JAKARTA:(Globalnews,id) – Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram mengungkapkan bahwa kondisi Koperasi Unit Desa (KUD) saat ini sudah berbeda jauh dengan masa lalu sejak bergulirnya program revitalisasi KUD. Saat ini, banyak KUD sudah memiliki pengurus yang profesional dan berdedikasi tinggi yang berujung pada peningkatan kinerja KUD secara menyeluruh. “Terbukti, saat ini, ada sekitar 72 KUD di Riau dan Jambi beranggotakan 30 ribu petani yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit yang melakukan kerjasama Inti Plasma dengan perusahaan besar Asian Agri. Usaha besar mau kerjasama dengan koperasi karena koperasinya baik dan bagus”, kata Agus pada acara pembagian premi minyak sawit berkelanjutan dari Asian Agri untuk petani kelapa sawit anggota koperasi, di Jakarta, Selasa (10/4).
Untuk itu, lanjut Agus, pihaknya akan terus memperkuat kelembagaan petani yang tergabung dalam koperasi. “Kemenkop dan UKM sangat peduli untuk turut menjaga industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia secara berkelanjutan. Pasalnya, potensi ekonomi dari sawit nasional itu sangat besar. Apalagi, dari sekitar 14,03 juta hektar perkebunan kelapa sawit yang ada, 40% diantaranya merupakan perkebunan rakyat. Dimana mayoritas petaninya merupakan anggota koperasi”, imbuh Agus.
Bahkan, Agus menekankan bahwa pemerintah amat terbantu dengan adanya kerjasama antara Inti dengan plasma binaannya, seperti yang dilakukan Asian Agri. “Terlebih lagi, itu sesuai dengan program Nawacita yang salah satunya mengamanatkan pembangunan dari mulai desa-desa. Oleh karena itu, Kemenkop dan UKM akan terus membenahi dan memperkuat institusi koperasi yang ada di pedesaan di seluruh Indonesia”, tandas Agus.
Agus mengakui bahwa saat ini banyak koperasi atau KUD yang dalam pembiayaannya berasal dari swadaya para anggotanya, tidak lagi dari bantuan pemerintah. Tapi, bukan berarti pemerintah tidak hadir disana dalam membangun KUD di daerah-daerah perkebunan. “Kita memiliki program pembiayaan seperti kredit usaha rakyat atau KUR dan dana bergulir dari LPDB KUMKM dengan bunga yang sangat murah. Saya berharap para petani sawit bisa memanfaatkan program tersebut”, kata Agus lagi.
Banyak Keuntungan
Menurut Agus, banyak keuntungan yang didapat dari pola kerjasama Inti Plasma ini. Diantaranya, pasar bagi produk yang dihasilkan petani sudah jelas ada. Dimana produk petani pasti dibeli oleh inti, dalam hal ini Asian Agri. “Inti juga berkewajiban membina plasmanya. Plasma jangan dijadikan sebagai objek, melainkan mitra yang saling menguntungkan. Selain itu, kerjasama Inti Plasma ini juga tidak semata-mata menanam sawit tapi juga menjaga lingkungan”, papar Agus.
Agus juga berharap KUD-KUD kelapa sawit yang ada di Riau dan Jambi untuk segera memperkuat sektor usahanya melalui kemajuan teknologi atau IT. “Dengan IT, para petani bisa memonitoring pergerakan harga sawit dunia, kualitas produk, hingga memonitor persaingan di pasar”, tandas Agus.
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang mengatakan, pola Inti Plasma dari Asian Agri ini bisa dijadikan contoh baik bagi pengelolaan sawit berkelanjutan. Hal itu berdampak positif bagi perkuatan kelembagaan petani dan koperasi yang menaunginya. “Hasilnya, ekspor minyak sawit Indonesia pada 2017 menempati peringkat pertama menyumbang devisa pada negara sebesar US$33 miliar. Artinya, juga besar pada kontribusi terhadap PDB nasional”, tukas Bambang.
Oleh karena itu, kata Bambang, pihaknya akan terus mendorong program strategis seperti penertiban status lahan petani kelapa sawit dan sertifikasi tanah kebun-kebun kelapa sawit milik rakyat. “Kita juga membantu memperkuat kelembagaan petani dan juga memfasilitasi pendirian koperasi bagi petani sawit”, ujar Bambang.
Sedangkan Direktur Corporate Affairs Asian Agri M Fadhil Hasan menjelaskan bahwa premium sharing merupakan pembagian premi hasil penjualan minyak sawit berkelanjutan oleh Asian Agri krpada petani plasma binaan. Premium sharing dimulai sejak 2014 dan diadakan setiap tahun oleh Asian Agri bersama para petani plasma binaan. “Jumlah premi yang dibagikan tahun ini sebesar Rp3,69 miliar untuk 72 KUD di Jambi dan Riau. Premi itu untuk peningkatan kapasitas petani dan untuk mendukung pembangunan infrastruktur desa”, kata Fadhil.
Menurut Fadhil, kemitraan dengan petani sawit sudah terjalin sejak 1987 di atas lahan seluas 60 ribu hektar, sehingga menempatkan petani dalam posisi teramat penting. “Kita membangun saling percaya dan memberi ketrampilan teknis kepada petani. Karena tanpa itu, pola kemitraan ini tidak akan berkelanjutan”, pungkas Fadhil. (jef)