuk menjaga protokol kesehatan dengan ketat agar selalu dalam keadaan sehat,” ucap Bupati.

Sebagai informasi sepanjang penyelenggaraan Pacuan Kuda, pihak panitia juga menyelenggarakan vaksinasi masal, dengan menyediakan tiga gerai vaksinasi. Harapannya, momentum Pacuan Kuda ini akan dapat memacu angka vaksinasi Covid-19 di kabupaten berhawa sejuk itu.(Jef)

Peningkatan Kualitas Kuda Pacu Lokal Akan Mampu Tingkatkan Kesejahteraan Peternak


Sukabumi:(Globalnews.id)- Menkop UKM Teten Masduki mengunjungi peternakan kuda pacu Gekbrong Stable di desa Titisan, Kecamatan Sukalarang Kabupaten Sukabumi, Kamis (12/7/2021).

Kunjungan Menkop Teten, yang diterima langsung oleh pemilik Aragon Horse Racing & Equastrian Sport, Eddi Saddak didampingi Prof Dr Bambang Purwanto itu, bertujuan menjajaki kerjasama untuk meningkatkan kualitas kuda pacu lokal yang diyakini bisa menambah kesejahteraan paternak kuda.

Turut mendampingi dalan kunjungan tersebut, Seskemenkop UKM Arif R Hakim, Staf Khusus MenkopUKM Bidang Hukum dan Kelembagaan, Agus Santoso, Dirut LPDB-KUMKM Supomo dan Direktur Bisnis LPDB-KUMKM Krisdianto.

Terkait kunjungan ini Staf khusus Menkop UKM Agus Santoso menjelaskan, salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan peternak adalah meningkatkan kualitas ternaknya, sehingga performance ternaknya lebih bagus. Demikian juga dalam hal peternakan kuda.

“Indonesia memiliki beberapa sentra peternakan kuda yg bahkan merupakan kuda yg endemik (hanya berkembang di daerah tertentu) , antara lain kuda Sandel (Sumba), kuda Sumbar, Kuda Minahasa dan Kuda Priangan. Kuda- kuda itu secara tradisional, tumbuh bersama budaya setempat,” jelas Agus Santoso.

Adapun, jenis kudanya dibedakan menjadi Kuda Beban yang membantu petani mengangkut hasil bumi, Kuda Penarik yang digunakan menarik dokar, delman, cidomo, gerobak dan Kuda Tunggang yg menjadi hewan klangenan karena digunakan untuk pacuan kuda.

” Harga masing- masing jenis kuda itu tentu berbeda beda. Harga kuda pacu yg berprestasi dalam pacuan dan keturunannya tentu yang paling mahal,’ katanya.

Piloting di Sumba

Lebih lanjut stafsus Agus mengatakan, Persatuan Olah Raga Berkuda Indonesia (Pordasi) sudah sejak tahun 1975 berupaya meningkatkan kualitas kuda pacu dengan cara menyilangkannya dengan pejantan kuda pacu impor Thoroughbred, yaitu Jenis kuda pacu yg pd awalnya dikembangkan di negara-negara Eropa.

Selama 46 tahun Pordasi melakukan proses pennyilangan kuda pacu, sehingga jenis kuda pacu Indonesia semakin meningkat kualitasnya, ada jenis Kuda G (G1 sd G4), yaitu anak kuda induk yg disilang dgn kuda Thoroughbred murni (pure THB) dan ada jenis KPI (Kuda Pacu Indonesia) yg merupakan hasil silangan antar Kuda G. Huruf G disini menunjukkan semakin besar angkanya, darah kuda inpornya semakin besar.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki sangat menyadari bahwa bila kualitas kuda pacu lokal ditingkatkan maka akan berdampak pada kesejahteraan peternak kuda. Oleh karena itu kemarin, Menkop UKM Teten Masduki mengunjungi peternakan kuda pacu Aragon di Gekbrong Sukabumi.

Dalam kunjungan tersebut disepakati akan segera dilakukan piloting peningkatan kualitas kuda pacu lokal di Sumba NTT

Eddi Saddak menyambut baik rencana ini dan menyatakan, Aragon siap untuk mendukung piloting tersebut dengan menyediakan pejantan Kuda G2 atau G3 berdarah juara nasional.
” Kami siap mendukung gagasan ini, termasuk menyediakan pakan kuda dengan nutrisi lokal yang kami kembangkan di Aragon,'” kata Eddi.

Sebagai tindak lanjutnya Tim Kemenkop bersama Tim Aragon akan segera ke Sumba untuk mengadvokasi pentingnya para peternak kuda bergabung dalam wadah Koperasi agar pengelolaan bibit, pakan, obat2an dan pemeriksaan kesehatan kuda menjadi lebih efisien dan berbiaya lebih murah.

Stafsus Agus menambahkan, apabila melihat perbandingan harga kuda pacu lokal dgn kuda pacu berdarah G atau KPI, maka harga harga kuda pacu lokal berkisar di harga Rp.20juta sd Rp.40juta, sedangkan kuda pacu berdarah G4 dan KPI berharga di kisaran Rp.100juta sd Rp.200juta bahkan bisa lebih.

Dengan demikian, jika pilot project Koperasi Peternak Kuda ini terwujud, maka sudah tentu akan meningkatkan kesejahteraan peternak.
“Selain itu, tentu ke depannya bisa direplik asi di daerah sentra kuda di wilayah Indonesia,” tambahnya. (Jef)