Arsip Tag: Literasi keuangan umkm

Pentingnya Literasi Keuangan Pelaku UMKM di perbatasan NKRI

Jakarta:(Globalnews.id)-Peran UMKM di daerah perbatasan sebagai engine perekonomian nasional sangat strategi. Karena itu diperlukan literasi keuangan bagi para pelaku UKM di di semua kawasan perbatasan.

Hal ini merupakan kesimpulan dalam FGD yang digelar sejumlah stakeholder secara virtual di Jakarta,baru baru ini.” Maka diperlukan Pemberdayaan pelaku UMKM daerah khususnya perbatasan NKRI,” kata salah seorang pembicara Edhy Surbakti, Direktur Inovasi Bisnis dan Pengembanhan Ekonomi Lokal OVOI Indonesia.

Sejumlah nara sumber laun yang tampil dalam acara Sharing Disscussion dengan pelaku bisnis dan pakar bisnis/keuangan tersebut antara lain Rahtika Diana (Founder Beyond Borders Indonesia), Andi A.Rahman (Ketua HIPMI Maluku Tenggara dan Fajar Muharam (Founder Beyond Education Indonesia) & Made Handijaya (Phd Cand. Griffith University), Budi Nugraha (Pakar media)

Lebih lanjut Edhy Surbakti menambahkan, mengingat pentingnya peran UMKM sebagai engine perekonomian nasional. Maka diperlukan Pemberdayaan pelaku UMKM daerah khususnya perbatasan NKRI.
Tujuan utama OVOI Indonesia sendiri,lanjut dia, adalah membantu UMKM beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan menjadi bagian dari ekosistem digital global.

” Tentunya perlu peningkatan kualitas SDM pelaku UMKM . Tahap pertama yang akan dilakukan melalui Program Literasi Keuangan UMKM didukung komunitas dan lembaga lainnya,”tegasnya.

Dalam pada itu,Rahtika Diana,Founder Beyond Borders menambahkan kegiatan ini sebetulnya merupakan event yang selama ini sudah dirintis oleh Beyond Borders Indonesia di beberapa daerah perbatasan seperti Atambua NTT dan Kepulauan Kei Maluku.

Aktivitasnya pun,tidak hanya literasi keuangan,tapi juga meliputi pemberdayaan potensi ekonomi daera dan literasi teknologi terutama internet.
Dalam waktu dekat, hasil FGD ini akan direalisakan dalam.beberapa program di perbatasan.(Jef)

Keuangan UMKM Harus Dikelola Secara Profesional, Transparan, dan Akurat

Palembang:(Globalnews.id)- Pencatatan keuangan sangat penting bagi usaha apapun. Namun, pelaku UMKM yang masih didominasi usaha mikro dan kecil, seringkali mengabaikan hal ini. Padahal, menjadi esensial untuk mencatat segala pemasukan dan pengeluaran bisnis setiap harinya agar dapat terkontrol dengan baik.

Hal itu dipaparkan Sekretaris Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM A.H. Novieta, dalam acara Pelatihan Manajemen Keuangan Bagi Usaha Mikro di Kota Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (13/4).

“Setiap usaha setidaknya wajib mengetahui berapa biaya operasional usahanya, berapa keuntungan yang diperoleh, dan berapa modal yang digunakan untuk usaha,” imbuh Novieta.

Dengan demikian, lanjut Novieta, para pemilik usaha juga dapat mengevaluasi kemampuan dan kapasitas usahanya sehingga perencanaan pengembangan usaha dapat ditetapkan berdasarkan data pencatatan tersebut.

“Bisnis UMKM yang keuangannya dikelola dan diinformasikan secara transparan dan akurat dapat memberikan dampak positif terhadap bisnis UMKM itu sendiri,” jelas Novieta.

Novieta mengutip jurnal penelitian dalam Kualitas Manajemen Keuangan UMKM menyebutkan bahwa sebanyak 77,5% UMKM tidak memiliki laporan keuangan dan sisanya memiliki laporan keuangan sebanyak 22,5%.

Dari sisi jenis laporan keuangan yang dimiliki UMKM, sebesar 23,2% menyusun neraca, sebesar 34,3% menyusun laba rugi, menyusun arus kas sebesar 34,4% dan persediaan barang sebesar 30,9%.

“Walaupun relatif jauh dari yang diharapkan, sebanyak 53% hanya memiliki catatan uang masuk dan uang keluar,” tandas Novieta.

Lalu, dalam hal profesionalisme dalam pengelolaan keuangan, Novieta menyorot masih banyaknya para pelaku UMKM tidak melakukan pemisahan antara uang pribadi dan uang perusahaan. Sehingga, operasionalisasi menjadi tumpang tindih.

“Adanya kegiatan pelatihan ini adalah sebagai monitor keuangan usaha sudah tercatat dengan baik dan laba dapat terukur dengan akurat, sisihkan sebagian laba ditahan untuk melindungi usaha kamu dalam bentuk dana darurat dan asuransi,” tukas Novieta.

Novieta menambahkan, dana darurat merupakan cadangan dana yang hanya dapat digunakan apabila kita mengalami bencana, musibah, dan hal-hal lain di luar rencana yang dapat mengganggu kinerja dan operasional usaha.

Dengan pelatihan ini diharapkan para pemilik dapat lebih mudah dalam mengelola keuangan usahanya. Hal ini karena akurasi pencatatan keuangan usaha dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan mengevaluasi kinerja usahanya.

“Arus kas yang tercampur antara keuangan pribadi dan usaha dapat menyulitkan para pelaku UMKM dalam menentukan biaya operasional usaha,” pungkas Novieta.(Jef)

Kolaborasi KemenKopUKM, MicroSave Consulting, dan New York University, Tingkatkan Literasi Digital dan Inklusi Keuangan UMKM

Jakarta:(Globalnews.id)- Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menggandeng MicroSave Consulting (MSC) yang didukung Financial Access Initiative (FAI) dari New York University, untuk menginisiasi kerjasama dalam rangka meningkatkan literasi digital dan kapasitas koperasi dan UMKM.

Salah satu strategi yang saat ini dilakukan KemenKopUKM adalah terus berupaya mempercepat literasi digital dan bekerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk dengan MicroSave Consulting (MSC) Indonesia.

“Tentunya, kerjasama ini menjadi salah satu bentuk dukungan kepada para pelaku koperasi dan UMKM agar dapat bangkit di tengah pandemi, lebih berkembang, serta dapat bersaing di pasar global,” kata Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim, pada acara Advisory Group Small Firm Diaries (SFD) untuk UMKM dan Koperasi, yang dilaksanakan atas inisiasi MicroSave Consulting (MSC) Indonesia, di Jakarta, Rabu (12/1).

Menurut Arif, melalui kerjasama dengan MSC, salah satu kegiatan konkret yang akan dilakukan bersama yaitu terkait penelitian Small Firm Diaries (SFD). “Tujuannya, guna memahami secara mendalam tentang potensi dan hambatan yang dihadapi UKM dalam mengembangkan usahanya,” jelas SesKemenkopUKM.

Arif berharap, penelitian ini mendapatkan hasil yang relevan dan maksimal karena didukung juga oleh Micro Finance Opportunities, Low Income Financial Transformation, dan Financial Access Initiative dari New York University.
Selain itu, Arif meyakini, penelitian Small Firm Diaries akan berjalan maksimal dengan adanya dukungan dari the advisory group members. 

“Dengan menyatukan berbagai keahlian dari sektor publik, swasta, dan non-pemerintah, the advisory group diharapkan dapat memberikan masukan dan saran, terkait konteks, rencana, dan temuan proyek penelitian,” ulas SesKemenkopUKM.
Bagi Arif, kolaborasi berbagai pihak melalui the advisory group, juga dapat menjadi wadah yang penting, baik dalam pengembangan riset maupun dalam penyampaian penemuan dan rekomendasi hasil riset. 
SesKemenkopUKM juga berharap hasil dari pertemuan-pertemuan the advisory group members ke depan, dapat membantu pemerintah dalam memformulasikan kebijakan berdasarkan bukti, hingga membantu menyebarkan rekomendasi kebijakan dari hasil wawasan yang ditemukan dari penelitian.

“Juga turut dalam pembuatan Rencana Aksi oleh berbagai pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam mengembangkan UMKM di Indonesia,” tandas Arif.
Sementara itu, Country Director MicroSave Consulting Indonesia Grace Retnowati berharap output dari riset hasil kerjasama dengan New York University (NYU) tersebut dapat digunakan untuk bahan perumusan kebijakan dan perencanaan program dalam mencapai target-target pemberdayaan koperasi dan UMKM.

“Saya juga berharap kerjasama ini dapat mendukung program pemerintah dalam percepatan peningkatan kapasitas digital UKM dalam menuju ekonomi digital dan meningkatkan inklusi keuangan,” kata Grace.

*Fokus Usaha Kecil*

Dalam kesempatan yang sama, secara daring, Engagement Director Financial Access Initiative (FAI) dari New York University Laura Freschi menjelaskan bahwa motivasi dalam penelitian Small Firm Diaries adalah mempelajari lebih mendalam terhadap eksistensi pelaku UMKM, khususnya usaha kecil.

“Kita fokus meneliti pada usaha kecil yang memiliki pekerja antara 1-20 orang,” kata Laura.

Laura menambahkan, pihaknya sudah banyak melakukan penelitian usaha kecil atau Small Firm Diaries di banyak negara. Diantaranya, Ethiopia, Fiji, Nigeria, Kenya, Uganda, Kolombia, dan kini di Indonesia.

“Kami lembaga lembaga penelitian yang akan memberikan rekomendasi kepada pembuat kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang masih berada di garis kemiskinan,” ulas Laura.

Artinya, sambung Laura, tujuan penelitian Small Firm Diaries adalah untuk menemukan temuan-temuan yang relevan bagi pembuat kebijakan (pemerintah) bagi pemberdayaan UMKM. “Ini juga penting, dimana hasil riset dipastikan bisa digunakan,” tegas Laura.

Bagi Laura, dengan fokus riset pada usaha kecil, diharapkan dapat menurunkan tingkat kemiskinan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. “Kita akan melakukan kunjungan mingguan selama satu tahun, dengan mengambil sampel-sampel,” imbuh Laura.

Dengan fokus pada Small Firm Diaries, Laura bisa melihat alur kas usaha secara detail hingga pola usaha.  “Bahkan, realtime, kita bisa mengetahui hambatan yang dihadapi usaha kecil,” ujar Laura.

Dicontohkan di Nepal, pihaknya meneliti usaha kecil di bidang garmen. Sedangkan di India, objek penelitian lebih banyak menyorot usaha kelontong. “Dengan data kualitatif dan kuantitatif, kita akan memiliki pemahaman yang lebih efektif terhadap usaha kecil,” pungkas Laura.(Jef)