TUBAN: (Globalnews.id)-Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) akan mengembangkan potensi tenun Gedok, kain tradisional warisan leluhur yang berasal dari Tuban Jatim.
Hal itu karena keberadaan kain ini sempat hampir punah, karena kurangnya peminat dari masyarakat lokal.
“Pengembangan potensi tenun Gedok itu sudah mulai kita rintis tiga bulan lalu bekerjasama dengan Kementrian Koperasi dan UKM dengan mengadakan pelatihan vocational proses produksi tenun Gedok. Dan sekarang ini diteruskan dengan pelatihan lanjutan agar para pengrajin tenun Gedok itu bisa naik kelas profesionalisme dan hasil produksiinya,” jelas Ketua Bidang Manajemen Usaha Dekranas, Bintang Puspayoga di Tuban, Rabu (19/7).
Hasilnya, sudah mulai kelihatan dengan produksi tenun Gedok yang kini lebih halus dan berkualitas.
“Karena kualitasnya makin bagus, nilaii jualnya pun makin tinggi. Harga selembar tenun Gedok yang dulu di pameran sekitar Rp 200 ribu, kini setelah kualitasnya bagus, sudah ada yang membelli sampai Rp 600 ribu per lembar,” katanya.
Bintang berharap untuk selanjutnya, pengembangan potensi tenun Gedok ini bisa dilakukan bersama-sama, baik Dekranas, Dekranasda Provinsi dan Kabupaten, maupun Pemda Provinsi dan Daerah.
“Kalau kita garap secara gotong royong, saya optimis tenun Gedok akan kembali terangkat, dan makin memperkaya warisan budaya leluhur,” tambahnya.
Keistimewaan Gedok
Yang membuat tenun Gedog terasa begitu istimewa adalah proses pembuatannya yang sangat panjang.
Para pengrajin mengakui, proses pembuatan kain tradisional ini cukup memakan waktu yang lama dan lebih sulit dari proses pembuatan batik pada umumnya.
Hal itu mulai dari proses awal, dengan memanen pohon kapas terlebih dahulu. Lalu dilanjutkan dengan memintal /menganti kapas menjadi benang, dicelupkan ke kanji agar kaku, lalu mulai proses tenun, baru dicelup warna.
Untuk membuat sehelai kain tenun Gedog, membutuhkan waktu berbulan-bulan.
Tekstur kain tenun Gedog memang agak kaku dan sedikit keras dibandingkan dengan tenun kebanyakan dari daerah lainnya.
Hal itu karena dahulu tenun Gedog dipakai untuk menggendong kayu dari ladang dan untuk taplak meja. Namun kini pengrajin juga mulai memdiversifikasinya menjadi tas dan pakaian.
Sentra Industri
Wignyo Rahadi, pengurus Dekranas bidang daya saing produk menjelaskan, langkah-langkah yang sudah dikembangkan Dekranas dalam mengangkat tenun Gedok ini secara umum ditujukan memangkas proses produksi sekaligus meningkatkan kualitas tenun yang dihasilkan.
“Pertama, dalam proses menganti atau memintal kapas menjadi benang, yang selama ini memutarnya pakai tangan, pemutarnya kita ganti dengan dinamo, sehingga putaran lebih cepat dan benangnya jadi lebih rata,” jelasnya.
Kedua, agar kualitas tenun lebih bagus, maka sisir tenun makin dirapatkan dari 500 (sisir jarang) menjadi 1.000 (sisir rapat).
Dengan langkah diatas, maka proses pembuatan tenun Gedok bisa dipercepat sampai empat tahapan, tanpa menghilangkan ciri khas benang kapas tenun Gedok.
Tahapan selanjutnya, memodernisasi pembuatan tenun Gedok dengan ATBM (alat tenun bukan mesin) guna meningkatkan kualitas dan kuantitas tenun Gedok.
” Dengan menggunakan ATBM, kain tenun bisa menjadi lebih halus dan lebar kain bisa lebih lebar dari 90 cm menjadi 115 cm, sementara untuk panjangnya bisa disesuaikan,” jelasnya.
Setelah mwndapatkan tenun Gedok berkualitas, tahap selanjutnya memadukannya dengan desain membuat desain tenun maupun batik yang lebih bagus dan modern tanpa memghilangkan ciri khas tenun Gedok.
Tahap terakhir dengan menjadikan Tuban sebagai sentra produksi dan penjualan produk busana kain tenun maupun batik Gedok. (jef)