JAKARTA:(Globalnews.id)- Pembentukan dan pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) kini sedang gencar dilakukan oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).
Sejauh ini sudah banyak BUMDes sukses yang layak dijadikan contoh bagi desa-desa lain, diantaranya adalah Desa Langgongsari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Apa yang dilakukan BUMDes ini terbilang inspiratif.Betapa tidak, badan usaha yang permodalannya berasal dari Dana Desa ini berhasil menyulap lahan angker seluas 4 hektare yang semula terbengkalai menjadi kawasan sumber pendapatan bagi warga.
Plt Direktur Jenderal Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman Transmigrasi (PKP2Trans), Hari Pramudiono SH MM, menceritakan, semula kawasan yang kini menjadi tempat wisata tersebut adalah hamparan lahan yang selama bertahun-tahun dianggap ‘wingit’ atau angker.
Begitu angkernya lokasi tersebut hingga anak-anak pun dilarang bermain di lahan yang dipenuhi rumput dan semak belukar tersebut.Hingga akhirnya muncul sosok bernama H Rasim yang ‘menyulap’ lahan angker tersebut menjadi lahan yang justru memiliki daya tarik. “Pak Rasim adalah Kepala DesaLanggongsari. Yang dilakukannya sangat inspiratif dan perlu ditiru oleh desa-desa lainnya,” ujar Hari di kantorKemendes PDTT Jakarta, Selasa (13/3/2018).
Menteri Desa PDTT, EkoPutroSandjojo, dalam berbagai kesempatan juga sering mengimbau agar para kepala desa kreatif dalam memanfaatkan potensi desa masing-masing untuk mengangkat perekonomian dan kesejahteraan warga.
Lantas, apa yang sebenarnya dilakukan Rasim? Setelah menjabat Kepala Desa, Pada tahun 2015 Rasim menggunakan Dana Desa yang saat itu baru pertama kali dikucurkan pemerintah untuk menyulap lahan nganggur itu menjadi pusat usaha warga desa. Pertama-tama, Rasim membentuk BUMDes sebagai wadah pengelola Dana Desa.Selanjutnya, dengan dana tersebut dan melibatkan seluruh warga desa, lahan terbengkalai itu disulap menjadi kawasan Agrowisata.
Untuk mempercantik lokasi wisata ini, Rasim dari tahun ke tahun menggunakan 90 persen Dana Desa. “Tahun 2015 dana desa yang kami gunakan Rp 300 juta, tahun 2016 jadi Rp 600 juta, tahun 2017 menjadi Rp 900 juta. Tahun 2019 kami menargetkan dalam waktu satu tahun ada peningkatan jadi Rp 1 Miliar, ” kata Rasim, beberapa waktu lalu.
Di lahan Agrowisata yang diberi nama Bulak Barokah ditanam berbagai jenis buah unggulan, seperti durian Bawor, kelapa, petai, aneka sayuran dan sebagainya. Takjauh dari situ dibangun beberapa petak bangunan tempat pengolahan gula kelapa khas desa setempat.Gula kelapa adalah salah satu potensi lokal yang selama ini menjadi mata pencaharian warga desa ini.
“Agrowisata Bulak Barokah ini juga kami jadikan pusat pengolahan gula kelapa, peternakan sapi dan kambing. Sedangkan untuk tanaman utamanya adalah durian dan petai.Tanaman buah lainnya kami manfaatkan lahan yang tersisa,”kata Rasim.
Sebanyak 450 keluarga hidup dari aktivitas pembuatan gula kelapa, menyebar di seantero desa.Kini, mereka yang diwadahi BUMDes bernama Kabul Ciptaku bisa memasarkan hasil produksinya lebih mudah dan dengan harga lebih baik. “Melalui BUMDes, pemasaran produk warga bisa lebih mudah dengan harga yang lebih tinggijuga,” jelasRasim.
Yang tak kalah menarik adalah aneka binatang yang dihadirkan dengan tertata dan terawat apik laiknya sebuah kebun binatang, seperti kelinci, kambing, kerbau, kambing, sapi, dan berbagai jenis ikan hias.Walhasil, Agrowisata Bulak Barokah ini menjadi destinasi wisata andalan bagi anak-anak, tak terkecuali sekolah-sekolah TK dan PAUD.
Disisi lain kawasan tersebut juga dibangun 26 kios berukuran 3×4 meter berbahan anyaman bambu.Setiap warga yang ingin berjualan harus membayar dengan uang sewa yang terjangkau, Rp600 ribu per tahun.Deretan kios unik itu kini menjadi pusat kuliner desa ini.Seluruh makanan khas Banyumas bisa dijumpai disini.
Beberapa pedagang yang dijumpai di lokasi mengaku sangat beruntung dengan berdirinya kawasan agrowisata ini. “Semula saya hanya kerja serabutan dengan hasil yang tidak menentu. Sekarang dengan berjualan disini, kami bisa memiliki penghasilan tetap, rata-rata bisa dapat Rp 200 ribu sehari,” ujarDurori, salahsatu pedagang yang menempati kios unik tersebut.
Destinasi wisata yang diresmikan akhir 2017 lalu memang belum ramai.Namun untuk sebuahlokasi wisata baru, Agrowisata milik warga Lenggongsari ini bisa dibilang cukup berhasil.Dan berkat langkah terobosan tersebut, H Rasim sempat dikukuhkan sebagai salah seorang tokoh inspirator pada bidang pengembangan BUMDes.(dan)