Semua tulisan dari globalnewsid

Stafsus MenkopUKM Dorong Masjid dan Pesantren Lakukan Inkubasi Bisnis

Indramayu:(Globalnews.id)- Masjid dan pesantren dapat melakukan inkubasi bisnis. Sehingga, bisa menumbuhkan santripreneur berbasis teknologi dan inovasi di Indonesia.

Hal itu diungkapkan Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Riza Damanik, pada acara Bazaar UMKM dan BUMN dalam rangka Haul Habib Umar bin Yahya, di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Rabu (29/9).

Pasalnya, lanjut Riza, Indonesia memiliki potensi ekonomi umat yang sangat besar. Selain sebagai negeri dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia juga merupakan pusat ekonomi syariah terbesar keempat di dunia dalam Global Islamic Economic Indikator.

“Indonesia juga masuk ke dalam 10 besar dalam kategori makanan halal, wisata ramah Muslim, hingga fesyen, obat-obatan, dan komestik halal,” kata Riza.

Bahkan, Riza menyebutkan bahwa Indramayu memiliki potensi besar, khususnya di sektor pangan. “Ke depan, kami akan terus perkuat sektor pangan karena merupakan kontributor tertinggi kedua dalam PDRB Indramayu, termasuk nasional,” ulas Riza.

Riza mencontohkan potensi beras dan buah tropis (mangga), serta sektor perikanan yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan di Indramayu. “Apalagi, perikanan di Indramayu terbesar di Jabar, baik subsektor budidaya maupun perikanan tangkap, atau pengolahan ikan dan garam,” jelas Riza.

Namun, Riza mengakui, dalam pengembangan sektor pangan masih memiliki banyak tantangan yang harus dibenahi. Diantaranya, rata-rata para pelaku di sektor ini masih kecil-kecil dan perorangan.  Sehingga, kurang efektif dan efisien.

“Ada juga tantantan menuju akses pasar yang akan terus kita perbaiki,” tandas Riza.

Tantangan lain adalah persoalan akses ke pembiayaan. “Ke depan, akan ada bimbingan dan pelatihan yang akan mendekatkan UMKM pada akses pembiayaan dalam pengembangan usahanya,” ujar Riza.

Begitu juga dengan tantangan masih rendahnya tingkat produktifitas, teknologi, dan inovasi, yang membelit pelaku UMKM.

Oleh karena itu, Riza mengungkapkan bahwa Kemenkop dan UKM memiliki prioritas utama dalam mengembangkan Korporatisasi Petani dan nelayan. “Upaya untuk memperkuat usaha-usaha di sektor pangan yang kecil-kecil agar bergabung dalam koperasi,” papar Riza.

Dengan berkoperasi, menurut Riza, akses terhadap pasar dan pembiayaan, serta inovasi produk, akan semakin baik lagi. “Tidak akan kalah dengan korporasi,” tandas Riza.

Riza mengungkapkan bahwa pihaknya sudah menerapkan program Korporatisasi Petani di Koperasi Pesantren Al Ittifaq (Ciwidey, Bandung). Disana, koperasi melakukan agregasi dan bermitra dengan puluhan Ponpes lainnya. Sehingga, bisa masuk skala ekonomi dan menguasai lini usaha dari hulu hingga hilir. “Dari mulai produksi, pengolahan, hingga pemasaran,” tukas Riza.

Dukungan KemenkopUKM lainnya terhadap pengembangan ekonomi syariah di Indonesia adalah pengembangan produk halal, yang mana semuanya sudah tertuang dalam UU Cipta Kerja. “Kini, sertifikasi halal tidak lagi dibebankan biaya alias gratis,” ungkap Riza.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) KH Hasbullah Ahmad, mewakili Wantimpres Habib Lutfi, mengatakan bahwa meski pandemi Covid-19 tengah mewabah di Indonesia, namun ekonomi umat harus tetap dipertahankan.

“Covid boleh mewabah, tapi ekonomi umat jangan sampai terpuruk,” tegas KH Hasbullah.

Oleh karena itu, KH Hasbullah mengajak semua pihak bahu membahu untuk menggalakkan ekonomi umat. “Koperasi yang ada di pesantren-pesantren harus kita kembangkan. Saat ini, kita harus bisa bangkit bersama. Dengan mengembangkan koperasi, Insya Allah, ekonomi umat akan bangkit,” pungkas KH Hasbullah. (Jef)

MenKopUKM Kawal Ketersediaan Produk UMKM  di Jaringan Hotel Accor Group

Surakarta:(Globalnews id) – Kerja sama antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan jaringan hotel global Accor Group telah membuahkan hasil. Terutama mayoritas di  jaringan hotel Accor Group wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta seperti Novotel dan Ibis Hotel kini telah merasakan manfaatnya.

KemenKopUKM berkolaborasi dengan Accor Group melalui Perjanjian Kerja Sama (PKS) penyerapan produk-produk UMKM di jaringan hotel milik Accor Group. Kerja sama ini sangat potensial bagi pelaku UMKM karena Accor Group memiliki lebih dari 5.000 jaringan hotel di seluruh dunia.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam kunjungannya ke Solo, Jawa Tengah, menyaksikan sendiri bagaimana Novotel Solo Hotel, sebagai salah satu jaringan hotel Accor Group, teleh memberikan ruang promosi di lobi hotelnya. Ia mengapresiasi komitmen Accor Group dalam kerja sama tersebut.

“Saya pribadi sangat berterima kasih dan mengapresiasi langkah ini. Kalau bisa ini dijaga karena tak hanya menguntungkan bagi UMKM, tapi ini juga menjadi bisnis lain bagi Accor,” ucap MenKopUKM Teten dalam acara Ramah Tamah dengan mitra UMKM binaan Novotel Solo di Solo, Jateng, Selasa (28/9) malam.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut, General Manager (GM) Novotel Hotels & Resort Solo Toat Edi Wijaya, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jawa Tengah Ema Rachmawati, Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Hanung Harimba Rachman, dan Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo.

Untuk produk UMKM yang akan masuk dalam jaringan Accor Group, MenKopUKM meminta, agar mampu memenuhi standar atau selera pasar internasional. Selain perlu juga ditambah adanya storytelling pada produk tersebut.

“Bayangkan jika satu produk UMKM masuk ke seluruh jaringan itu, sangat besar sekali dampaknya. Terutama dalam memperkenalkan produk Tanah Air,” katanya.

Namun satu yang belum bisa dipenuhi pihaknya dari permintaan Accor adalah, untuk produk minyak kayu putih yang saat ini memiliki banyak permintaan. Lantaran belum banyak UMKM yang memenuhi standar ini.

“Kalau produk UMKM-nya tak sesuai tentunya akan membuat brand image jadi buruk. Kualitas dan standarisasi harus dijaga,” pinta MenKopUKM.

Selanjutnya, produk UMKM juga bisa memberikan cerita menarik pada produknya. Karena karakter pembeli global suka dengan produk yang memiliki value.

“Saat ini di produk wastra, sudah kami lakukan bersama Smesco dengan mencantumkan asal pembuatan produk tersebut. Ini menambah value pada wastra yang akan dijual karena ada cerita menarik di balik pembuatannya,” imbuhnya.

Apalagi dengan perkembangan teknologi digital sekarang ini, semua terhubung dengan mudah. Begitu juga bisnis tak hanya melibatkan B2B (Business to Business) tetapi juga B2C (Business to Customer).

“Tak heran kalau sekarang pembeli dari Eropa pesan langsung produk ke desa di Jawa Tengah,” tegas Teten.

Terkait kendala logistik ekspor yang masih dihadapi sejumlah UMKM , KemenKopUKM kata Teten, telah membuat program bersama Smesco untuk membantu kendala logistik tersebut dengan menggandeng perusahaan logistik Tanah Air dengan biaya terjangkau.

Menanggapi hal ini, General Manager (GM) Novotel Hotels & Resort Solo Toat Edi Wijaya menuturkan, ruang bagi UMKM di Novotel telah dilakukan sejak Agustus 2020. Hingga hari ini, diakui Toat, adanya tempat promosi bagi UMKM membawa dampak positif tak hanya bagi UMKM sendiri, tapi juga bagi tamu dan pihak hotel.

“Bagi UMKM sudah pasti ada akses pemasaran yang pasti, omzet juga meningkat. Bagi tamu hotel ini menjadi alternatif jika tak sempat membeli oleh-oleh kini tersedia di hotel dengan harga terjangkau. Dan bagi pihak hotel sendiri juga biaya yang dikeluarkan juga lebih rendah karena hotel menggunakan produk UMKM langsung dari sumbernya bukan industri, sehingga harga lebih murah dan beban operasional hotel semakin berkurang,” jelas Toat.

Toat menjelaskan, komitmen penyediaan ruang bagi UMKM ini sebagai upaya mengurangi bahan atau produk impor di hotel. Seperti kopi dan teh yang saat ini masih banyak dari luar. Maka ke depan, akan menggunakan  produk UMKM. Saat ini kata Toat, prosesnya tengah mencari produk yang terbaik.

Khusus untuk kopi dan teh jika itu memnag sesuai taste internasional, sebut Toat, maka akan disampaikan juga ke jaringan Accor yang ada di luar negeri.

“Secara nyata yang sudah dilakukan adalah produk yang dipakai harian terutama breakfast hotel sudah menggunakan produk UMKM, mulai dari jamu, cokelat, bahan-bahan rempah, susu hingga roti,” rincinya.

Selanjutnya untuk produk amenitis VIP menjadi produk UMKM. Kemudian Novotel juga menyediakan ruang display di lobi hotel  yang sesuai dengan fokus hotel. Misalnya di Novotel fokus ke UMKM makanan, Royal display khusus batik, dan Ibis dengan produk UMKM handycraft.

“Itu minimum setiap Sabtu dan Minggu ditampilkan, di mana tamu hotel di waktu tersebut cukup ramai. Bahkan setiap ada meeting kementerian selalu kami display produk UMKM,” jelasnya.

Sementara program yang tengah digalakkan adalah Ibis akan menjadi sentra kopi Jateng. Di mana ada satu kafe di sana, yang nanti akan di-set up produk unggulan kopi yang berasal dari 60 kota penghasil berbagai jenis, yang akan di-display di sana. Juga akan dibuat katalog, sehingga eksportir kopi bisa mencoba di kafe tersebut.

“Cita-cita kami dari 100 hotel Accor yang ada di Indonesia, perlahan berawal dari Jawa Tengah, begitu bagus disebarkan di seluruh Indonesia,” ucapnya.(Jef)

Standardisasi Furniture Ekspor, KemenKopUKM Siapkan Pembangunan Factory Sharing di Sragen

Sragen:(Globalnews.id)- Kementerian Koperasi dan UKM tengah mempersiapkan pembangunan factory sharing untuk klaster produk unggulan ekspor furniture di Sragen, Jawa Tengah. Dalam pembangunan factory sharing ini, KemenKopUKM siap menggelontorkan anggaran senilai Rp13 miliar.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki saat meninjau lahan yang akan dipersiapkan untuk pembangunan factory sharing sekaligus mengunjungi workshop furniture milik Mardi Furniture di Sragen, Selasa (28/9/2021). Dalam kesempatan tersebut, MenKopUKM juga didampingi Deputi bidang Usaha Kecil dan Menengah  KemenKopUKM Hanung Harimba Rachman, Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo, dan Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati.

Teten menegaskan, factory sharing merupakan solusi bagi UMKM di klaster furniture agar para perajin memiliki standar dan mutu yang sama dengan industri. Dalam factory sharing ini, pengolahan kayu, pengeringan, hingga proses setengah jadi dikerjakan dengan standar industri. Mengingat furniture merupakan salah satu produk unggulan ekspor, standardisasi produk sangat penting.

“UMKM bisa maklon di sana (factory sharing) bersama-sama yang dikelola oleh koperasi. Sehingga produk UMKM punya kualitas yang tak kalah dengan industri. Ini membuat waktu produksi lebih cepat dan daya saing tinggi UMKM. Seperti pak Mardi tak perlu lagi menggunakan banyak alat karena bisa memberatkan ongkos produksi. Kalau di factory sharing, biaya ditanggung bersama sehingga lebih murah, mudah, dan cepat,” imbuh Teten.

Tak hanya itu, ia  menegaskan,  bicara factory sharing juga tak luput dari pembangunan ekosistem berupa tempat pelatihan serta koperasi sebagai agregator dan offtaker. Agar produk UMKM masuk ke pasar ekspor, juga penting merekrut SDM yang berkompeten.

“Kelembagaan yang perlu diperbaiki. Jadi, diperlukan pelatihan vokasi untuk mencetak perajin yang berkualitas didukung pengembangan produk supaya bisa mengikuti selera market. Bukan hanya membangun factory sharing tapi semuanya, memperkuat UMKM berarti juga memperkuat tulang punggung ekonomi nasional,” tegasnya.

Factory sharing, kata Teten, merupakan salah satu program prioritas kementeriannya. Saat ini anggaran tersedia dan lahannya  sudah ada. Namun catatannya, menurut Teten, dari kelembagaannya yakni koperasi perlu diperkuat. Koperasi bertugas mempertemukan UMKM dengan para buyer.

“UMKM tak bisa sendiri-sendiri dengan buyer karena posisi bargaining-nya lemah. Untuk itu perlu difasilitasi dengan koperasi lewat factory sharing,” imbuh Teten.

MenKopUKM turut mengapresiasi produk kursi dari Mardi Furniture yang sudah bisa menembus pasar Eropa dan Australia. Apalagi desain yang dibuat pun hasil inovasinya sendiri.

“Ini yang namanya membidik market demand yang ada, salah satunya furniture sebagai produk unggulan,” jelas Teten.

Di kesempatan yang sama, Deputi bidang Usaha Kecil dan Menengah  KemenKopUKM Hanung Harimba Rachman menambahkan, untuk pembangunan satu factory sharing, kementerian telah mengalokasikan anggaran senilai Rp13 miliar.

“Sehingga diharapkan daya saing dan kualitas produk UMKM benar-benar memiliki standar mutu,” tegasnya.

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati merinci, pembangunan lahan 7 ribu meter persegi dan ada 2 hektar lagi untuk pengembangan factory sharing. Di mana lahan ini merupakan aset milik Pemerintah Daerah (Pemda).

“Setiap dana dari pemerintah pusat programnya kan harus jelas. Sehingga lebih diutamakan aset milik pemda. Jadi, kami pastikan untuk lahan ini tak bermasalah sudah clear,” sebutnya.(Jef)

Dorong Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, LPDB-KUMKM Lanjutkan Vaksinasi Tahap Dua di Kulon Progo

Kulon Progo:(Globalnews id)-Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM) melanjutkan komitmen dengan melaksanakan kegiatan vaksinasi tahap kedua di Gedung Kesenian, Kulon Progo, D.I Yogyakarta, Selasa (28/9).

Kegiatan vaksinasi ini terselenggara berkat kolaborasi antara LPDB-KUMKM dengan Pemkab Kulon Progo, Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Baitul Maal wat Tamwil (KSPPS BMT) Beringharjo Yogyakarta, Kodim 0731Kulon Progo, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi DIY dan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Kulon Progo.

Turut hadir dalam rangkaian kegiatan vaksinasi tahap kedua ini Direktur Umum dan Hukum LPDB-KUMKM Jaenal Aripin, Wakil Bupati Kabupaten Kulon Progo Fajar Gegana, Dandim Kulon Progo Letkol Inf Yefta Sangkakala, dan Kepala Dinas Koperasi san UKM Kabupaten Kulon Progo Sri Harmintanti.

Direktur Umum dan Hukum LPDB-KUMKM Jaenal Aripin mengatakan, LPDB-KUMKM terus berkomitmen dalam percepatan program vaksinasi yang berkolaborasi dengan mitra di berbagai daerah.

“Kami akan terus melanjutkan komitmen dalam melaksanakan vaksinasi massal bersama mitra koperasi, selain untuk percepatan pemulihan ekonomi nasional, vaksinasi yang kami laksanakan bersama mitra juga untuk memberikan perhatian kepada gerakan koperasi dan UKM,” kata Jaenal.

Tercatat LPDB-KUMKM telah rutin menggelar vaksinasi Covid-19. Sebelum di Kulon Progo, LPDB-KUMKM telah melakukan vaksinasi massal di Pangalengan Kabupaten Bandung Selatan, di Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, dan juga di Tangerang, Banten.

“Selain memberikan perhatian kepada koperasi dan UKM, vaksinasi yang kami laksanakan dengan mitra adalah bentuk kehadiran LPDB-KUMKM sebagai bagian dari pemerintah,” tambah Jaenal.

Kegiatan vaksinasi ini diikuti oleh 776 orang peserta vaksinasi yang terdiri dari masyarakat umum, anggota koperasi, dan pelaku UMKM, dengan melibatkan tenaga kesehatan sebanyak 29 orang.

Adapun tenaga kesehatan itu merupakan gabungan dari Dinas Kesehatan Kulon Progo, Kodim 0731Kulon Progo, RS Ciputra, RS Pusat Pertamina, RSIA Brawijaya, Klinik Fakhira Manggarai, Klinik Makmur Jaya Ciputat, dan
Puskesmas Jagakarsa.

“Diharapkan dengan kegiatan vaksinasi massal ini akan memberikan dampak pemulihan dari sektor kesehatan, sebab dengan gencarnya vaksinasi, maka pemulihan ekonomi nasional juga bisa beriringan, dan harapannya tentu pertumbuhan ekonomi nasional semakin baik,” jelas Jaenal.

Sementara itu, sebagai badan usaha, koperasi saat inj terus dilibatkan oleh LPDB-KUMKM dalam hal kegiatan kolaborasi vaksinasi di berbagai daerah, hal ini sejalan dengan arahan dari Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki yang mengharapkan fungsi sosial koperasi harus terus ditampilkan di tengah masyarakat.

“Dengan koperasi yang semakin baik, dan menjalankan fungsi sosialnya seperti kegiatan vaksin ini, maka minat untuk bergabung kepada koperasi dari masyarakat maupun pelaku UMKM juga akan meningkat, imbasnya kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan melalui kelembagaan koperasi yang baik, sehat, dan profesional,” pungkas Jaenal.

Seperti diketahui, dalam menyalurkan dana bergulir pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, LPDB-KUMKM tengah menjalankan 5 (lima) strategi percepatan penyaluran untuk pemulihan dan pertumbuhan ekonomi.

Adapun, lima strategi percepatan yang dilakukan LPDB-KUMKM diantaranya, perluasan penyaluran melalui komunitas, melakukan fleksibilitas layanan dengan memberikan tarif murah, pemberian grace period.

Kemudian, fokus kepada koperasi sektor riil dibidang pertanian, perikanan, dan peternakan, melakukan pengembangan skema venture approach untuk mendorong koperasi dibidang pangan atau berbasis ekspor, dan optimalisasi peran koperasi besar untuk memberikan multiplier effect.

Hal ini dilakukan LPDB-KUMKM karena untuk memberikan dukungan kepada koperasi maupun pelaku UMKM dalam menghadapi pandemi Covid-19.(Jef)

Dukung TEI 2021,BNI Siapkan Berbagai Terobosan


Jakarta:(Globalnews.id) Seiring membaiknya prospek perekonomian global yang diperkirakan akan mulai terjadi pada tahun depan, maka dalam rangka menangkap peluang peningkatan kinerja ekspor non migas di tanah air, Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI kembali menggelar Trade Expo Indonesia 2021 atau TEI Digital Edition 2021. Inilah kesempatan yang dibuka bagi pelaku usaha yang ingin mendapatkan pembeli dari pasar global, tanpa perlu pameran di luar negeri.

Eksibisi perdagangan lintas batas negara terbesar di Indonesia ini akan dilaksanakan secara hybrid, yaitu secara daring pada 21 Oktober 2021 hingga 4 November 2021 (Online Interactive) dan secara offline pada 21 Oktober – 20 Desember 2021. Berbeda dari TEI sebelumnya, perhelatan kali ini dilengkapi oleh terobosan – terobosan yang disiapkan oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, sebagai banking partner TEI 2021.

Menteri Perdagangan RI Muhammad Luthfi mengatakan, Pemerintah memberi kesempatan luas bagi para pelaku usaha, terutama segmen Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) untuk mempromosikan produk-produknya melalui event ini. Dengan demikian, ajang ini diharapkan dapat mendorong meningkatnya kinerja ekspor non migas di tengah masih berlangsungnya pandemic Covid – 19. “TEI 2021 yang ke-36 ini bertemakan Reviving Global Trade yang diharapkan dapat menggairahkan kembali perdagangan global yang sempat mengalami kelesuan akibat Covid-19,” ujarnya dalam Opening Ceremony 36th TEI 2021, Jakarta, Senin (27/9/2021).

Luthfi menekankan, TEI 2021 penting karena keunggulan ekspor Indonesia sangat dipengaruhi oleh pemulihan ekonomi global dan permintaan dari negara-negara mitra dagangnya. “Secara khusus, nilai ekspor bulanan Indonesia tercatat sebagai yang tertinggi dalam sejarah Indonesia yaitu mencapai USD 21,42 miliar, dengan nilai ekspor non migas mencapai USD 20,36 miliar,” paparnya.

Pada penyelenggaraan TEI 2021 ini, BNI ikut berpartisipasi sebagai official bank partner. Ini merupakan wujud nyata dukungan BNI terhadap upaya Pemerintah dalam memacu pertumbuhan ekspor non migas, terutama melalui para pelaku usaha di segmen UMKM.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, peran BNI dalam mendorong kinerja ekspor non migas di masa pandemi ini diantaranya dengan menyediakan dukungan yang dapat membantu UMKM RI naik kelas Go Global melalui BNI Xpora.

Dengan memanfaatkan BNI Xpora, UMKM dapat meningkatkan kapabilitas, mendapatkan akses pengetahuan digital, hingga memperluas pasar ke mancanegara. Oleh karena itu, BNI mengembangkan tagline: Go Productive, Go Digital, dan Go Global.

Dengan Go Productive, BNI menyediakan perangkat produktivitas bisnis yang terintegrasi melalui kolaborasi dengan start up, serta menyediakan layanan cepat, dan solusi keuangan terintegrasi melalui pembiayaan, pembiayaan supply chain, pembiayaan perdagangan, OAF, transaksi, dan produk lainnya. Sedangkan Go Digital, BNI memfasilitasi UMKM dengan menyediakan digital platform yang terintegrasi.

Sementara Go Global, BNI menyediakan akses pasar dengan berkolaborasi dengan beberapa kementerian, antara lain Kemenkop, KemenBUMN, Kemendag, Bea Cukai, BKPM, Kemenlu, e-commerce, asosiasi perdagangan global, dan pihak swasta lainnya.

*Konsultasi Perbankan*

Pada ajang ini, BNI juga menyiapkan Banking Advisory dimana disediakan fitur live chat khusus pengunjung TEI yang ingin menanyakan solusi perbankan. “BNI sebagai partner strategis Kementerian Perdagangan, senantiasa akan mendukung setiap program kerja kemendag khususnya untuk peningkatan ekspor dan UMKM,” ungkap Royke.

Ia mengungkapkan, untuk mendorong kinerja ekspor non migas, BNI mempunyai jaringan luar negeri yang luas, sebagai competitive advantage dibanding perbankan nasional lain. “Kedepannya, BNI akan memperkuat peranan Kantor Cabang Luar Negeri sebagai sumber International funding, mengantarkan eksportir Indonesia go global, serta membawa investasi ke Indonesia (Foreign Direct Investment),” ujarnya.

Selain itu, melalui Kemendag, BNI ikut mendorong pasar ekspor RI lewat kerja sama dengan skema imbal dagang B2B terhadap 35 negara mitra proyek percontohan. Sehingga, hal ini dapat memberikan tambahan nilai ekspor, menghemat devisa, serta mengatasi dan membantu kesulitan ekonomi bagi pelaku ekspor dengan skala yang kecil. “Tentunya sebagai perbankan solusi financing, advisory, channeling business, BNI hadir sebagai one stop solution,” urainya.

Adapun keunggulan BNI di segmen perbankan internasional diantaranya terlihat dari capaian kinerja bisnis trade finance Perseroan, dimana volume ekspor hingga Agustus 2021 tumbuh 79,32% yoy dan impor tumbuh sebesar 74,10% yoy. Kinerja BNI juga sejalan dengan Pertumbuhan Ekspor Non Migas Indonesia sebesar 37,03% dan Impor Non Migas Indonesia sebesar 49,39% pada periode yang sama.(Jef)

Sudirman Cup, BNI Wujudkan Pengiriman Tim ke Vantaa-Finlandia

Jakarta:(Globalnews.id)-Setelah mendukung para peraih Medali Emas bulutangkis pada Olimpiade Tokyo 2020, kini PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI kembali mewujudkan harapan bangsa Indonesia agar para atlet berjuang pada kompetisi Sudirman Cup kota Vantaa-Finlandia, 26 September – 3 Oktober 2021. BNI memberikan dukungan lengkap dalam mengembangkan prestasi pebulutangkis nasional agar terus berprestasi secara konsisten dikancah internasional.

Dukungan BNI terhadap bulutangkis ini didorong oleh catatan prestasi cabang olahraga ini yang kerap mengarumkan nama Indonesia di dunia, sehingga perlu dipastikan regenerasi atlet setiap saat. Dukungan ini dikolaborasikan antara BNI dengan Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) selama 4 tahun ke depan, mulai dari tahun 2021 hingga 2024.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar di Jakarta, Selasa (28 September 2021) menuturkan, BNI senantiasa mendukung keberhasilan para atlet bulutangkis Indonesia pada ajang bergengsi untuk kejuaraan bulutangkis internasional. “Kami dukung untuk memberi semangat kepada tim Bulutangkis Indonesia agar dapat membawa pulang Trophy Sudirman Cup yang kita nantikan bersama,” ucapnya.

Seperti yang ditegaskan sebelumnya oleh Menteri BUMN Erick Thohir, keseriusan BNI menjadi sponsor utama terhadap perbulutangkisan nasional tersebut sejalan dengan visi misi cabang olahraga Bulutangkis untuk selalu berusaha mengharumkan nama Bangsa Indonesia di setiap kompetisi tingkat dunia. Misi internasional Bulutangkis tersebut sejalan dengan mandate yang ditetapkan kepada BNI untuk menjadi Bank Nasional yang bertarap Global atau Lembaga Keuangan yang unggul di masa mendatang.

Hingga akhir tahun 2021, BNI berkomitmen mendukung tim bulutangkis Indonesia pada rangkaian turnamen internasional, yaitu Pertama, Sudirman Cup. Kedua, Thomas & Uber Cup di Aahrust Denmark pada 9 – 17 Oktober 2021. Ketiga, Indonesia Open di Nusa Dua Bali.(Jef)

Logo Baru kemenkopUKM Tandai Pencanangan Ekosistem Transformasi Koperasi dan UMKM Masa Depan



Jakarta:(Globalnews.id) – Kementerian Koperasi dan UKM mencanangkan gerakan baru untuk melakukan percepatan koperasi modern dan UMKM naik kelas, yang disebut dengan Ekosistem untuk Transformasi Koperasi dan UMKM. Gerakan baru ini ditandai dengan peluncuran logo baru Kementerian Koperasi dan UKM.

“Saya ingin menyampaikan, bahwa untuk menjadikan Koperasi Modern dan UMKM Naik Kelas, maka kita sebagai pemangku utama kepentingan itu, harus terlebih dahulu membangun pola pikir yang modern, yaitu pola pikir yang mampu merancang ekosistem terbaik untuk Koperasi dan UMKM masa depan,” kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam Peluncuran Ekosistem untuk Transformasi Koperasi dan UMKM secara daring, Senin, (27/9/2021).

Selama setahun lebih, pandemi mendorong pelaku Koperasi & UMKM untuk beradaptasi dan bertransformasi. Tidak hanya bertahan, namun juga mematangkan diri dan mempersiapkan UMKM menghadapi tantangan di masa depan.

Selama setahun lebih ini pula, seluruh karyawan dan karyawati KemenKopUKM beserta Badan Layanan Umum (BLU) di bawah pimpinan MenKopUKM Teten Masduki telah bekerja keras, bekerja cerdas, serta bekerja tuntas, membuktikan komitmen untuk membantu dan mendukung sebanyak-banyaknya pelaku Koperasi & UMKM Indonesia bertahan, bangkit, serta pulih.

Ekosistem ini merupakan perwujudan dari logo baru Kementerian Koperasi dan UKM yang menjadi simbol visi masa depan dan kemajuan yang modern.  Rancangan masa depan dengan sebuah landscape baru melalui kekuatan sumber daya bangsa yakni future mobility, future food, future fashion, future craft dan lainnya.

“Melalui simbol kemajuan yang modern, mari bersama-sama kita bangun Ekosistem untuk Transformasi Koperasi dan UMKM masa depan,” kata MenKopUKM.

Logo ini, sambung MenKopUKM, diluncurkan untuk menandai tranformasi UMKM masa depan, yang berbasis kreativitas dan inovasi teknologi. Ini bukan hanya sekadar logo. KemenKopUKM juga mengubah banyak hal, mulai dari tata kelola, hingga cara kerja yang berbasis pada ekosistem.

“Mudah-mudahn nanti UMKM dengan semangat baru dan logo baru, ada spirit, motivasi, dan inovasi baru. Mudah-mudahan UMKM bisa menjadi betul-betul tulang punggung ekonomi nasional dan lebih punya daya saing. Tulang punggung ekonomi nasional bukan hanya ketika krisis tapi juga penopang ekonomi nasional. Untuk itu produknya harus punya daya saing dan inovasi harus terus dilakukan,” tegasnya.

MenKopUKM mengatakan, KemenKopUKM dalam ekosistem baru akan terus adaptif dan berinovasi dalam berbagai program dan kebijakan dengan melakukan perubahan-perubahan yang berorientasi pada kepentingan publik. Untuk itu, sudah menjadi kewajiban melakukan kolaborasi serta kerja sama yang dinamis dan terkoneksi antarekosistem lintas-kementerian, komunitas, profesional, insan koperasi, pelaku UMKM, serta masyarakat.

Berbagai program prioritas telah dilakukan KemenKopUKM untuk mewujudkan kebijakan dan regulasi yang tepat, terukur, dan akuntabel. Antara lain, mendorong terwujudnya Basis Data Tunggal KUMKM serta melakukan kemitraan dan kolaborasi dengan BUMN melalui peningkatan peran koperasi dan UMKM dalam  rantai pasok global (global value chain) dan berorientasi ekspor.

“Seluruh organ Kementerian Koperasi dan UKM bekerja bak sebuah rantai yang saling terpaut, menjadi sebuah ekosistem yang bergerak bersama untuk mencapai tujuan,” kata MenKopUKM.

Penciptaan wirausaha muda produktif merupakan program prioritas yang dijalankan melalui ekosistem kewirausahaan yang terintegrasi dengan model pelatihan, pendampingan, dan inkubator wirausaha.  Hal ini juga didukung melalui Smesco Indonesia, sebagai Center of Excellence untuk melahirkan UKM Masa Depan.

Smesco Indonesia juga telah mewujudkan inisiatif terbaru untuk solusi logistik bagi pelaku UMKM dalam hal pendistribusian produk melalui Smesco Fulfillment Center (SFC) dan Smesco Indonesia Retail Network (SIREN). Smesco juga menyediakan  layanan usaha lain yakni Pusat KUR BRI, BNI Xpora, Pusat Wastra Nusantara, Apindo UMKM Akademi, Smesco Labo, dan Sky Eat Cloud Kitchen.

Untuk tercapainya koperasi modern dilaksanakan melalui korporatisasi pangan, Factory Sharing, Koperasi Multi Pihak dan Penguatan kelembagaan serta usaha anggota koperasi melalui strategi amalgamasi serta dukungan pembiayaan melalui LPDB-KUMKM  dengan menyalurkan 100 persen untuk koperasi.

“Tak ketinggalan, proses transformasi dari usaha informal menjadi formal dipercepat, melalui Gerakan Transformasi Formal Usaha Mikro (TRANSFUMI) untuk kemudahan akses, penyederhanaan perizinan dan perlindungan UMKM,” kata MenKopUKM.

Teten juga menekankan peningkatan kualitas pelayanan publik di Kementerian Koperasi dan UKM juga dihadirkan melalui transformasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Layanan ini menyediakan akses yang sebaik-baiknya bagi orang yang baru memulai usaha atau yang sudah berwirausaha.

“Jadi kita buka pintu seluas-luasnya untuk mereka bisa kapan saja datang berkonsultasi. Kita membuat sistem untuk mengatasi hambatan. Selain di Smesco, kita juga menyediakan ahli-ahli untuk diskusi dan memberikan solusi. Selain itu juga tersedia di daerah-daerah PLUT di 76 kabupaten. Kemudian juga kami sediakan di KemenKopUKM. Jika ada kendala di daerah, bisa langsung ditangani di kementerian secara terpusat,” imbuh Teten.

Selain itu, ada pula revitalisasi Perpustakaan yang memiliki kualitas layanan dan fasilitas yang lebih representatif serta berbasis digital serta perbaikan fasilitas penunjang kesehatan Klinik Pratama bagi para pegawai.

Untuk diketahui, makna logo KemenKopUKM yang baru diluncurkan ini memiliki nilai utama yakni kerja sama, seperti anyaman yang saling memperkuat secara berkesinambungan, sehingga membentuk budaya kerja yang positif dan optimis menghadapi segala tantangan.

Simbol Kerja Sama, dimaksudkan bekerja sama dalam kolaborasi, agar menjadi semangat gotong royong menjadi kekuatan utama KemenKopUKM. Simbol Anyaman, dimaksudkan saling mendukung dan produktif dalam berkarya dan saling mendukung antarsesama. Simbol Senyum, berarti bekerja optimis dan positif dimaksudkan budaya kerja KemenKopUKM yang optimis membangun energi positif. (Jef)

KOLABORASI KUNCI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN NUSA TENGGARA BARAT

Mataram:(Globalnews.id)-Kolaborasi merupakan kunci penting bagi pengembangan kewirausahaan. Target meningkatkan rasio kewirausahaan nasional di tahun 2024 menjadi 3,95% hanya dapat dicapai melalui kolaborasi apik dari berbagai pemangku kepentingan. 

“Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Pusat Inkubasi Usaha baik perguruan tinggi, dunia usaha dan industri harus memperkuat koordinasi dan benar-benar bekerja bersama untuk memberikan outcome dan impact program yang memiliki daya ungkit dan berkelanjutan bagi wirausaha Indonesia”, ujar Ibu Destry Anna Sari, Asisten Deputi Konsultasi Bisnis dan Pendampingan, Deputi Kewirausahaan, Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, saat membuka acara Peningkatan Kapasitas Layanan Operasional di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tanggal 23 September 2021 silam. 

Dalam kesempatan tersebut turut hadir Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten/Kota, pengelola incubator bisnis serta pengelola Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) di Provinsi Nusa Tenggara Barat. 

Penyamaan visi, misi, dan tujuan pengembangan kewirausahaan nasional menjadi agenda pembahasan utama, yang ditindaklanjuti secara langsung melalui upaya penguatan kolaborasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Pusat Inkubasi Usaha agar secara riil dapat bekerja bersama meningkatkan rasio kewirausahaan nasional. 

Kolaborasi ini mendapatkan sambutan yang baik dari Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Nusa Tenggara Barat, Bapak H. Wirajaya Kusuma, sebagaimana  pidato sambutannya pada acara Peningkatan Kapasitas Layanan Operasional di Provinsi Nusa Tenggara Barat tersebut.

Di sisi lain, peran pendamping sangat diperlukan untuk menciptakan wirausaha muda, inovatif, produktif, berkelanjutan dan mampu menyerap tenaga kerja serta mempercepat proses penciptaan wirausaha menuju wirausaha mapan dengan dukungan yang komprehensif dan terintegrasi. Untuk itu, di tempat yang sama juga diselenggarakan Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Tenaga Pendamping yang diikuti oleh para pendamping PLUT-KUKM dan pendamping UMKM lainnya.

Asisten Deputi Konsultasi Bisnis dan Pendampingan menyampaikan bahwa “PLUT-KUKM diharapkan dapat menjadi platform penciptaan nilai bersama (ecosystem builder) dari berbagai stakeholder”. Hadir sebagai narasumber  Bapak Najmi Fathnur Ahmad, selaku akademisi dari SBM ITB, Ibu Anjani Amitya Kirana selaku praktisi dari Simpul Talenta, dan Bapak Roy Baskoro selaku pendamping Layanan UMKN Naik Kelas (LUNAS).

“Kegiatan ini telah membuka mindset para peserta tentang adanya insight baru yang harus diimplementasikan dalam pendampingan untuk menciptakan wirausaha mapan”, ujar Bobby salah satu peserta pendamping PLUT-KUKM dari Kabupaten Cianjur. Para peserta mengharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkelanjutan agar mampu mempererat silahturahmi dan ajang sharing session bagi para pendamping dari berbagai provinsi. (Jef)

MenkopUKM Dorong Bengkel Otomotif Binaan YDBA Dirikan Koperasi

Banyumas:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengajak Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) untuk mengembangkan dan membangun UMKM di semua sektor usaha. Tujuannya, agar mereka mampu mengadaptasi teknologi dan masuk rantai pasok industri. Sejak 10 Maret 2020, YDBA telah melakukan sosialisasi program pembinaan kepada UMKM di Banyumas.

“Saya mengapresiasi langkah YDBA dalam melakukan pendampingan, pelatihan, hingga pengembangan usaha bengkel-bengkel kendaraan roda empat di Banyumas,” kata Teten, saat meninjau Bengkel Toseng binaan YDBA milik Sutanto, di sela-sela acara Kick-Off Pelatihan Teknik Electrical Wiring Diagram (EWD), di Patikraja, Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (26/9/2021).

Dalam hal ini, Teten melihat Astra berbagi ilmu teknik dan manajemen bengkel mobil sehingga bengkel milik rakyat bisa memiliki kemampuan tak kalah dengan bengkel-bengkel modern.

“Membangun dan mengembangkan UMKM memang harus by design. Di sini, YDBA menyiapkan UMKM untuk naik kelas dan bisa masuk rantai pasok industri,” ucap MenKopUKM.

Oleh karena itu, Teten mendorong para UKM bengkel yang tergabung dalam Himpunan Bengkel Binaan YDBA (HBBA) Banyumas segera membentuk koperasi.

“UKM bengkel di sini harus segera dikoperasikan dan bisa konsolidasi pengadaan spare part agar tidak kalah dengan bengkel-bengkel modern,” jelas Teten.

Bagi Teten, bila bengkel-bengkel kecil bergabung dalam satu wadah koperasi, akan menjadi kekuatan ekonomi yang besar. Kementerian Koperasi dan UKM akan perkuat kelembagaan koperasinya.

Selain itu, lanjut Teten, pelaku UMKM harus sudah memiliki standar usaha, produk, hingga layanan konsumen.

“Kita harus siap dengan konsep bisnis modern dan sistem digital. Mindset ini yang harus diubah,” tukas Teten.

Sementara itu, Ketua Pengurus YDBA Sigit P. Kumala mengatakan, sebanyak 17 UMKM pande besi dan 25 bengkel roda empat (R4) se-Karisidenan Banyumas, memperoleh pelatihan manajemen dan pemasaran dari YDBA. Mereka mendapatkan pelatihan mentalitas dasar, manajemen 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), dan program pendampingan.

“Kami berharap dengan pelatihan mentalitas dasar dan manajemen 5R serta pendampingan penerapan 5R dapat membuat mereka mandiri dan naik kelas,” kata Sigit.

Untuk mendukung program pembinaan tersebut, YDBA juga turut meresmikan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) sebagai cabang YDBA di Banyumas. LPB ini merupakan LPB aktif ke-14 yang didirikan YDBA.

Sebelumnya YDBA telah mendirikan 13 LPB Mataram, Waru Sidoarjo, Yogyakarta, Klaten, Solo, Tegal, Tarikolot Citeureup Bogor, Sangatta, Bontang, Paser, Tapin, dan Tabalong.

Menurut Sigit, industri Pande Besi dan Bengkel Roda 4 di Banyumas merupakan industri yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Hal tersebut didukung adanya komitmen dan konsistensi para UMKM dalam mengikuti program pembinaan yang diselenggarakan oleh YDBA.

“Komitmen dan konsistensi menjadi modal awal YDBA dalam melakukan pembinaan secara konsisten untuk menjadikan UMKM tersebut mandiri dan naik kelas,” ujar Sigit.

Dalam kesempatan itu, Sutanto, pemilik Bengkel Toseng, mengakui bahwa sejak menjadi binaan YDBA banyak mengalami perubahan besar dalam usaha bengkelnya. Bahkan, saat ini bengkelnya beromzet Rp30 juta dengan aset senilai Rp150 juta.

Hanya saja, Sutanto mengakui, kelompoknya belum mendirikan koperasi sebagai wadah badan hukum usaha dari anggota HBBA Banyumas. Namun, embrio ke arah koperasi sudah lama dijalankan.

“Kita akan berkoperasi agar bisa lebih berkembang. Memang, belum ada koperasi, tapi azas koperasi sudah kita terapkan di sini,” tandas Sutanto.

Pisau dan Golok

Selain usaha bengkel, UMKM binaan YDBA lainnya adalah para pelaku Pande Besi yang tergabung dalam Kelompok Perajin Pande Besi Gayeng Ruyeng di Desa Pasir Wetan, Karanglewas, Banyumas. Mereka memproduksi berbagai alat pertanian,  pisau, dan golok.

MenKopUKM pun berkesempatan menyaksikan penandatanganan MoU antara YDBA dengan Indonesian Chef Association (ICA). Para Pande Besi binaan YDBA akan menyediakan segala kebutuhan para chef akan pisau dapur/masak yang selama ini diimpor.

Salah satu perajin Pande Besi bernama Fajar Tri Anggoro (Pande Besi Putra Cendana) mengungkapkan, sejak mendapat pelatihan dan pendampingan dari YDBA, kinerja usahanya terus meningkat.

Dengan tingkat produktivitas sebanyak 60 buah per hari, pemasaran produknya (pisau dan golok) sudah menembus Majenang, Kudus, dan Cilacap, di samping menghiasi pasar Banyumas. Untuk omzetnya sendiri mampu mencapai Rp40 juta per bulan.

Dalam kesempatan kunjungannya itu, MenKopUKM berharap pemasaran produk hasil Pande Besi asal Banyumas tersebut semakin diperluas dengan menggandeng pihak lain.

“Bisa bekerja sama dengan Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) dalam memasarkan produk pisaunya di pusat-pusat perbelanjaan modern,” pungkas MenKopUKM. (Jef)

Menkop Resmikan Koperasi Semedo Manise Banyumas Beranggotakan 1000 Penyadap Nira


Banyumas:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meresmikan berdirinya Koperasi Semedo Manise Sejahtera yang beranggotakan sekitar 1000 penyadap nira yang memproduksi gula semut, di Desa Semedo, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu sore (25/9).

Di acara yang juga dihadiri Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) Sigit P Kumala, Teten mengakui, desa binaan Astra melalui Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) tersebut terbilang sangat bagus.

“Diawali dengan produksi gula semut yang kini sudah mampu diolah secara higienis dengan aneka rasa seperti rempah-rempah, empon-empon, dan sebagainya,” ucap MenkopUKM.

Bahkan, di sela-sela acara penyerahan bantuan program Desa Sejahtera Astra (DSA) dan Kick-Off Pelatihan Manajemen Usaha dan Keuangan, serta penandatanganan MoU YDBA dan SayurBox, Teten juga menyebutkan bahwa bila satu produk sudah mampu dipasarkan dengan baik, maka potensi produk lainnya bakal mudah terangkat.

“Hal ini yang bisa ditiru dan diterapkan di daerah lain,” tegas Teten.

Untuk meningkatkan kapasitas usahanya, Teten menyarankan agar suplai bahan baku perlu dikonsolidasi melalui koperasi. “Kelembagaan koperasinya akan terus kita perkuat,” tandas MenkopUKM.

Terlebih lagi, lanjut Teten, kelapa kini tengah menjadi tren aneka produk di seluruh dunia dan mulai menyisihkan produk kelapa sawit. “Karena potensi gula kelapa sedang meningkat, maka Pemda setempat perlu banyak melakukan peremajaan pohon kelapa,” ulas Teten.

Dalam kesempatan yang sama, Dirut Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM Supomo menjelaskan bahwa pihaknya melakukan fungsi inkubasi berupa pendampingan bagi koperasi yang baru saja berdiri ini.

“Yang membina para penyadap nira dilakukan koperasi, dan sudah berjalan dengan baik. Tugas LPDB-KUMKM adalah memberi pendampingan untuk koperasinya,” kata Supomo.

Tujuannya, lanjut Supomo, agar Koperasi Semedo Manise Sejahtera mampu mengelola potensi gula semut menjadi produk berdaya saing tinggi hingga menembus pasar global. “Potensi ke arah sana sangat memungkinkan. Kita sudah lakukan untuk gula semut asal Purworejo yang sudah ekspor,” ungkap Supomo.

Berawal Dari Poktan

Sementara itu, Ketua Koperasi Semedo Manise Sejahtera Akhmad Sobirin menjelaskan, proses peningkatan kapasitas penyadap nira dan kualitas gula semut memakan waktu dua tahun. Semua ini diawali saat terbentuk Kelompok Tani (Poktan) Manggar Jaya Desa Semedo.

“Suatu hari, saya membaca gula semut diminati pasar internasional dan bernilai jual tinggi. Saya meyakini ini peluang meningkatkan kesejahteraan keluarga dan orang di kampung halaman saya yang mayoritas menyadap dan mengolah gula kelapa,” ujar lulusan Teknik Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini.

Sobirin pun menggali potensi pemasaran gula semut untuk memastikan produk penyadap nira dari desanya terserap pasar. Ia memperluas jejaring di komunitas dan mengikuti berbagai gelaran kewirausahaan.

Setahun berjalan, pada 2013, Poktan Manggar Jaya mulai menggapai harapan menembus pasar internasional. Saat itu, permintaan dimulai dari 5 ton gula semut perbulan. Rata-rata, kelompok tani Manggar Jaya yang lantas berkembang melibatkan 50 keluarga penyadap nira mampu memproduksi 24 ton gula semut dalam 1 bulan.

Yang pasti, perlahan namun pasti Desa Semedo telah mampu membuang label sebagai desa terpencil dan tertinggal menjadi wilayah organisasi penyadap nira yang inovatif.

Kisah manis gula semut Desa Semedo pun tersiar dan mendapat apresiasi dari lembaga pemerintah maupun swasta. Sobirin misalnya, sebagai penggerak mendapat apresiasi Satu Indonesia Award 2016 di bidang kewirausahaan dari Astra.

Dua tahun berselang, giliran Desa Semedo jadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat bidang kewirausahaan bertajuk Kampung Berseri Astra.

Kini, Kelompok Tani binaan Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) tersebut telah melebar menjadi 10 desa di 5 kecamatan. Pada 2018, baru ada di 3 desa. Bahkan, mereka sudah membentuk ke dalam satu wadah koperasi bernama Koperasi Semedo Manise Sejahtera yang beranggotakan 1000 orang petani gula semut.

Berkat bimbingan YDBA pula, produksi gula semut dan gula kelapa sudah mampu mencapai 100 ton perbulan. “Pendapatan petani juga meningkat tajam, dari hanya Rp50 ribu perhari menjadi Rp200 ribu perhari, atau rata-rata Rp3 juta perbulan” kata Sobirin.

Yang jelas, 95% produksi gula semut dipasarkan di Amerika dan Eropa. Sedangkan 5% sisanya, dibuat untuk produk inovasi Semedo Manise, produk kemasan gula semut dalam aneka rasa semisal jahe, rempah, jahe kayu manis. “Produk ini khusus dipasarkan di online marketplace, juga di minimarket-minimarket dan supermarket,” pungkas Sobirin.(Jef)