SURAKARTA: (Globalnews.id)- Mendengar kisah guru honorer di Indonesia memang selalu menyayat hati. Kesejahteraan minim dan status pekerjaan yang tidak kunjung jelas. Seperti dialami Asri Manikwati (37), seorang guru honorer di sebuah sekolah menengah kejuruan (SMK) di Surakarta, Jawa Tengah.
Hampir 13 tahun sudah Asri setia dengan pekerjaannya menjadi guru honorer, kendatipun harapan untuk diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) tetap disimpannya dalam hati. Gaji sebesar Rp1,6 juta setiap bulan memang tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, namun ia tidak patah arang.
Sudah tiga tahun terakhir, atau tepatnya 2016 lalu, Asri tengah menekuni usahanya di bidang produksi pakaian jadi dan batik, disamping tetap mengajar sebagai guru. Modal seadanya membuat usaha Asri sulit berkembang dan produksi terbatas.
Hingga pada akhirnya pada Tahun 2018 Asri menerima bantuan modal Program Wirausaha Pemula (WP) dari Kementerian Koperasi dan UKM sebesar Rp13 juta. Dana tersebut, tentu langsung dimanfaatkan pemilik usaha bernama Adijaya Tailor & Boutique ini. Ia membeli sebuah mesin obras dan mesin jahit dinamo.
Memiliki tiga orang tenaga kerja, kini usahanya mampu memproduksi 200 potong pakaian per minggu, dari sebelumnya hanya 60 potong. Tak hanya itu, hasil produksinya juga sudah menembus ritel modern dan dipasarkan hingga ke sejumlah wilayah di luar Surakarta.
“Alhamdulilah, sekarang omset kita per bulan sudah Rp7 juta. Ada niat mau dikembangkan penjualan ke online (E-commerce),” ucap lulusan Tata Busana dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) in, ditemui ditempat usahanya di Jalan Joko Tingkir, Pajang, Surakarta, kemarin.
Namun begitu, Asri mengaku masih belum terlalu memahami pemasaran dan penjualan produknya melalui berbagai marketplace e-commerce. Bahkan, satu-satunya sarana penjualan di Instagram yang dimilikinya pun tidak terlalu aktif.
Ia berharap, ke depan dapat mengikuti pelatihan Bimbingan Pemasaran Produk KUKM melalui E-Commerce yang kebetulan digelar Kementerian Koperasi dan UKM di Surakarta. “Kebetulan saya tidak masuk menjadi peserta, ke depan harapannya bisa ikut bimbingan untuk mengembangkan pemasaran,” ungkap Asri.
Terpisah, Konsultan Online Marketing, Heri Berus Triadmadja (Om Ber) mengatakan, strategi pemasaran melalui berbagai platform media sosial (medsos) dan e-commerce menjadi kunci perkembangan sebuah usaha. Dengan strategi yang tepat, tak sedikit pelaku UMKM kini menanjak menjadi pengusaha kelas atas.
“Kuncinya niat dan kemauan. Pasti semua orang punya smartphone, manfaatkan fasilitas itu karena gratis. Jika tidak mengerti, bisa meminta bantuan anak atau keluarga untuk membuat akun medsos dan membuat toko di marketplace e-commerce,” jelas Om Ber kepada 100 peserta bimbingan pemasaran e-commerce bagi UMKM di Surakarta.
Apalagi, menurut dia, perkembangan teknologi yang pesat menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pelaku usaha UMKM di Indonesia. Melalu e-commerce dan medsos, pemasaran produk tidak memiliki batasan dan bahkan bisa menjangkau sampai mancanegara.
Sebagai informasi, Kementerian Koperasi dan UKM mengalokasikan anggaran program Wirausaha Pemula sebesar Rp26,1 miliar dengan target penerima bantuan sebanyak 1.831 WP, dengan nilai bantuan Rp10 juta hingga Rp13 juta setiap WP.
Program WP sendiri diharapkan sebagai stimulan bagi pelaku UMKM di Indonesia untuk mengembangkan usaha dan dapat mengakses pembiayaan yang lebih besar melalui jalur perbankan.(jef)