Arsip Tag: Agregator

MenKopUKM: Program Inkubasi Lahirkan Wirausaha Berkarakter Aggregator

Jakarta:(Globalnews.id) – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengapresiasi diselenggarakannya Business Hack 2023 oleh Ucoach Indonesia yang disebutnya turut berkontribusi dalam mengakselerasi wirausaha untuk scalling up bisnisnya melalui proses inkubasi.

MenKopUKM Teten Masduki menegaskan dari program inkubasi dapat dilahirkan wirausaha-wirausaha inovatif berkarakter aggregator yang dapat meng-enabler UMKM lainnya untuk naik kelas.

“UMKM yang bisa berevolusi meningkatkan skala usahanya, produknya sudah berkualitas dengan berbasis teknologi dan kreativitas, bisnis modelnya inovatif sudah harus terhubung ke dalam rantai pasok usaha besar. UMKM hampir tidak mungkin untuk naik kelas sendiri-sendiri dan bukan hanya naik kelas tetapi dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar global yang terintegrasi dalam satu ekosistem bisnis,” ucap Menteri Teten dalam sambutannya pada acara Business Hack 2023 secara daring, Jakarta, Kamis (02/02/2023).

Lebih lanjut, MenKopUKM menyampaikan Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) mempunyai agenda besar bagaimana UMKM menjadi bagian dari industri atau masuk dalam rantai pasok usaha besar.

Hal ini akan diintegrasikan dengan berbagai kemudahan seperti insentif pajak untuk usaha besar, insentif upah yang dibedakan dengan usaha besar untuk subcontracting atau subcontractor dari usaha besar atau koperasi atau UMKM dan juga termasuk pembiayaannya melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) klaster.

“Selain itu, ada satu potensi yang perlu kita perhatikan yaitu potensi ekonomi digital nasional. Indonesia adalah negara yang memiliki potensi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Pertumbuhannya sangat luar biasa. Kita harus memanfaatkan kekuatan ekonomi digital Indonesia ini,” ucap MenKopUKM.

MenKopUKM menekankan kembali transformasi digital bukan hanya dari akses pasar saja tetapi harus end to end mencakup proses hulu ke hilir, meliputi Digitalisasi Pemantauan Produksi, Digitalisasi Kapasitas Produksi, Digitalisasi Keuangan dan Akses Pembiayaan, Digitalisasi Manajemen Organisasi, Digitalisasi Supplier dan Pasokan, dan Digitalisasi Distribusi dan Logistik.

“Saya sangat mendukung program inkubasi yang sudah berjalan sejak tahun 2020 hingga 2023 ini dan telah menjadi bagian ekosistem yang mendukung transformasi digital UMKM di Indonesia untuk memaksimalkan potensi ekonomi digital nasional,” ucap MenKopUKM.(Jef)

KemenKopUKM Gandeng Agregator Gelar Pameran Ajak ASN Belanja Produk UMKM

Jakarta:(Globalnews.id) – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) berkolaborasi dengan PT Ruang Riang Milenial, pengelola M Bloc Space, dan beberapa agregator menggelar pameran UMKM di Lobi KemenKopUKM bertajuk “ASN Serbu Lokal Keren: Serbu Produknya, Bangga Pakainya, Maju UMKM nya”.

Sekretaris KemenKopUKM (SesmenKopUKM) Arif Rahman Hakim dalam sambutan sekaligus membuka pameran UMKM ASN Serbu Lokal Keren: Serbu Produknya, Bangga Pakainya, Maju UMKM nya, di Jakarta, Selasa (15/11), mengimbau seluruh ASN di lingkungan KemenKopUKM dan sekitarnya untuk berbelanja produk-produk UMKM.

Acara yang berlangsung sejak 15-18 November 2022 itu melibatkan sebanyak 26 UMKM yang telah dikurasi oleh M Bloc Space.

Menurut Arif, dengan membeli produk UMKM, ASN KemenKopUKM sudah turut mendukung target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen di akhir tahun 2022.

“Ini adalah bagian dari komitmen belanja kementerian untuk membeli produk buatan UMKM. Apa yang diinisiasi Deputi Bidang UKM ini perlu diapresiasi. Bahkan kami juga mendorong untuk dilaksanakan di seluruh Kementerian/Lembaga di seluruh Indonesia baik pusat maupun daerah,” kata Arif.

SesmenKopUKM juga meyakini, saat ini produk UMKM sudah memiliki kualitasnya yang sangat baik. Apalagi yang hadir dalam kegiatan tersebut, sudah dikurasi oleh M Bloc kemudian baru disampaikan ke publik.

“Bisa saya jamin, produk UMKM ini sudah melampaui kualitas produk impor. Mulai dari makanan, pakaian, tas, hingga perkakas rumah tangga, semua produk sudah bisa dibuat UMKM,” kata Arif.

KemenKopUKM katanya, memiliki tugas melakukan perlindungan, serta pemberdayaan bagi UMKM. Untuk itu, kegiatan pameran semacam ini harus diperbanyak. “UMKM kalau tidak memproduksi suatu barang, jika tak didukung atau difasilitasi maka akan kalah bersaing,” ujarnya.

Tak hanya itu, SesmenKopUKM juga mengajak pegawai ASN di luar KemenKopUKM seperti Kemenkumham, Kemenkes, KPK, maupun Kementerian BUMN untuk menyelenggarakan pameran sejenis.

Di kesempatan yang sama, Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Hanung Harimba Rachman menambahkan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI).

Tahap pertama, KemenKopUKM telah mengomunikasikan dengan Kementerian BUMN, Kemenkeu, maupun swasta, dan berencana menyelenggarakan kegiatan yang sama secara online maupun offline.

“Kami bekerja sama dengan beberapa agregator, tak hanya M Bloc tapi juga dengan Sarinah. Dengan begini produk-produknya sudah terkurasi. Ini adalah kewajiban ASN untuk menggunakan produk UMKM,” katanya.

Hanung berharap, ASN Serbu Lokal Keren akan menjadi program rutin tahun depan. Tak hanya itu, kegiatan tersebut mampu menjadi upaya KemenKopUKM dalam menjaga daya beli masyarakat, mengingat tantangan di tahun 2023 juga semakin tinggi.

“Secara nasional, Pemerintah juga gencar mengoptimalkan kebijakan fiskal, belanja negara 40 persen produk UMKM bahkan diharapkan bisa mencapai 100 persen, khususnya mendorong daya beli di kelompok menengah atas yang diperkirakan terus tumbuh,” katanya.

Sementara, Chief Operating Officer M Bloc Space Jozarki Terunajaya mengatakan, sejak dua tahun M Bloc beroperasi sudah ada sekitar 6 ribu produk dari 500 pelaku UMKM. Terbukti mereka yang hari ini hadir dalam pameran ASN KemenKopUKM tetap konsisten dan berkembang.

“Sehingga ketika kita promosikan secara online dan offline mereka siap. Setiap hari produk UMKM yang kita kurasi terus bertambah. M Bloc juga sudah memiliki cabang di Padang, Medan, dan Jakarta,” ujarnya.(Jef)

KemenKopUKM: Kemitraan dengan Agregator Kunci Sukses Ciptakan Ekosistem UKM Go Ekspor

Cirebon:(Globalnews.id)- Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menyatakan bahwa kemitraan dengan agregator yang kuat menjadi kunci sukses untuk menciptakan ekosistem UKM go ekspor yang berdaya saing tinggi.

“Masih ada beberapa UKM yang sudah ekspor, ataupun UKM yang belum bisa ekspor, berjalan dengan sendiri-sendiri. Sehingga KemenKopUKM berupaya mengkonsolidasikan kemitraan antara agregator dengan para pelaku UKM terwadahi dalam satu ekosistem kluster,” ucap Asisten Deputi Pengembangan SDM Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Dwi Andriani Sulistyowati saat membuka acara Pengembangan SDM UKM Go Ekspor Berbasis Kemitraan dengan Agregator di Cirebon, Jum’at (23/9).

Selama ini Cirebon dikenal sebagai sentra kerajinan home decor atau furnitur berbahan baku rotan, oleh karena itu melalui kegiatan ini akan dibangun ekosistem kluster furnitur dan home decor khas Cirebon.

Lebih lanjut, Dwi menyampaikan membangun UKM tidak hanya untuk membuat UKM tersebut memiliki daya tahan namun harus dikonsolidasikan dari hulu ke hilir.

“Termasuk di hulunya kita kenalkan dengan agregator melalui kegiatan ini, dan kemudian selanjutnya pelaku UKM akan didampingi oleh agregator tersebut terutama dalam mengakses peluang pasar ekspor atau membuat produk baru, mengikuti trend pasar,” ucap Dwi.

Dalam kegiatan pengembangan SDM UKM Berbasis Kemitraan antara agregator dengan UKM go ekspor ini diikuti oleh 30 pelaku UKM Furniture dan Home Decor serta menghadirkan agregator sebagai narasumber dari PT Homeware Internasional Indonesia, juga Buyer Representatif dari PT Tikamoon Sourcing Indonesia, dan dari Harley Craft Fashion. Tidak hanya sebagai narasumber, agregator yang juga volunteer ini akan menjadi pendamping pelaku UKM ke depannya.

Melalui kegiatan ini diberikan materi penunjang serta berbagi ilmu dan pengalaman dari para agregator. Juga sebagai wadah bagi para pelaku UKM untuk saling berinteraksi dan mengenalkan usaha dan produknya masing-masing.

Dwi menambahkan tidak hanya itu, pelaku UKM pun diajak langsung mengunjungi workshop dari para mitra agar bisa melihat langsung bagaimana proses produksi serta manajemennya. “Sehingga bisa menginspirasi pelaku UKM untuk menciptakan inovasi dan ide kreasi baru, dengan kualitas ekspor,” ucap Dwi.

Perlu diketahui, kegiatan serupa juga telah diselenggarakan di beberapa titik wilayah seperti Kota Denpasar, Gianyar, Bantul, Salatiga, Tangerang, dan kini diselenggarakan di Cirebon dari 22-24 September 2022.

“Diharapkan dengan kegiatan ini pelaku UKM yang sudah berbagi pengalaman dengan agregator dapat menjalin kolaborasi, sinergi menjadi bagian dari rantai pasok agregator dengan menciptakan ekosistem UKM go ekspor. Hal ini tentunya sebagai upaya untuk mendukung pencapaian target kontribusi UMKM terhadap ekspor nonmigas sebesar 17 persen pada 2024,” kata Dwi.

Pada kesempatan yang sama Head Office PT Homeware Internasional Indonesia cabang Cirebon Didi Sumardi menyampaikan dengan adanya kegiatan ini dapat membangun ekosistem perajin kluster furnitur atau home decor di Cirebon.

“Tentu, ke depannya bisa membantu PT Homeware untuk menerima pesanan produk yang terstandardisasi dari buyer. Pelaku UKM diharapkan dapat bekerja sama dengan baik dari segi waktu, harga, dan kualitas yang telah ditentukan,” kata Didi.(Jef)

Ciptakan Ekosistem UKM Go Ekspor, KemenKopUKM Perkuat Kemitraan dengan Agregator

Jakarta :(Globalnews.id) – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) melalui Deputi Bidang UKM menggelar kegiatan Pengembangan SDM UKM Berbasis Kemitraan dengan agregator dan UKM ekspor di Tangerang, Banten, guna menciptakan ekosistem UKM Go Ekspor.

Asisten Deputi Pengembangan SDM Usaha Kecil dan Menengah Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Dwi Andriani Sulistyowati mengatakan, upaya ini dilakukan dalam rangka mendukung pencapaian target kontribusi UMKM terhadap ekspor nonmigas sebesar 17 persen pada 2024.

Diketahui capaian kontribusi UMKM terhadap ekspor nonmigas saat ini baru sekitar 15,7 persen di bawah kontribusi UMKM China, India, dan Vietnam.

“Pelaku UKM Go Ekspor membutuhkan pengetahuan tentang tren pasar produk ekspor, market intelegensi, dan pengembangan produk ekspor. Tentu dalam kegiatan ini, peran agregator sebagai narasumber dan pendamping UKM telah berbagi ilmu serta pengalamannya (transfer knowledge),” ucap Dwi dalam keterangan resminya, Sabtu (17/9).

_Transfer knowledge_ dilakukan melalui ulasan dan masukan langsung dari agregator, desainer produk, dan praktisi ekspor dari setiap produk yang dihasilkan dan dipresentasikan oleh masing-masing UKM.

Dengan begitu, dalam kegiatan pengembangan SDM UKM Berbasis Kemitraan antara agregator dengan UKM ekspor ini tak hanya diberikan teori penunjang, namun juga diberikan praktik langsung. ”Memang ada tahapannya, teori sekitar 30-40 persen. Kemudian kita ajak ke workshop langsung praktik, UKM mengamati, meniru, dan memodifikasi yang disebut ATM (Amati, Tiru, Modifikasi), ditambah adanya _success story_ dari para agregator yg juga sebagai pelaku UKM, untuk menyemangati mereka,” ucapnya.

Karena menurut Dwi, UKM masih memiliki kelemahan salah satunya dalam memproduksi produk tidak melihat tren. Maka perlu didatangkan pakar di bidang desain produk, agregator, dan buying representatif.

Kegiatan ini, katanya, merupakan wadah para pelaku UKM untuk berinteraksi dan saling mengenalkan usaha (_company profile_) masing-masing. Dengan membangun jaringan (networking) akan menjalin kolaborasi dan sinergi antar sesama pelaku UKM untuk menciptakan dan memproduksi produk-produk kreatif baru dengan kualitas ekspor.

“Hasil yang diharapkan adalah, para pelaku UKM juga dapat menjadi bagian dari rantai pasok agregator dan usaha besar berskala ekspor. Dengan melakukan kegiatan langsung di pabrik, para pelaku UKM mendapatkan pengalaman langsung bagaimana proses produksi,” kata Dwi.

Sehingga outcomenya nanti, UKM bisa memasarkan produknya sendiri terutama tidak melalui trading house. Dijelaskan Dwi, terdapat perbedaan antara trading house dengan agregator. Trading house sendiri merupakan perusahaan jasa yang bisa menyelesaikan administrasi tentang ekspor tapi dikenakan biaya.

“Ketika buyernya komplain, trading house tidak bertanggung jawab. Kalau agregator, mereka sebagai praktisi juga pelaku, memiliki pengetahuan tentang seni disain. Jadi ketika ada komplain, mereka dapat menampung terlebih dahulu, kemudian bisa diselesaikan bersama ditambah mereka juga melakukan pembinaan dan berkontribusi terhadap kemajuan UKM,” kata Dwi.

Senada, Pemilik PT Homeware Internasional Indonesia Edmond Setiadarma mengaku sangat _aware_ pada permasalahan UKM. Melalui perusahaannya, ia berkomitmen untuk membantu para pelaku UMKM dalam melakukan ekspor.

“Tidak semua UMKM memiliki akses pasar ekspor dan kapasitas produksi yang besar. Kami bantu mengumpulkan produk mereka supaya dapat memenuhi permintaan pembeli. Umumnya pesanan dari luar negeri memiliki spesifikasi permintaan yang tinggi, kami lakukan standardisasi produk,” kata Edmond.

Edmond menambahkan, hal yang sama terjadi dari sisi pembiayaan, tidak semua UMKM sanggup memenuhi mekanisme pembayaran dari pembeli luar negeri yang bisa mencapai 60 hari jatuh tempo. Hingga permasalahan yang sering dialami, belum semua UMKM memahami persyaratan dan perizinan ekspor.(Jef)

KemenKopUKM Tekankan Pentingnya Peran Agregator Konsolidasikan UMKM kriya-wastra Tembus Pasar Ekspor

Bali:(Globalnews.id) – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menekankan pentingnya peran agregator perusahaan besar yang selama ini sudah banyak berkontribusi dalam mengkonsolidasikan para pelaku UMKM untuk menembus pasar ekspor, khususnya di sektor kriya dan wastra.

Dalam rangkaian Cerita Kriya yang diselenggarakan oleh Dekranas dan KemenKopUKM di Bali, dihadirkan sejumlah perusahaan sekaligus agregator yang menjadi best practice membawa produk UMKM ekspor. Sebut saja PT Sarinah Indonesia (Persero), Alun-Alun Indonesia, Out of Asia, hingga Du’Anyam, yang membagikan strategi sukses mereka dalam mengantarkan UMKM naik kelas ke pasar ekspor global.

Terkait hal ini, Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menekankan, untuk mengembangkan kriya dan wastra memang tak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Oleh karena itu kehadiran agregator sangat diperlukan dalam mewujudkan UMKM ekspor dan agar UMKM berdaya saing tinggi.

“Saya kira apa yang sudah kita lakukan on the track. Konsolidasi dan koneksikan UMKM dengan market, serta pembiayaan tergabung untuk membangun seluruh ekosistem yang dibutuhkan,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam diskusi panel Cerita Kriya bertajuk ‘Akselerasi Kriya: Strategi dan Konsolidasi UMKM Naik Kelas Pasar Ekspor’ di Gedung Art Bali, Bali Collection, The Nusa Dua, Kamis (8/9).

Teten melanjutkan, ia tidak ingin UMKM hanya sekadar bertahan, namun bisa terus tumbuh dan berkembang. Indonesia memiliki kekuatan sumber daya manusia (SDM) yang inovatif dalam menciptakan suatu produk. “Saya sudah keliling daerah, sebagian besar para pelaku UMKM punya spirit untuk tumbuh dan bersaing,” ujarnya.

Sementara itu, Presiden Direktur Out of Asia Handaka Santosa membagikan pengalamannya dalam membangun Out of Asia sejak 15 tahun lalu, dan telah malang melintang di dunia ekspor produk-produk kerajinan tangan ke berbagai negara bahkan hampir di lima benua. Saat ini, Out of Asia juga telah menggandeng lebih dari 10.000 perajin dari empat pulau di Indonesia (Sumatra, Jawa, Bali, dan NTT).

“Out of Asia merupakan bagian dari MAP yang 100 persen usahanya ekspor. Kalau orang tahunya MAP itu Zara, Sogo, dan lainnya, Out of Asia justru hadir menjadi agregator produk kerajinan dalam negeri khususnya UMKM, yang kemudian dipasarkan ke luar negeri,” ucap Handaka.

Beberapa produk yang diekspor Out of Asia seperti kerajinan kayu dan enceng gondok. Produk-produk hasil olahan perajin ini juga dipamerkan di salah satu jaringan ritel MAP global seperti Zara Home Store dan beberapa instalasi target store vas kayu maupun keranjang di berbagai negara.

“Produk yang kami kurasi dari UMKM ini telah diekspor ke lebih dari 5.000 toko di 5 benua. Para pembelinya itu H&M Home, Marks and Spencer, Zara Home, The Body Shop, Dunelm, L&M Home, Pottery Barn, World Market, dan masih banyak lagi,” kata Handaka.

Out of Asia katanya, berkomitmen untuk memberdayakan potensi masyarakat dan UMKM dengan melakukan beberapa pelatihan pembuatan barang kerajinan untuk tujuan ekspor di beberapa wilayah. Seperti Kroya, Grobogan, Lombok, Kebumen, dan beberapa daerah di seputar Yogyakarta.

Di mana sasaran utamanya adalah masyarakat berpenghasilan rendah. Diharapkan program pelatihan tersebut akan meningkatkan penghasilan dan ekonomi rumah tangga mereka. “Kami selalu membuka diri terhadap apa yang kami bisa lakukan lebih lagi, bagi kemajuan UKM yang ada di Indonesia,” ucap Handaka.

Selanjutnya, Direktur Alun Alun Indonesia Kreasi Catharina Widjaja menceritakan, Alun Alun Indonesia merupakan retail modern yang mempunyai konsep one stop shopping experience, dengan suasana dan sentuhan budaya Indonesia.

Alun-Alun Indonesia menawarkan berbagai produk Indonesia yang berkualitas mulai dari produk fesyen, aksesoris, aneka kain nusantara, produk living, perhiasan, aneka produk spa, ragam produk antik, aneka makanan olahan, dan produk kriya lainnya. Total sekitar 80 persen merupakan produk UMKM dari perajin perempuan.

Di Jakarta, Alun-Alun Indonesia bisa dikunjungi di Grand Indonesia West Mall Level 3 dan Hotel Indonesia Kempinski. Sementara di Bali terdapat di SOGO Bali Collection.

“Akhir tahun ini, kami akan membuka satu toko di Hainan, China di mana kawasan Hainan ini mirip dengan Bali. Di sana kami akan membawa produk UMKM yang sudah dikurasi. Strategi kami dalam ekspor UMKM adalah dengan mengkurasi dan menyiapkan mereka cocok di tempatkan di negara tersebut. Memberi informasi dan pengetahuan, apa saja yang sedang dibutuhkan pasar,” katanya.

*Kurasi dan Pendampingan*

Direktur Utama Sarinah Indonesia Fetty Kwartati yang dianggap telah sukses melakukan berbagai transformasi, memastikan saat ini produk yang dijual di Sarinah 100 persen lokal. Menurutnya, dari awal Sarinah memang dibangun dengan tujuan membantu ekonomi rakyat dan mendorong UMKM naik kelas.

“Untuk itu kami terus menggandeng KemenKopUKM untuk mengurusi yang di hulu, sedangkan kami urus yang di hilirnya,” kata Fetty.

Tujuan transformasi yang dilakukan, kata Fetty, membuat Sarinah bukan lagi sebagai agregator saja bahkan menjadi super agregator yang memiliki brand pemersatu di Indonesia. “Sarinah bukan hanya pusat belanja, tapi Sarinah adalah gerakan formalitas Bangga Buatan Indonesia (BBI). Sarinah tak hanya hadir domestik tapi juga mancanegara,” katanya.

Fetty melanjutkan, Sarinah kini menjadi wajah modern Indonesia yang membangun ekosistem pengembangan UMKM unggulan Tanah Air menuju future retail modern dan pasar global. Tak hanya itu, Sarinah juga menyebut dirinya sebagai Community Mall yang menjadi melting pot untuk lintas generasi.

Dalam menerapkan strategi mendorong ekspor UMKM, kata Fetty, Sarinah sebagai retail operator menaungi jenama lokal unggulan melalui optimalisasi operasional ritel yang terintegrasi dan membentuk interaksi personalized customer experience.

Tak hanya itu, Sarinah juga menjadi retail operator untuk BUMN dan stakeholder lainnya. Sehingga dari sisi pembiayaan, Sarinah didukung pembiayaan oleh BUMN lain mulai dari LPEI hingga Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), serta memberikan pembinaan UMKM khususnya di bidang retail management, branding, hingga visualisasi produk.

Setelah transformasi, Sarinah kini dikunjungi 20.000-30.000 orang saat weekday, dan 40.000 pengunjung saat weekend.

Tak ingin ketinggalan, Co Founder Du’Anyam Hanna Keraf hadir menjadi usaha sosial (social enterprise) bidang kriya yang unggul karena sistem rantai pasok (supply chain) yang kuat dan terpadu bagi 1.400 lebih perajin yang telah dilatih di 54 desa yang berada di NTT, Papua, dan Kalimantan Selatan.

“Sebanyak 200 ribu produk anyaman khas kami telah terjual kepada lebih dari 500 pembeli yang berasal dari korporat dan hotel (business to business/B2B). Tak heran rata-rata peningkatan pendapatan perajin tumbuh 40 persen dan 105 persen terjadi peningkatan pendapatan penganyam,” kata Hanna.

Tahun depan kata Hanna, produk anyaman dari Flores rencananya akan diekspor meski jumlahnya memang belum terlalu banyak, mengingat sekitar 80 persen pembelinya masih datang dari pasar domestik. Du’Anyam menyasar pasar workshop, seminar (untuk keperluan godie bag), terutama amenities yang bisa dipasok oleh produk anyaman, sehingga tak heran anyaman bisa masuk ke berbagai segmen pembeli.

Di kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia (BI) Elsya Chani menyatakan, proses melakukan ekspor memang tidaklah mudah bagi UMKM secara individual. Itu mengapa diperlukan peran dari perusahaan atau lembaga besar sebagai agregator untuk hadir membantu.

“Ada kompleksitas dalam ekspor, maka dibutuhkan bantuan dari semua pihak agar ekspor UMKM berjalan baik. Dan yang paling penting adalah kurasi, literasi, dan pendampingan UMKM sebelum mampu melakukan ekspor secara mandiri,” kata Elsya.

Di satu sisi, BI juga telah meluncurkan BI Fast yang membuat tarif transfer antar bank menjadi sangat murah hanya dipatok seharga Rp 2.500 per transaksi. Di mana salah satu tujuannya adalah mendorong UMKM tak ragu lagi untuk go digital dengan melakukan pembayaran melalui QRIS.(Jef)