Arsip Tag: Palapa ring

MESKI BANYAK HAMBATAN DAN TANTANGAN, BAKTI KOMINFO PASTIKAN TOL LANGIT HADIR DI SELURUH INDONESIA DENGAN PALAPA RING INTEGRASI

Jakarta:(Globalnews id)-— Meski banyak tantangan dan hambatan dalam pembangunannya, namun BAKTI Kominfo terus berupaya menghadirkan jaringan internet di seluruh Indonesia khususnya di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) dengan membangun Tol
Langit.

Ibaratnya, jiwa raga kami untuk tol langit. Ini mengganbarkan betapa tak hanya masalah geografis, sosial maupun adminstrasif,namun juga tak bisa terelakkan, masalah keamanan dan keselamatan pekerja dan karyawan.

Istilah Tol Langit ini menggambarkan sebuah sambungan bebas hambatan berupa sinyal internet yang dapat menghubungkan seluruh daerah di Indonesia tanpa terkecuali. Hal ini dapat diwujudkan dengan membangun jaringan backbone nasional dan satelit multifungsi berteknologi tinggi (High Throughput Satelite).

Direktur Utama BAKTI Kominfo Anang Latif menjelaskan bahwa kehadiran Tol Langit sangat dibutuhkan mengingat masih adanya kesenjangan digital di Indonesia, di mana hampir di seluruh wilayah masih terdapat masyarakat yang belum mendapatkan akses internet. Tercatat pengguna internet aktif pada tahun 2019—2020 baru 73,7% dari seluruh total penduduk Indonesia, dengan tingkat penetrasi tertinggi di Pulau Jawa dan Sumatera. Target pemerintah setidaknya sebanyak 92,6% dari total penduduk merupakan pengguna internet aktif.

“Tol Langit seperti jalan tol bebas hambatan. Jaringan internet di pedalaman yang sebelumnya hanya terwujud oleh satelit kini digantikan oleh fiber optic sehingga internet bisa lebih cepat seperti di kota besar,” jelasnya lebih lanjut.

Salah satu cara mewujudkan Tol Langit dengan membangun infrastruktur telekomunikasi backbone yang menghubungkan antarkota/kabupaten melalui jaringan serat optik Palapa Ring serta infrastruktur middle mile berupa satelit, serat optik, dan microwave link sebagai penghubung hingga ke wilayah kecamatan.

BAKTI berencana membangun fiber optic Palapa Ring Integrasi di tahun 2022—2023 dengan total 12.083 km dalam 2 fase pembangunan, fase 1 (2022) sepanjang 5.226 km dan fase 2 (2023) sepanjang 6.857 km. Dari total fiber optic yang akan dibangun, 8.203 km akan digelar di daratan, 3.880 km di laut, dan sisanya berupa microwave link. Jaringan ini akan mengitegraskan 3 paket Palapa Ring yang sudah terbangun, yakni Palapa Ring Barat, Tengah dan Timur sehingga saling
terhubung.

Program pembagunan Palapa Ring Integrasi yang menelan biaya hingga 8 triliun Ini akan menjadi bagian utama dari Tol Langit Nasional. Tujuannya untuk memperkuat jaringan yang sudah ada dan
menjadi backup bila di satu wilayah jaringannya terputus, sehingga pemanfaatan internet akan lebih
maksimal. Sumber pendanaan program rencananya didapat dari kerjasama pemerintah dan pihak swasta.

Jaringan Palapa Ring yang saat ini sudah terbangun di wilayah Barat, Tengah dan Timur pun dalam prakteknya tidak mudah untuk dikerjakan. Banyak kendala lapangan yang dihadapi oleh BAKTI dan
para mitra kerjanya. Umumnya tantangan hadir dari faktor geografis, sosial dan administratif.

Tantangan luar Biasa

Hal ini juga diungkapkan oleh Presiden Direktur Moratelindo Galumbang Menak, salah satu mitra kerja BAKTI yang dipercaya untuk membangun jaringan Palapa Ring wilayah Barat dan Timur.
Kondisi geografis Indonesia yang memiliki pegunungan tinggi memberi tantangan yang luar biasa, khususnya di wilayah Papua yang gunung-gunungnya bisa mencapai lebih dari 4000 m di atas
permukaan laut.

Lokasi yang hanya bisa diakses dengan helicopter ini juga menghambat kinerja para pekerja lapangan, karena suhu udara dan kadar oksigen yang rendah. Kendala tidak hanya di masalah teknologi, namun juga dari sisi keamanan. Penyerangan dan pengerusakan bisa terjadi kapan saja dari kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua.

Dalam hal ini Moratelindo harus terus berkoordinasi dengan pihak TNI untuk menjamin keselamatan karyawannya.
“Membangun Palapa Ring tidak hanya mengorbankan keringat dan memakan biaya yang besar, tapi juga harus berkorban nyawa. Sudah banyak korban, baik dari karyawan, kontraktor, maupun aparat
TNI yang gugur demi mewujudkan internet di pelosok negeri, khususnya di wilayah Indonesia Timur,” ungkap Galumbang.

Untuk mengubah wajah dan pola hidup masyarakat di daerah 3T lewat kehadiran internet sangat tidak mudah. Peran serta berbagai pihak sangat dibutuhkan. Bukan hanya pemerintah pusat yang bergerak maju bersama dengan mitra-mitranya, aparat keamanan TNI dan Polri yang mengawal program ini supaya berjalan aman, namun juga peran pemerintah daerah yang juga harus proaktif memberi akses kemudahan lewat berbagai perizinan yang dibutuhkan.

Harapannya, ke depan tidak terjadi lagi perizinan yang berbelit hingga membutuhkan 29 izin hanya untuk membangun jaringan fiber optic sepanjang 60—70 km. Semoga cukup satu perizinn sudah bisa memberi akses untuk melaksanakan pekerjaan sehingga program-program pemerintah dapat berjalan dengan lebih cepat dan hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat
Indonesia. (Jef)

Pembangunan Proyek Palapa Ring di IndonesiaTimur, Lebih Berat dan Kompleks dibanding Barat

Jakarta:(Globalnews id). Proyek infrastruktur telekomunikasi, Palapa Ring khususnya di wilayah Indonesia Bagian Timur menemui banyak kendala dan hambatan sehingga progress nya pun berjalan lamban.

Faktor keamanan dan juga kondisi geografis menjadi dua hal yang paling menantang dalam perjalanan proyek tersebut. Bahkan pembangunannya sudah mengorbankan nyawa manusia, karena itu agar tidak terulang faktor keselamatan pun menjadi prioritas utama.

Presiden Direktur PT Mitra Telematika Indonesia (Moratelindo), Galumbang Menak, mengatakan bahwa tantangan pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia Timur jauh lebih besar dibandingkan di Indonesia Barat.
Menurutnya dalam pembangunan Palapa Ring di Barat jauh lebih kondusif. Segala perizinan dan keamanan lebih mudah didapatkan. Sementara di Indonesia bagian Timur sangat sulit didapatkan. Bahkan keamanan pekerja saat mengerjakan proyek tidak sepenuhnya terjamin meskipun sudah melibatkan TNI/Polri.

Sebagai perusahaan yang terlibat dalam pembangunan Palapa Ring ini, Moratelindo terus mengupayakan agar keselamatan pekerja menjadi hal utama dalam pelaksanaan proyek Palapa Ring Timur. Diakui hingga saat ini puluhan korban nyawa berjatuhan baik dari karyawan atau pekerjanya maupun aparat keamanan. Menurutnya penyerangan oleh beberapa oknum di lokasi proyek kerap terjadi sehingga hal ini cukup menghambat pelaksanaan proyek.

“Pekerjaan Palapa Ring Timur ini paling kompleks dan menantang. Sebab tantangan bukan hanya dari sisi teknologi tapi juga keamanan. Kalau hanya membawa satu pleton saja nggak cukup karena penyerangan bisa terjadi kapan saja dan nyawa taruhannya,” ujar Galumbang dalam Webinar BAKTI Kementerian Telekomunikasi dan Informatika (Kominfo) bertema Apa Kabar Tol Langit?, Selasa (14/9).

Selain faktor keamanan kondisi geografis yang sulit juga menghambat akselerasi pembangunan proyek. Kondisi pegunungan yang terjal dan tinggi menyulitkan para pekerja mengangkut peralatan yang dibutuhkan selama proses pengerjaan. Bahkan tak jarang dibutuhkan helikopter untuk bisa mengangkut peralatan dan pekerja untuk bisa mencapai ke titik lokasi proyek.

Namun begitu, kondisi cuaca yang berubah – ubah setiap saat mengakibatkan proses pengangkutan peralatan dan pekerja tidak berjalan lancar. Hal ini berimbas pada periode pengerjaan proyek yang kerap mengalami hambatan. Maka tidak heran apabila proyek infrastruktur Palapa Ring Timur baru mencapai sekitar 21 persen dari target periodik yang seharusnya sudah mencapai di atas 30 persen.

“Khusus di wilayah Timur dengan gunung yang ketinggiannya di atas 4.000 kaki itu menyulitkan sekali. Sebab oksigen di sana sangat rendah artinya pekerja tidak bisa kerja 4-5 jam sehari paling mentok hanya 1 jam,” sambungnya.

Dengan kondisi yang demikian berat itu, biaya yang harus dikeluarkan untuk pembangunan Palapa Ring Timur relatif lebih besar. Oleh sebab itu diakuinya bahwa pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia Timur diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Menurutnya tidak cukup proyek ini dikerjakan oleh satu kontraktor saja melainkan perlu keroyokan agar proyek bisa berjalan sesuai harapan.

“Di Papua pembangunan infrastruktur jaringan internet tidak cukup hanya satu operator saja tapi dibutuhkan banyak operator. Kita juga kerjasama dengan TNI Polri untuk mendukung keamanan pelaksanaan proyek di sana,” pungkas dia. (Jef)