Kemenkop dan UKM, LPDB, dan Agriterra, Tingkatkan Kapasitas SDM KUMKM

BANDUNG;(GLOBALNEWS.ID)- Bekerjasama dengan Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM dan Agriterra, Kementerian Koperasi dan UKM menggelar pelatihan peningkatan kapasitas bagi SDM KUMKM di Bandung, Jawa Barat. “Tujuannya, untuk meningkatkan daya saing KUMKM, serta meningkatkan penghidupan berkelanjutan berbasis usaha mikro”, kata Deputi Bidang Pengembangan SDM Arif Rahman Hakim, dalam rilisnya, kemarin.

Pelatihan yang dilaksanakan pada 27 Febuari hingga 1 Maret 2020 itu, terdiri dari dua kegiatan pelatihan. Pertama, pelatihan perkoperasian kontemporer (New Generation Cooperative) dengan jumlah peserta sebanyak 30 orang yang berasal dari koperasi petani kentang dari Lembang, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Garut.

“Pelatihan ini bekerjasama dengan Agriterra. Agriterra adalah Organisasi Non-Pemerintah (NGO) dari Belanda sebagai lembaga konsultan kelas dunia yang khusus mendampingi koperasi-koperasi pertanian dalam membangun industri di sektor pertanian”, papar Arif.

Arif menambahkan, pada November 2018, pihaknya sudah menandatangani Memorandum Saling Pengertian (MSP) dengan Agriterra untuk mengelaborasi konsep korporasi petani model koperasi untuk industrialisasi pertanian.

Tujuan dari pelatihan perkoperasian kontemporer, lanjut Arif, adalah koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan usaha koperasi, harus memiliki nilai dan prinsip dasar yang harus menjadi pedoman dalam menjalankan aktivitasnya, prinsip koperasi yang harus dipatuhi dan dijalankan.

“Juga, untuk meningkatkan pemahaman para pengurus, pengawas dan penggelola serta anggota koperasi terhadap pemahaman koperasi”, tandas Arif.

Bagi Arif, koperasi juga harus dipahami sebagai persekutuan pengguna jasa bersama-sama melakukan investasi untuk mendirikan perusahaan yang berusaha dalam jasa yang mereka butuhkan dalam konteks hukum bisnis dan manajemen modern. “Bisa juga sebagai alternatif dari perusahaan yang dimiliki investor bukan pengguna jasa”, jelas Arif.

Pelatihan kedua adalah pelatihan manajemen berbasis kompetensi sejumlah 30 peserta yang merupakan koperasi KSP/KSPPS berasal dari wilayah Bandung, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Bandung, yang merupakan mitra dari LPDB KUMKM.

“Melalui pembiayaan dari LPDB KUMKM diharapkan mampu menjadi intregator untuk mempercepat pengembangan industri keuangan mikro di daerah”, ucap Arif.

Tujuan pelatihan ini adalah pengelola koperasi memiliki kompetensi yang baik yang dapat menciptakan produktivitas kerja yang tinggi. Sehingga, tercapai tujuan atau target koperasi sesuai dengan SKKNI di bidangnya masing masing. “Tak kalah penting, memahami akan proses manajemen koperasi. PermenkopUKM 15 Tahun 2015 menyebutkan, pengelola KSP wajib memiliki sertifikar standar kompetensi yang dikeluarkan Lembaga Sertifikasi Profesi”, ungkap Arif.

Sementara itu, para peserta pelatihan perkoperasian berharap adanya pendampingan usaha, bantuan dalam meningkatkan akses pemasaran, pengembangan produk dan juga pelatihan yang berkesinambungan mengenai perkoperasian.

Sedangkan harapan dari peserta pelatihan manajemen berbasis kompetensi adalah bisa mengakses pembiayaan yang berasal dari LPDB dan juga lembaga keuangan lainnya. Dan memiliki pemahaman yang baik akan prinsip-prinsip dan manajemen koperasi, serta dapat menyusun laporan keuangan yang baik.

“Harapan dari pemerintah adalah tersedianya koperasi simpan pinjam yang semakin profesional dan kompeten di bidangnya, serta koperasi petani kentang memiliki tata kelola manajemen koperasi yang lebih baik, setelah mendapatkan pelatihan”, ujar Arif.

Saat ini, jumlah koperasi mencapai 126.343 unit dengan jumlah anggota mencapai 29,1 juta orang anggota. Tetapi, aku Arif, realitanya tidak banyak yang dikategorikan sebagai koperasi sehat dan besar. Arah pengembangan koperasi dan UMKM dilakukan dengan pendekatan komunitas, daerah, ataupun klaster berdasarkan sentra produksi komoditas yang dikonsolidasi dalam skala bisnis. “Terutama yang berbasis pada sektor riil produksi yang unggul, baik beroreintasi ekspor, maupun substitusi impor”, jelas Arif.

Dengan adanya pelatihan ini, menurut Arif, menjadi media inspirasi untik pembelajaran pengetahuan dan juga jaringan baru dalam membuka networking. “Saat ini, zamannya revolusi 4.0. Kami berharap, kita semua dapat beradaptasi dengan teknologi sehingga tidak tertinggal perkembangan zaman”, pungkas Arif.(jef)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.