Arsip Tag: Suzana Teten masduki

Agregator Diharapkan Mampu Perluas Pasar Kriya dan Home Decor Hingga Go Global

Jakarta:(Globalnews.id) – Agregator diharapkan mampu berperan penting dalam mendongrak bisnis UMKM hingga naik kelas termasuk dalam mendorong akses pembiayaan, juga menghubungkan UMKM ke pasar yang lebih luas bahkan hingga go global.

Salah satunya di sektor kriya dan home decor, fungsi agregator menjadi pendukung UMKM di sektor tersebut sangat diperlukan agar produk UMKM dapat diterima di pasar mancanegara. Namun sayang, selama ini keberadaan agregator khususnya untuk kriya dan home decor masih belum optimal.

Suzana Teten Masduki mewakili Bidang Pendanaan Dekranas (Dewan Kerajinan Nasional) mengatakan, sektor kriya menjadi salah satu pilar perekonomian nasional yang bertahan dan menjadi penopang termasuk saat pandemi COVID-19. Sektor kriya juga merupakan sektor padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja dan cenderung memiliki potensi kemudahan bahan baku karena Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat besar di tanah air.

“Maka penting bagi agregator untuk mendukung bisnis model UMKM kriya. Hari ini kita berdiskusi mengenai fungsi agregator, bagaimana men-scale-up UMKM kriya agar terus tumbuh,” kata Suzana dalam talkshow bertajuk ‘Scale-up Usaha Kriya Memanfaatkan Agregator’ pada event Kriyanusa di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (15/9).

Ia menekankan, tugas dan fungsi lembaga pemerintah serta beberapa agregator berperan besar dalam menunjang UMKM naik kelas. Namun di sisi lain pelaksaan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang mewajibkan kementerian/lembaga/pemerintah daerah (K/L/PD) mengalokasikan sedikitnya 40 persen anggaran belanja untuk produk UMKM belum sepenuhnya dioptimalkan. Oleh karena itu, peran agregator sangat penting untuk mendukung implementasi aturan tersebut.

Bagi UMKM sendiri, penting juga dalam menjaga kualitas produksi. Bahkan, bukan hanya kualitas yang menjadi problem dasar UMKM di banyak sektor, tapi juga kuantitas dan kapasitas. “Ketika kualitas sudah terstandardisasi agar bisa diterima pasar domestik dan global, dari sisi kuantitas juga harus mampu memenuhi permintaan. Sebaliknya jika kapasitasnya ada, kualitas jangan sampai kurang,” ujar Suzana.

Dari sisi masyarakat, semua orang juga harus aware dan memiliki kepercayaan kepada produk UMKM lokal yang menjadi kekuatan untuk perekonomian bangsa ini. “Yang saya ingin tekankan kepercayaan dan brand value UMKM kriya oleh masyarakat. Bagaimana para pelaku UMKM bisa membangun kepercayaan kepada brand lokal ini,” katanya.

Suzana menegaskan semua pihak termasuk asosiasi, agregator, dan Pemerintah harus berkolaborasi untuk memberikan kontribusi menaikkan nilai dan kualitas produk UMKM kriya.

“Saya punya data di Indonesia masih kecil sekali pemakaian kriya lokalnya, hanya 15 persen secara nasional (dari ekonomi kreatif). Padahal pasar domestik dari Aceh hingga Papua potensinya luar biasa. Banyak persoalan yang ada terkait dengan UMKM salah satunya karena kita belum bangga dengan produk kita sendiri. Seharusnya, produk UMKM jangan sampai kalah dengan produk asing,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Pemasaran Smesco Indonesia Wientor Rah Mada mengatakan, permintaan kriya dari pasar luar negeri terus meningkat dalam tiga tahun rata-rata sebesar 9 persen. Di ASEAN, tercatat Indonesia menempati posisi ke-3 terbesar dan di dunia industri kriya Indonesia berada di posisi ke-15, dengan posisi pertama ditempati oleh India.

“Jika Indonesia dibandingkan dengan India, sebenarnya India secara jumlah tak terpaut jauh. Di mana posisi Indonesia ke-15 mencapai 1,1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) sementara India di posisi satu di angka 4 miliar dolar AS. Artinya masih bisa kita kejar, dan memang pasar luar negeri sedang bertumbuh dengan pesat di sektor kriya,” kata Wientor.

Ia mengatakan, keunggulan sektor kriya terlihat pada narasi di balik produknya, sehingga hal ini menjadi pasar yang sangat potensial yang digarap oleh para pelaku industri kriya di Indonesia. “Seperti Du Anyam misalnya, produk yang dihasilkan UMKM punya karakter sendiri-sendiri,” katanya.

Wientor menegaskan, para pelaku UMKM Kriya harus fokus pada penciptaan inovasi produknya. UMKM tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak menjadi keahliannya kemudian untuk urusan perluasan pasar dan pembiayaan misalnya, bisa ditangani dan didampingi oleh agregator.

Seperti misalnya terkait logistik yang selama ini menjadi hambatan para pelaku UMKM kriya yang ingin melakukan ekspor. Pemerintah terus mengupayakan solusi agar logistik menjadi lebih murah yakni dengan memusatkan logistik di kawasan timur Indonesia, sehingga harga produk bisa lebih bersaing.

Di Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) juga dikembangkan program agregator melalui factory sharing hingga pembiayaan KUR Klaster yang melibatkan agregator untuk mendampingi UMKM. Hal ini diharapkan mampu memudahkan UMKM dari sisi pembiayaan, proses produksi, hingga akses pasar.

Co-Founder Krealogi dan Du Anyam Hanna Keraf menuturkan, dari sisi kreativitas dan SDA, UMKM kriya Indonesia tak diragukan lagi. Hadirnya Du Anyam, juga mencerminkan potensi perempuan di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang apabila diarahkan ternyata mendatangkan nilai ekonomi yang tinggi, padahal sebagian besar dari mereka telah memiliki keahlian menganyam sejak kecil.

“Ke depan kita harus mampu membawa potensi kearifan lokal ini menjadi sumber ekonomi yang terus berkembang yang menjadi bargaining position bagi produk UMKM sehingga pasarnya menjadi semakin besar dan luas,” katanya.

Lantas Hanna pun menekankan dua permasalahan utama yang selama ini dihadapi para pelaku UMKM kriya yakni dari sisi produktivitas dan logistik. Di mana kontinyuitas produksi para pelaku UMKM harus terus tersedia secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pasar, dengan tetap mengedepankan kualitas produk. “Kuantitas, kualitas, dan time to deliver yang tepat menjadi tiga faktor utama yang harus dimiliki oleh para pelaku UMKM kriya,” ujarnya.

Selain itu biaya logistik yang mahal, juga menjadi hal yang dipertimbangkan untuk bisa melakukan ekspansi produk dalam menangkap segmen pasar yang tepat. Untuk itu, diperlukan berbagai kebijakan serta inovasi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.

“Biaya logistik yang kami kirim dari Port Larantuka ke Tanjung Priok lebih mahal dari Tanjung Priok ke Hong Kong. Hal ini jelas menjadi kendala. Untuk itu kami mengatasinya dengan melakukan inovasi produk, sehingga produk yang dikirim bisa maksimal dari sisi bentuk dan ukuran, kontainer pun menjadi maksimal dengan harga yang ditawarkan,” kata Hanna.

Sampai sejauh ini Du Anyam fokus pada penyediaan produk kriya untuk berbagai keperluan termasuk coorporate gift, hotel, perusahaan, kelembagaan, dan pemerintah. Saat ini mereka juga menjadi agregator bagi 1.400 perajin di tiga provinsi yakni Kalimantan Selatan (Kalsel), Papua, dan NTT. Bersama dengan sister company Krealogi, Du Anyam membawahi 10.000 UMKM di hampir 200 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.(Jef)

KemenKopUKM dan Dekranas Berkolaborasi Dongkrak Target Rasio Kewirausahaan 4 Persen

Medan:(Globalnews.id)- Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) berkolaborasi memperkuat komitmen untuk mendongkrak rasio kewirausahaan nasional yang ditargetkan mencapai 4 persen pada 2024.

Suzana Teten Masduki mewakili Bidang Pendanaan Dekranas mengatakan, kolaborasi KemenKopUKM dengan Dekranas sudah terjalin dengan baik dari beberapa tahun sebelumnya. Hal ini karena didorong keselarasan visi dan misi kedua pihak dalam membangun serta mengembangkan para pelaku usaha di Indonesia.

Maka untuk melanjutkan kolaborasi tersebut, tahun ini KemenKopUKM turut serta mendukung rangkaian HUT Dekranas yang ke-43 yang puncaknya diselenggarakan di Medan, Sumatera Utara. Di mana dalam kesempatan tersebut hadir Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Ketua Umum Dekranas Wury Ma’ruf Amin, pengurus Dekranas, Dekranasda Provinsi, maupun pengurus Dekranasda Kabupaten/Kota se-Indonesia.

Peringatan yang dihadiri 1.496 undangan dari seluruh Indonesia ini ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Ibu Negara. Selain itu, secara resmi Iriana Joko Widodo membuka Pelatihan Wirausaha Baru dan meninjau Expo HUT ke-43 Dekranas di Lapangan Benteng.

“Komitmen kami juga sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai peningkatan rasio kewirausahaan menjadi 4 persen yang tertuang dalam mandat KemenKopUKM yang tertuang di Perpres Nomor 2 Tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional,” ucap Suzana dalam keterangannya.

Ia menjelaskan, sejumlah kegiatan yang diikutsertakan ke dalam rangkaian acara HUT Dekranas yang didukung KemenKopUKM di antaranya, Inkubator/Bootcamp Peningkatan Kapasitas Start-Up dan Entrepreneur-Hub tingkat universitas di berbagai kota di Indonesia. Salah satunya Universitas Sumatera Utara (USU) yang didukung penuh oleh Civitas Akademika USU, Dekranas, dan Pemerintah Kota Medan.

Suzana mengatakan, kegiatan tersebut memiliki fokus masing-masing yang dapat menyasar dua tipe wirausaha. Inkubator/Bootcamp diarahkan untuk pelaku usaha berbasis teknologi atau start-up. Sehingga, peserta bootcamp adalah mereka yang produk dan jasanya berpilar pada penggunaan teknologi digital.

Sementara itu, untuk Entrepreneur Hub, ini adalah wadah untuk pelaku usaha yang lebih umum, jadi bisa masuk hanya dengan ide, dan keluar dengan kerangka bisnis, bisnis model yang siap dijalankan dan dikembangkan.

“Saya rasa visi besar yang ingin kami tanamkan adalah, pola pikir bahwa berwirausaha itu bukanlah hal yang asing lagi, terutama bagi anak-anak muda di Indonesia. Bahwa ada cara-cara, ada wadah di mana mereka bisa belajar, bahkan scale up bisnisnya,” ujar Suzana.

Sementara itu, Ketua Bidang Wirausaha Baru Dekranas Endang Budi Karya sangat mengapresiasi terlaksananya kegiatan Workshop Enterpreneur Hub dan Kick Off Peningkatan Kapasitas Start-up di Sumut, yang diinisiasi oleh KemenKopUKM dalam rangka memeriahkan HUT Dekranas ke-43.

Dekranas kata Endang, merupakan lembaga independen sebagai wadah segenap pemangku kepentingan seni kerajinan di Indonesia. Untuk itu, dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Dekranas punya fungsi untuk menggali, melindungi, melestarikan, membina para pelaku seni berbasis warisan untuk kesejahteraan perajin.

“Di usianya yang ke-43 tahun, Dekranas diharapkan terus produktif, semakin besar peran dan fungsinya. Salah satunya melalui inisiasi berbagai kegiatan workshop dan lainnya,” ucap Endang.

Usia 43 tahun katanya, merupakan perjalan panjang yang telah dilalui. Berbagai program telah didedikasikan untuk mensejahterahkan perajin. Diharapkan kegiatan tersebut diterapkan secara kesinambungan, khususnya sektor kewirausahaan.

Endang menegaskan, sektor kerajinan salah satu sektor yang memiliki potensi besar untuk tumbuh dan berkembang di Indonesia. Dalam menciptakan sektor usaha baru, Pemerintah harus memberikan dukungan memadai, seperti akses pendanaan, baha baku, pendampingan, serta teknologi dalam mengembangkan suatu usaha.

Senada disampaikan, Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah mengatakan, kolaborasi Dekranas dan KemenKopUKM salah satunya dengan digelar Entrepreneur Hub Medan antara lain menghadirkan dialog interaktif bersama Menteri Koperasi dan UKM dengan jumlah peserta 1.000 orang sebagai agenda pembuka.

“Sama seperti Enterpreneur Hub yang sudah dijalankan di kota lain, di Medan kami melibatkan pihak lain dalam melakukan pendampingan terhadap 150 orang yang terdiri dari pelaku usaha yang bergerak diberbagai sektor seperti agri, kecantikan, kuliner, fesyen, dan kreatif digital,” ujarnya.

Menurut Siti Azizah, untuk Entrepreneur Hub Semarang KemenKopUKM sedang melakukan pendampingan terhadap 100 peserta dari 18 perguruan tinggi. Sedangkan untuk Entrepreneur Hub Jakarta, pihaknya sedang melakukan pendampingan kepada 100 peserta dari lima perguruan tinggi, dan Entrepreneur Hub Malang sedang melakukan pendampingan 100 peserta dari satu perguruan tinggi. Dengan melibatkan pihak-pihak lain ini, program Entrepreneur Hub diharapkan dapat bertahan bahkan berkembang secara organik.

“Proses pendampingan ini akan berjalan beberapa bulan. Nantinya kami akan mengundang lembaga pembiayaan, termasuk perbankan, modal ventura, hingga investor untuk mendanai bisnis yang dijalankan oleh para peserta,” katanya.(Jef)

Karya Tanpa Batas 2022: Menuju Kekuatan Ekonomi Baru Yang Mandiri

Jakarta:(Globalnews.id) – OASE-KIM (Organisasi Aksi Solodaritas Era Kabinet Indonesia Maju) bekerjasama dengan KemenKopUKM (Kementerian Koperasi dan UKM), Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi), Yayasan Perempuan Tangguh Mandiri Indonesia (PTI), serta SMESCO Indonesia menginisiasi program tahunan untuk disabilitas dengan tajuk “Karya Tanpa Batas” dalam rangka Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada tanggal 3 Desember setiap tahunnya .

OASE-KIM memiliki misi mengubah pola pikir dan memberdayakan masyarakat hidup mandiri, produktif, kreatif, dan berkarakter, khususnya bagi masyarakat miskin dan termarginalkan sesuai dengan program pembangunan Nawacita dan Revolusi Mental. Salah satunya dengan mendorong kewirausahaan kaum disabilitas yang menekankan pada 6 (enam) nilai strategis instrumental yaitu Dapat Dipercaya, Kewargaan, Mandiri, Kreatif, Saling Menghargai dan Gotong Royong.

Merujuk pada data SUSENAS 2020, jumlah penyandang disabilitas Indonesia mencapai 28,05 juta orang, dan 22% diantaranya berada pada kelompok usia produktif. Meski akses dan keterjangkauan pendidikan bagi penyandang disabilitas terus meningkat, tetapi hingga tahun 2020, 72% penyandang disabilitas bekerja di sektor informal (Indeks Kesejahteraan Sosial 2020). Profil ini menggambarkan tingginya potensi penyandang disabilitas sebagai wirausaha, konsumen, dan pekerja professional. Dapat diasumsikan bahwa peningkatan akses dan kesempatan penyandang disabilitas, baik di tingkat global maupun nasional, akan memberikan dampak signifikan terhadap produktivitas dan perekonomian nasional.

Dengan latar belakang kondisi dan tujuan tersebut, OASE-KIM sebagai narahubung / interkoneksi para pihak (public-private partnership) mempersembahkan pagelaran “Karya Tanpa Batas” dengan tagline “menuju kekuatan ekonomi baru yang mandiri” sebagai gerakan nasional pengembangan kewirausahaan penyandang disabilitas menuju kemandirian ekonomi. Sekaligus merupakan bentuk apresiasi talenta dan prestasi penyandang disabilitas pada bidang seni, teknologi (digitalisasi), budaya. Gerakan ini untuk memperkenalkan dan mengkonsolidasi berbagai program baik dari kalangan pemerintah maupun swasta bagi kesetaraan para penyandang disabilitas.

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, lomba gambar tingkat nasional telah diselenggarakan dan diikuti oleh artis penyandang disabilitas dari 34 provinsi di Indonesia. KemenKopUKM dan Kemendikbudristek bekerja sama di dalam penyelenggaraan acara ini, dan telah terseleksi 93 gambar yang akan menjadi dasar design industri kreatif dengan kontrak royalti antara Perempuan Tangguh Indonesia dengan para artis disabilitas. Selain itu, 3 gambar terbaik akan dilelang pada puncak acara KARYA TANPA BATAS.

Dalam pagelaran ini juga, akan diberikan penghargaan OASE-KIM terhadap disabilitas yang inspirasional baik di bidang kewirausahaan maupun kebudayaan. OASE-KIM telah memastikan partisipasinya di dalam mendorong ekonomi inklusi melalui pemberdayaan kewirausahaan penyandang disabilitas.

Sesuai dengan amanat Perpres 2 Tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional, KemenKopUKM berkomitmen menyiapkan ekosistem terintegrasi bagi wirausaha sosial khususnya wirausaha disabilitas. Terciptanya public private partnership melalui Perempuan Tangguh Mandiri Indonesia sebagai lembaga inkubator bisnis wirausaha disabilitas yang didukung oleh 55 perusahaan swasta sebagai awal pemberdayaan penyandang disabilitas menuju kemandirian ekonomi.

Selain itu, KemenKopUKM sedang mengawal proses legalisasi badan usaha berbadan hukum sebagai konsolidator wirausaha disabilitas melalui Koperasi Pemasaran Tangguh Berdikari Indonesia, sebuah koperasi primer sebagai support system kepada para wirausaha penyandang disabilitas dan keluarganya.

Selain itu, Kemendikbudristek dalam acara ini juga akan melaunching 10 SLB Negeri untuk menjadi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) bagi para penyandang disabilitas sebagai syarat penting upaya penyandang disabilitas masuk ke dunia usaha dan dunia kerja. Bersama-sama KemenKopUKM, Kemendikbudristek akan mengupayakan Sekolah Luar Biasa (SLB) menjadi salah satu sarana inkubator kewirausahaan bagi penyandang disabilitas.

Puncak acara KARYA TANPA BATAS 2022 akan diselenggarakan pada tanggal 19 hingga 20 Desember 2022 mendatang bertempat di Gedung SMESCO Indonesia. Akan ada lebih dari 40 (empat puluh) booth yang menampilkan berbagai produk karya penyandang disabilitas dalam pameran ini. Selain itu, dalam dua hari pelaksanaan acara tersebut juga akan ada berbagai kelas workshop khusus bagi penyandang disabilitas untuk semakin mendukung tujuan kemandirian ekonomi dan manfaat kewirausahaan.

Adapun kelas-kelas workshopnya yaitu, kelas fashion, pembuatan home décor macramé, kelas aplikasi Microsoft untuk disabilitas, cara memasarkan produk di Tik Tok Shop, serta mengembangkan bisnis impian di Tokopedia. Selain itu. Kelas Make-up Artist dan Kuliner telah diselenggarakan pada tanggal 12 dan 13 Desember 2022 yang juga merupakan rangkaian dari acara ini.

Acara puncak KARYA TANPA BATAS 2022 ini akan dihadiri oleh Ibu Negara, Ibu Iriana Joko Widodo, Ibu Wury Ma’ruf Amin, MENKO Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Koperasi & UKM, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset & Teknologi, Menteri Sosial, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Istri-istri Menteri Kabinet Indonesia Maju yang tergabung dalam OASE KIM (Organisasi Aksi Solodaritas Era Kabinet Indonesia Maju).(Jef)

Kriya Nusa 2022 Jadi Panggung Pertunjukan Karya Wastra dan Ajang Perias Disabilitas Unjuk Gigi

Jakarta :(Globalnews.id) – Setelah sukses dengan penyelenggaraan Cerita Wastra di tahun 2021 dan Cerita Kriya pada tahun 2022, Kementerian Koperasi dan UKM bersama dengan Dewan Kerajinan Nasional, Smesco Indonesia, dan Perempuan Tangguh Indonesia berkolaborasi untuk menggelorakan semangat berkarya bagi perajin lokal melalui Pagelaran Tari Wastra Nusantara dan Tata Rias oleh kaum disabilitas dalam Pameran Kriya Nusa 2022.

“Kami mempersembahkan tarian budaya Indonesia dari barat hingga timur, dengan wastra dan kriya yang dipentaskan untuk mendorong semangat bangkit bagi perajin lokal,” kata Anggota Bidang Pendanaan Dekranas Suzana Ramadhani saat meninjau Pameran Kriya Nusa di Jakarta Convention Center, Minggu (25/09).

Pameran Kriya Nusa menjadi upaya untuk menggairahkan kembali para pelaku usaha, khususnya para perajin untuk terus berkarya. Melalui pagelaran tari wastra nusantara ini juga tersirat misi untuk mempresentasikan keragaman budaya Indonesia melalui kain atau karya wastra.

Selain menampilkan berbagai karya wastra melalui tari wastra nusantara, acara ini juga menjadi ajang bagi para perias disabilitas binaan Perempuan Tangguh Indonesia untuk unjuk gigi. Di mana perias disabilitas tersebut berkesempatan merias para penari yang tampil, sekaligus membuka jasa lukis wajah (face painting) bagi pengunjung yang hadir dengan tarif suka rela.

“Saya bahagia bisa merasakan dirias oleh anak-anak (disabilitas), tidak terlihat kekurangan sedikitpun, bahkan mereka memiliki kekuatan tersendiri untuk mempercantik diri saya,” kata Suzana setelah merasakan pengalaman dirias langsung oleh penata rias disabilitas PTI.

Lebih lanjut, Suzana menegaskan masyarakat di tanah air tidak boleh melupakan karya dari teman-teman disabilitas dan memberikan ruang pada mereka untuk berkarya dengan setara dalam upaya mendukung inklusifitas. Sebab anak-anak disabilitas bukanlah masyarakat terpinggirkan, melainkan sama seperti masyarakat pada umumnya dengan karya yang tidak kalah baiknya.

“_No one left behind_, itu prinsipnya, tidak ada satupun orang yang tertinggal dalam kemajuan bangsa Indonesia,” kata Suzana.

Pada kesempatan yang sama, salah satu perias disabilitas PTI Nanda Afrieza mengaku bahagia dan bersyukur bisa dipercaya untuk terlibat dalam acara sebesar ini.

“Ini pengalaman yang luar biasa buat saya, karena ini pertama kali saya merias (penari) dengan banyak glitter, apalagi banyak orang yang melihat, hingga membuat saya agak sedikit gugup tapi saya bisa mengatasinya,” kata Nanda menceritakan pengalamannya usai merias para penari wastra nusantara.

Nanda berharap melalui acara ini, dirinya bisa lebih dikenal dan akan banyak mendapatkan pekerjaan merias. Nanda bahkan berharap suatu saat ia mampu membuat usaha rias sendiri yang melibatkan para disabilitas.(Jef)

Kirtania Wayang Kamasan Ingin Jadi Wadah Lestarikan Warisan Leluhur

Bali:(Globalnews.id)- Melestarikan warisan budaya merupakan tugas bagi seluruh lapisan masyarakat agar kebudayaan tidak terkikis dan dilupakan. Namun nyatanya, generasi muda banyak yang tidak tertarik untuk melanjutkan warisan budaya ini.

Berkaca dari permasalahan tersebut, senimal asal Bali Komang Kirtania mendirikan Kirtania Wayang Kamasan sebagai wadah untuk melestarikan lukisan wayang kamasan yang telah menjadi warisan turun temurun.

“Wayang kamasan ini merupakan warisan leluhur turun-temurun yang harus dijaga karena anak-anak muda banyak yang mulai tidak tertarik atau tidak berminat untuk menjadi pelukis. Kirtania melihat bahwa harus ada anak muda yang melihat peluang ini dengan memberikan tempat agar warisan budaya ini tetap terjaga dan ada regenerasi,” ungkapnya di Desa Kamasan, Klungkung, Bali, Rabu (10/8).

Lebih lanjut, Komang bercerita kondisi saat ini bahwa jumlah pelukis awalnya berjumlah empat orang pada tahun 2017. Namun, saat ini sudah 18 orang yang bergabung dengan rentang usia 60-70 tahun.

Dia pun menambahkan bahwa awal mulanya para pelukis ini tidak mau untuk melakukan hal tersebut. Namun, lama-kelamaan karena melihat progres penjualan yang menjanjikan, mereka pun jadi tertarik.

“Produk lukisan yang kami hasilkan antara lain keben yang digunakan untuk upacara adat, kipas tangan untuk salon, totebag, dan suvenir dengan bahan baku dari bambu dari Kabupaten Bangli dan Kabupaten Buleleng,” ujar Komang.

Melukis wayang kamasang pun rupanya telah berubah dari masa ke masa. Dari dulunya menggunakan batu alam, saat ini menggunakan akrilik.

Komang pun bercerita bahwa omzet dari hasil penjualan lusikan wayang kamasan mencapai Rp20 juta per bulan, di mana harga yang dipatok berkisar dari Rp75 ribu untuk produk kipas bambu, sampai di atas Rp10 juta untuk lukisan. Beragam produk mereka pun sudah dapat dibeli oleh masyarakat luas di marketplace yakni Shopee.

Dia pun menambahkan bahwa kendala dan tantangan terberat yang dialami oleh mereka ialah kekurangan sumber daya manusia, sementara itu permintaan untuk produk mereka sangat banyak.

“Ke depan saya berharap untuk membuat sanggar lukis guna menjaga keberlangsungan dan punya regenerasi sumber daya manusia,” tuturnya.

Di tempat yang sama, Suzana Teten Masduki mewakili Bidang Pendanaan Dekranas Indonesia menambahkan, agar ada diversifikasi produk, perlu dilakukan pelatihan teknikal terhadap tahap akhir dari produk tersebut.

“Hal ini perlu dilakukan agar tampilan produk tidak biasa saja, bisa lebih cantik dan menarik serta rapi. Jadi harus diperbaiki kualitas sehingga harga juga bisa bersaing,” ucap Suzana.

Dalam kunjungan kali ini, hadir pula 4 UKM di Klungkung yang berdiskusi bersama Suzana dan Smesco Indonesia antara lain pelaku UKM yang memproduksi kipas, alat yoga (bandana, celana, baju), aksesoris (bros, anting, cincin), dan tas wayang.

Suzana menekankan para pelaku UKM sektor kriya ini membutuhkan pelatihan penjualan online. Hal ini karena sulitnya para pengrajin untuk onboarding digital di antaranya saat membuat _landing page_.

Sementara itu, Direktur Bisnis dan Pemasaran Smesco Wientor Rah Mada menegaskan Smesco Indonesia sebagai salah satu BLU yang bertugas sebagai Lembaga Layanan Pemasaran KUKM selalu berupaya membuka akses pasar seluas-luasnya bagi produk UKM.

Salah satunya adalah dengan membangun Smesco Fulfillment Center yang merupakan sebuah warehouse sistem yang menjadi solusi logistik bagi para pelaku UKM dalam mendistribusikan produknya ke pasar dengan biaya murah. Pelaku UKM dari seluruh Indonesia dapat mengirimkan produknya ke market dengan ongkos kirim flat rate hanya Rp9.000 se-Jawa.

Untuk mendukung digitalisasi UKM, Smesco Indonesia melakukan pendataan pelaku usaha di Indonesia secara digital melalui dataukm.smesco.go.id. Tercatat saat ini telah terdaftar sebanyak 76.000 UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia.

“UMKM yang terdaftar akan mendapatkan berbagai informasi terkait program dan pelatihan yang Smesco adakan. Laman ini diharapkan mampu menjadi basis data UMKM yang akurat, mutakhir, dan terpadu,” kata Wientor.(Jef)

KemenKopUKM dan Dekranas Kolaborasi Tingkatkan Citra Produk Kriya Indonesia

Bali:(Globalnews.id)- Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bersinergi dengan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) menggelar kegiatan bertajuk Cerita Kriya yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia UMKM di bidang kriya atau pengrajin di Provinsi Bali serta meningkatkan citra produk kerajinan hasil karya para pengrajin, sehingga produknya bersaing di pasar lokal maupun global.

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki dalam acara Sinergi Kegiatan Kementerian Koperasi dan UKM dengan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) bertajuk Cerita Kriya di Tanjung Benoa, Bali, Selasa (9/8), mengatakan perekonomian Bali mengalami kontraksi paling berat akibat pandemi COVID-19 dan mengalami pemulihan ekonomi yang sempat melambat.

“Hal ini disebabkan karena perekonomian Bali didominasi oleh satu sektor yakni pariwisata,” kata Menteri Teten.

Pengalaman tersebut mendorong inisiatif diversifikasi perekonomian Bali melalui pengembangan beberapa sektor keunggulan di antaranya sektor berbasis kreativitas, kultural, dan sumber daya seperti kriya, wellness produk, hingga kuliner.

“Masyarakat Bali yang sudah lama dikenal sebagai masyarakat yang kreatif, terampil, dan tekun diyakini mampu menghasilkan produk kriya yang berkualitas dan disukai oleh pasar internasional,” ucap MenKopUKM Teten Masduki.

Lebih lanjut, Menteri Teten menambahkan posisi Bali sebagai destinasi wisata favorit wisatawan dapat digunakan sebagai lokasi memasarkan produk dan mempelajari selera pasar dunia.

Selain itu, menurutnya pengembangan UKM produk kriya juga harus dilakukan berbasis riset pasar, sistematis, dan berkesinambungan dengan fokus pada agregator kecil dan menengah melibatkan buyer representatif dan lembaga pembiayaan ekspor.

“Promosi produk kriya Bali melalui kegiatan pameran baik skala nasional maupun internasional di Bali perlu dilakukan secara rutin,” ucap Menteri Teten.

Dia menegaskan pelaku UMKM akan sulit beradaptasi dan mengembangkan usahanya jika berjalan sendiri-sendiri dan harus menentukan strategi pasar karena sumber daya yang terbatas. Selain itu, UMKM juga perlu berkolaborasi dan melakukan spesialisasi produksi.

Sejalan dengan itu, peran Dekranas dikatakannya sangat strategis dalam mendorong kemajuan UMKM. Dekranas pun memberikan pendampingan kepada pelaku UMKM untuk mempresentasikan karya mereka, mengembangkan branding dan manajemen usaha, kemudahan pendanaan, serta mengajak UMKM untuk memiliki tanggung jawab sosial terhadap kelestarian lingkungan dan kecintaan akan produk lokal.

Di tempat yang sama, Bidang Pendanaan Dekranas Suzana Teten Masduki menyampaikan bahwa Provinsi Bali merupakan salah satu juara penghasil kriya atau kerajinan tangan terbaik. Banyak karya indah dan bernilai estetika tinggi yang telah dibuat oleh pelaku kreatif Bali dan menjadi produk kebanggaan Indonesia.

Namun, ketika pandemi melanda, terjadi pergeseran tren dan selera pasar. Sejalan dengan itu, tantangan dan peluang bagi sektor kriya selama pandemi juga dikatakan banyak berubah.

“Untuk menjawab kebutuhan tersebut, dibutuhkan inovasi dan kreativitas. Sektor kriya harus mampu menjawab kebutuhan pasar Indonesia hingga internasional.
Untuk membangun ekosistem ekonomi inklusif yang berkelanjutan, kita mendorong para pelaku kreatif untuk membangun bisnis model yang lebih modern,” kata Suzana.

Dia pun menekankan bahwa sinergi yang dilakukan KemenKopUKM dan Dekranas pun menghadirkan serangkaian pelatihan dengan model jemput bola yang bertujuan untuk memberikan penguatan kewirausahaan, memperkuat ekosistem ekonomi digital dari hulu ke hilir.

Suzana menegaskan sinergi ini merupakan upaya dan ikhtiar bersama, terlebih dengan adanya momentum Presidensi G20 yang merupakan kesempatan terbuka untuk membangun dan mentransformasi sektor kriya Indonesia.

“Sehingga dari sisi pelaku usaha harus siap, sama-sama kita memanfaatkan Presidensi G20 ini dengan baik. Bukan hanya menjadi tuan rumah, tapi juga menjadi pemenang,” ucapnya.

“Dengan demikian pendekatan berbasis ekosistem ini, kami berharap ada banyak kesempatan-kesempatan terbuka untuk terus memajukan para pelaku usaha di Indonesia. Semoga pelatihan yang diberikan KemenKopUKM dengan Dekranas dapat menjadi keuntungan tersendiri bagi pesertanya dalam menghadapi goncangan ke depan,” kata Suzana.

Gubernur Bali Wayan Koster pun mengapresiasi langkah KemenKopUKM dan Dekranas untuk kembali membangkitkan UMKM khususnya sektor kriya di Bali. Dia pun mengakui bahwa selama ini Bali masih bergantung pada sektor pariwisata yang berkontribusi sekitar 45 persen pada PAD.

Namun, dari pengalaman yang terjadi sektor ini terbukti sangat rentan terhadap bencana baik bencana alam maupun yang tak terduga, seperti halnya pandemi COVID-19.

“Maka kami jalankan transformasi ekonomi baru, agar tidak bergantung satu sektor saja. Ada 6 sektor yang akan kami kembangkan ke depan pertanian, kelautan dan perikanan, UMKM dan koperasi, sektor industri dengan branding Bali, ekonomi digital, dan pariwisata. Pada 2023 kami akan tancapkan lagi lebih progresif karena kekayaan kami ini ada di UMKM, ekonomi kreatif dan ekonomi digital,” ucap Wayan.

Dalam acara ini juga diserahkan secara simbolis Program Strategis kepada 19 UMKM yang mewakili, meliputi penyerahan Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada 5 UMKM dengan total Rp850 juta, dana bergulir LPDB KUMKM kepada 5 koperasi dengan total Rp19,85 triliun, penerbitan Nomor Induk Berusaha (NIB) kepada 5 Usaha Mikro, dan fasilitasi standardisasi dan sertifikasi produk kepada 4 UKM.(Jef)

KemenKopUKM dan Dekranas Hadirkan Pelatihan dan Bimbingan Bagi UMKM di Labuan Bajo

Labuan Bajo:(Globalnews.id) – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) bersinergi menghadirkan pelatihan dan bimbingan kepada pelaku UMKM di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Suzana Teten Masduki dari Bidang Pendanaan Dekranas mengatakan kegiatan yang berlangsung dari 21-24 Juli 2022 ini bertujuan untuk mengembangkan produk unggulan Labuan Bajo yang menjadi salah satu dari 5 Destinasi Super Prioritas Indonesia.

“Kegiatan ini berisikan rangkaian acara kolaborasi dengan tema Cerita Kriya, yang bertujuan mengembangkan para pelaku usaha khususnya pengembangan produk unggulan kriya khas Labuan Bajo,” ungkap Suzana dalam acara Cerita Kriya, Pengrajin Berdaya di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jumat (22/7).

Lebih lanjut, Suzana menegaskan Indonesia boleh berbangga perannya dalam Presidensi G20 tahun 2022 ini. Namun, hal yang lebih membanggakan adalah semangat UMKM dalam menyambut dan mengambil bagian dalam perhelatan besar tersebut.

“Saya telah melihat UMKM yang memproduksi terutama kriya untuk _merchandise_ G20 dan memiliki kualitas yang baik dan indah,” ujar Suzana.

Dengan kualitas seperti ini, Suzana yakin _demand_ atau permintaan akan kriya karya Indonesia tidak akan berhenti di sini saja. Namun juga siap, menyambut pemulihan ekonomi dengan kembalinya pengunjung ke Labuan Bajo.

“Itulah mengapa kami mengambil tema Cerita Kriya tahun ini. Meskipun sudah berkembang luar biasa, kita masih harus terus memperbaiki beberapa hal agar perkembangannya hingga layak ekspor dan menjadi pilar ekonomi Labuan Bajo dan NTT secara keseluruhan,” katanya.

“Dengan G20, ini adalah tahun yang tepat dan terbaik untuk menggenjot kualitas produksi, manajemen, hingga akses pendanaan bagi UMKM Kriya, terutama di Labuan Bajo dan NTT secara keseluruhan. Tempat yang indah luar biasa ini, banyak lahir kriya dengan filosofi dan _craftmanship_ yang memukau. Lebih dari sanggup untuk memukau dunia,” ucap Suzana.

Di tempat yang sama, Deputi Bidang Usaha Mikro KemenKopUKM Eddy Satriya menambahkan tujuan kegiatan ini juga untuk meningkatkan kapasitas di bidang produksi, pemasaran, pembiayaan, dan manajemen usaha koperasi dan UMKM di sektor kriya di Kabupaten Manggarai barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Adapun rangkaian kegiatan acara ini antara lain Bimbingan Teknis Pengawasan Koperasi, Sosialisasi Pembentukan Koperasi kepada Kelompok Usaha Produktif Masyarakat, Pelatihan Vocational bagi Usaha Mikro di Sektor Pariwisata, Bimbingan Peningkatan Mutu Produk Usaha Mikro di Kawasan/Klaster Pariwisata, Sosialisasi KUR, dan Open Desk Pendampingan Penerbitan Legalitas Usaha Berupa Nomor Induk Berusaha (NIB).

Selain itu, acara lainnya ialah Pelatihan Vocational Design dan Branding Produk UKM Bersama, Bimbingan Teknis Kewirausahaan Penunjang Pariwisata Daerah, Fasilitasi Financial Matching bagi Wirausaha, Fasilitasi Literasi Digitalisasi Keuangan, Bimbingan Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Terintegrasi dengan SIDT-KUMKM, Sinergitas Pengembangan Produk Lokal Unggulan, serta Workshop Kewirausahaan Pengembangan Produk Unggulan Daerah.

Eddy menyampaikan dalam acara ini, dilaksanakan pula Penyerahan Simbolis Program Strategis Kementerian Koperasi dan UKM, yaitu Simbolis Penyerahan Kredit Usaha Rakyat dan Penyerahan Simbolis Pemberian Pinjaman LPDB-KUMKM melalui KSP KOPDIT Suka Damai.

“Untuk mendukung Labuan Bajo sebagai Destinasi Super Prioritas diperlukan sinergitas semua pihak dalam rangka pengembangan produk-produk kreatif dan produk unggulan daerah termasuk produk kriya. Oleh karena itu, diharapkan dengan sinergitas tersebut dapat mewujudkan koperasi dan UMKM yang berkualitas, berdaya saing, dan berkontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi daerah,” ujar Eddy.

Sementara itu, Wakil Bupati Kabupaten Manggarai Barat Yulianus Weng mengapresiasi dilaksanakannya kegiatan ini. Menurutnya, kegiatan ini pun langsung bersentuhan dengan pelaku UMKM.

Yulianus menambahkan bahwa dalam masa jabatannya ini pertama kalinya ada Kementerian yang memberikan pelatihan secara komplit dari hulu ke hilir dari produksi, perizinan, pembiayaan, hingga pemasaran dan pendampingan.

“Perlu kami sampaikan bahwa kami pun mendukung gas full untuk pelaku UMKM baik pembinaan, modal, dan pemasaran produk. Melalui Dekranasda, kami juga melatih 10 UMKM di beberapa kecamatan dan hasil karya mereka yakni berupa topi dan selendang yang kemudian dibeli oleh Dekranasda serta Pemerintah Kabupaten untuk diberikan kepada tamu. Jadi UMKM tidak perlu lagi pikirkan pemasaran hasil produknya,” kata Yulianus Weng.(Jef)

Setop Impor, Pemerintah Komitmen Tingkatkan Belanja Produk Dalam Negeri

Bali:(Globalnews.id)- Pemerintah berkomitmen meningkatkan belanja pengadaan barang dan jasa kementerian atau lembaga (K/L), pemerintah daerah dan BUMN melalui penggunaan produk dari dalam negeri.

Presiden RI Joko Widodo mengatakan bahwa di tengah kesulitan ekonomi yang melanda dunia saat ini, Indonesia harus memiliki keinginan yang sama untuk membeli dan bangga pada buatan lokal melalui Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia.

“Saya lihat pengadaan barang dan jasa ini belinya barang impor semuanya. Padahal kita punya pengadaan barang dan jasa pusat itu Rp526 triliun, daerah Rp535 triliun, BUMN 420 triliun. Ini uang besar sekali yang pernah kita lihat. Ini kalau digunakan enggak usah muluk-muluk, dibelokkan 40% saja itu bisa men-trigger pertumbuhan ekonomi kita,” ungkapnya dalam Pengarahan Presiden RI Tentang Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia 2022 di Nusa Dua, Bali, Jumat (26/3).

Lebih lanjut, Presiden Jokowi menambahkan bahwa pemerintah pusat dan daerah dapat berkontribusi 1,7% dan BUMN 0,4% kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia jika mampu melakukan pengadaan barang dan jasa dari dalam negeri.

“Kalau kita beli barang impor, kita memberi pekerjaan ke negara lain. Capital outflow, berarti uang kita keluar, pekerjaan ada di sana bukan di sini. Coba kita belokkan ke sini, barang yang kita beli dari dalam negeri, berarti akan ada investasi, membuka lapangan pekerjaan sampai 2 juta lapangan pekerjaan,” tegas Presiden Jokowi.

Presiden Jokowi menuturkan bahwa saat ini baru terealisasi Rp214 triliun pengadaan barang dan jasa dari produk dalam negeri. Dia pun menargetkan, lebih dari Rp400 triliun pengadaan barang dan jasa dari produk dalam negeri dapat terwujud pada Mei 2022 nanti.

Dia mencontohkan, banyak produk yang dapat diproduksi dalam negeri dan tidak perlu impor. Seperti CCTV, seragam dan sepatu TNI dan Polri, alat kesehatan dan tempat tidur rumah sakit, alsintan dan traktor pertanian, ATK, dan lainnya.

Dia juga meminta agar produk UKM segera masuk ke e-katalog LKPP. Ditargetkan pada akhir 2022, sebanyak 1.000.000 produk UKM mampu hadir dalam e-katalog LKPP untuk pengadaan barang dan jasa pemerintah.

“Saya minta segera dorong juga UKM daerah untuk masuk ke e-katalog LKPP. Masukan sebanyak banyaknya. Akhir tahun bisa tembus 1.000.000 produk UKM kita untuk dimasukan ke e-katalog. Sering sekali yang dikeluhkan SNI sulit, sertifikat juga. Ini barang-barang dari kita sendiri kok, permudah itu, buat sederhana, jangan ruwet dan bayar mahal. Kapan UKM kita maju kalau SNI aja sulit. Dipermudah biar semuanya bisa masuk ke e-katalog. Kalau kita semangat semua, UKM kita senyum semua. Mereka akan berproduksi, menambah kapasitas mereka,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan bahwa optimalisasi belanja dari pemerintah pusat dan derah, K/L dan BUMN akan mendorong para pelaku UMKM untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas produksinya.

“Sekarang dengan penyederhanaan regulasi di LKPP ditambah afirmasi dari Bapak Presiden, tidak ada lagi yang menghambat pengadaan barang dan jasa untuk UMKM dan akan memudahkan KemenKopUKM,” ujar Menteri Teten.

Menteri Teten menegaskan bahwa pihaknya akan lebih fokus di pendampingan dan kurasi produk UMKM agar produk mereka siap. Dari segi pembiayaan juga sudah tidak lagi menjadi persoalan untuk UMKM agar dapat memproduksi dalam jumlah yang besar.

Pihaknya juga sudah membuat daftar produk impor yang dapat diganti dan dibuat dari dalam negeri. Dia pun menegaskan akan menggandeng importir untuk mengalihkan produksi dari dalam negeri.

“Kami sudah ada pembicaraan dengan mereka dan data di kementerian dan lembaga yang masih impor untuk diproduksi dalam negeri. Kami yakin hampir semua bisa diproduksi dalam negeri dan ini bagus untuk pertumbuhan UMKM. Bulan April 2022 nanti kami akan lakukan business matching di Gedung SMESCO Jakarta dengan Kemenparekraf untuk merealisasikan Rp200 triliun lagi,” ucapnya.

Menurut Menteri Teten, Presiden Jokowi juga mengingatkan, selain belanja pemerintah, konsumsi masyarakat melalui e-commerce juga menjadi perhatian. Dia pun mengingatkan untuk e-commerce cross border yang produknya masih impor harus segera diingatkan untuk tidak melakukan hal tersebut.

Pasalnya, konsumsi dari dalam negeri juga dikatakan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Maka dari itu, komitmen dari e-commerce cross border juga diperlukan untuk mendongkrak belanja produk lokal.

“Sebelum pandemi kan 52% ekonomi Indonesia digerakkan oleh konsumsi masyarakat. Jadi butuh komitmen e-commerce untuk mengandalkan ekonomi dalam negeri. Jadi bukan hanya pemerintah tapi masyarakat dan e-commerce,” pungkas Menteri Teten.(Jef)

Sinergi DWP KemenKopUKM Tingkatkan Kualitas Literasi Keuangan Usaha Mikro

Jakarta:(Globalnews.id)- Pengurus Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian bersinergi dengan Kementerian Koperasi dan UKM menyelenggarakan kegiatan pelatihan vocational di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat, dalam rangka memperingati HUT ke-22 Dharma Wanita Persatuan dan Peringatan Hari Ibu ke-93.

“UMKM memiliki peran penting dalam membantu perekonomian Indonesia. Untuk mengembangkan UMKM, khususnya usaha berskala mikro, dibutuhkan peran pendampingan dari berbagai aspek. Diantaranya, peningkatan pengetahuan wirausaha, pemberdayaan SDM, manajemen pembiayaan, pemasaran, pengetahuan di bidang keuangan, dan lain-lain,” papar Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Koperasi dan UKM Suzana Ramadhani Teten Masduki, pada acara Pelatihan Vocational “Literasi Kuangan dan Akses Pembiayaan Bagi Usaha MIkro”, secara daring, Rabu (10/11).

Menurut Suzana, salah satu aspek penting yang wajib dipahami pelaku usaha mikro adalah literasi keuangan. “Literasi keuangan dapat diartikan sebagai pengetahuan keuangan dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan,” ucap Suzana.

Literasi keuangan ini berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam mengelola dan melakukan perencanaan terhadap keuangan. “Ketidakpahaman akan pentingnya literasi keuangan dapat mengakibatkan kurangnya akses ke lembaga keuangan sehingga mudah dipengaruhi oleh penjual produk keuangan,” ulas Suzana.

Sebaliknya, lanjut Suzana, perhatian khusus terhadap keuangan berdampak pada peningkatan kualitas dan kecerdasan finansial yang baik sehingga dapat memperbaiki roda ekonomi negara itu sendiri.

Namun pada kenyataannya, kata Suzana, tidak semua pelaku usaha mikro memiliki pengetahuan keuangan yang cukup. Padahal, kemampuan pelaku usaha dalam mengenali dan mengakses sumber daya keuangan akan berdampak pada tingkat pertumbuhan usaha tersebut.

“Kemampuan mengelola keuangan bagi usaha mikro sangat diperlukan untuk kinerja dan keberlangsungan usaha,” tegas Suzana.

Bagi Suzana, tanpa adanya pemahaman mengenai konsep-konsep dasar keuangan, maka pelaku usaha mikro tidak bisa mengambil keputusan terkait pengelolaan keuangan. Sedangkan pelaku usaha yang memiliki dasar pengetahuan keuangan yang baik akan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan keuangan yang lebih baik, seperti pinjaman, investasi dan sebagainya.

“Jika dibandingkan dengan pelaku usaha yang tidak memiliki dasar pengetahuan keuangan, akan memungkinan timbulnya resiko dalam usahanya seperti kerugian bahkan kebangkrutan,” ulas Suzana.

Suzana berharap, melalui kegiatan Pelatihan Literasi Keuangan dan Akses Pembiayaan bagi Usaha Mikro, dapat memberikan pengetahuan serta keterampilan baru agar dapat diterapkan dalam mengembangkan usaha serta dapat memberikan manfaat sebanyak-banyaknya.

Manfaatkan Digitalisasi

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Usaha Mikro KemenKopUKM Eddy Satriya mengatakan, pelaku usaha mikro mempunyai peranan penting dalam mendukung tulang punggung perekonomian.

“Untuk itu, pelaku usaha mikro harus melek dan melangkah memanfaatkan digitalisasi untuk memperbaiki literasi keuangan dalam memaksimalkan produktifitas usaha yang sedang digeluti saat ini,” kata Eddy, dalam kegiatan Pelatihan Vocational “Literasi Keuangan dan Akses Pembiayaan bagi Usaha mikro di Kabupaten Cirebon, Rabu (10/11).

Menurut Eddy, setiap pelaku usaha pasti mempunyai produk unggulan yang berbeda di setiap daerah. Seyogyanya itu adalah tugas pemerintah termasuk Kementerian Koperasi dan UKM untuk dapat melakukan pemasaran serta mempelopori hingga dapat melakukan ekspor.

Eddy menambahkan bahwa pihaknya berkeinginan membantu seluruh pelaku usaha mikro yang sangat membutuhkan pendampingan yang terkait dengan pengaturan transaksi laporan keuangan, serta meningkatkan pengetahuan pelaku usaha mikro tentang bagaimana caranya untuk memaksimalkan akses pembiayaan yang kaitannya sangat erat dengan tekhnologi yang ada saat ini. Khususnya, dalam pemanfaatan internet melalui gadget.

Eddy juga mengatakan bahwa pihaknya siap untuk memberikan pelatihan yang terbaik bagi pelaku usaha mikro di seluruh daerah yang sudah siap untuk kelasnya dinaikkan sesuai dengan tingkatan yang dibutuhkan.

Jika kemampuan dan literasi keuangan dari pelaku usaha mikro meningkat, maka pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM akan lebih mudah untuk memperkenalkan program yang berkaitan seperti akses pembiayaan ataupun transformasi yang tadinya informal menjadi formal.

“Jika diperlukan tentu saja dapat ditindaklanjuti dengan memberikan sertifikasi sesuai kebutuhan,” ujar Eddy.

Lebih jauh lagi Eddy mengatakan, jika pelaku usaha mikro telah yakin dengan produk yang akan dipasarkan serta mengerti literasi keuangan serta mengakses pembiayaan, otomatis mereka akan naik kelas. “Setelah itu, nanti akan digabungkan dalam satu wadah koperasi yang sudah modern” pungkas Eddy.(Jef)

Sinergi KemenkopUKM-Dekranas Kembangkan Ekosistem UMKM Berbasis Koperasi Modern di Likupang

Likupang:(Globalnews.id)– Upaya mendorong perekonomian Indonesia melalui pengembangan ekosistem Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berbasis Koperasi modern terus dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM melalui sinerginya dengan Bidang Manajemen Usaha Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas).

Menurut Ketua Bidang Manajemen Usaha Dekranas Suzana Teten Masduki, Sinergi ini menjadi salah satu peran Dekranas dalam memberdayakan UMKM melalui pelatihan-pelatihan secara online dan offline, baik secara langsung ke UMKM maupun melalui wadah Koperasi.

“Pelaku UMKM kita masih banyak yang jalan sendiri-sendiri sehingga tidak memiliki posisi tawar dalam penguasaan pasar, akses permodalan, dan pemanfaatan teknologi. Seharusnya UMKM juga sudah menjadi anggota Koperasi untuk membangun kekuatan bisnis dan sejahtera bersama-sama,” ujar Suzana saat membuka acara Sinergi Kegiatan Kementerian Koperasi dan UKM dengan Bidang Manajemen Usaha Dekranas di Likupang, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Senin (18/10/2021).

Turut hadir dalam acara tersebut Asisten Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Jabatan Fungsional, Deputi Bidang Perkoperasian KemenkopUKM Nasrun Siagian, Bupati Minahasa Utara Joune Ganda, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sulawesi Utara Ronald Sorongan, Kepala Dinas Tenaga Kerja Minahasa Utara Marthen Sumampouw, Ketua Dekranasda Provinsi Sulawesi Utara Rita Dondokambey, serta Ketua Dekranasda Kabupaten Minahasa Utara Rizya Ganda Davega.

Lebih lanjut Suzana juga mengatakan bahwa Dekranasda berperan dalam mendorong para pelaku UMKM untuk membentuk kelembagaan berbasis koperasi yang berfungsi sebagai aggregator agar para pelaku UMKM tidak lagi khawatir bila barang hasil produksi belum terjual sepenuhnya.

“Koperasi dan UMKM harus saling bergandengan tangan, bergotong royong, dan itulah ciri dan tradisi bangsa Indonesia,” imbuhnya.

Melalui kegiatan ini Dekranas juga ingin mendorong para pelaku UMKM untuk masuk pada ekosistem digital, mulai dari manajemen keuangan hingga teknik pemasaran yang memanfaatkan marketplace dan berbagai macam media sosial, sehingga UMKM mampu menjangkau akses pasar lebih luas di segala penjuru.

Di tempat yang sama, Asisten Deputi pengembangan Sumber Daya Manusia dan Jabatan Fungsional, Deputi Bidang Perkoperasian Nasrun Siagian menyampaikan sinergi ini diharapkan mampu mendorong UMKM khususnya wastra untuk masuk pasar global dan go digital.

“Melalui pelatihan-pelatihan seperti Koperasi Modern terkait dengan modernisasi bidang usaha dan keuangan berbasis digital, diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan keahlian pelaku UMKM dalam memanfaatkan teknologi digital untuk pemasaran produk UMKM,” tutur Nasrun.

Sementara itu Bupati Minahasa Utara Joune Ganda menyambut baik Sinergi yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM  dengan Dekranas. Terlebih Likupang sebagai salah satu daerah destinasi wisata super prioritas nasional perlu diimbangi dengan kualitas UMKM yang baik di sekitarnya.

“Kegiatan ini menjadi satu keuntungan dan nilai tambah bagi pelaku usaha dan koperasi, terutama terkait dengan penguatan dan pemberdayaan digitalisasi KUKM, literasi keuangan serta akses pembiayaan pelaku usaha di Minahasa Utara khususnya Likupang,” ungkap Joune.

Ketua Dekranasda Provinsi Sulawesi Utara Rita Dondokambey juga mengungkapkan Dekranasda Provinsi Sulawesi Utara terus mendukung kinerja pemerintah dalam mengembangkan ekonomi sektor kerakyatan, khususnya dalam pengembangan bidang agrokompleks seperti pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan yang menjadi produk unggulan.

“Sinergitas dan Kolaborasi seperti ini diperlukan untuk peningkatan daya saing dan kreatifitas produk-produk unggulan di daerah. Sehingga momen ini dapat kita manfaatkan untuk menciptakan upaya yang terintegrasi dan sinkron antara Kemenkop UKM dengan Dekranas mulai dari pusat hingga daerah,” Pungkas Rita.

Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Cerita Wastra yang merupakan kerjasama antara Dekranas dengan Kemenkop UKM, Kemendikbud, swasta, dan komunitas yang bertujuan untuk memperkenalkan Wastra sebagai kain tradisional dan memberikan dampak positif bagi para pengrajin Wastra.(Jef)