Jakara:(Globalnews.id)- PT Angkasa Pura I merupakan pengelola bandara yang memiliki visi lingkungan dan senantiasa berkomitmen untuk dapat berkontribusi positif terhadap keberlanjutan lingkungan hidup dalam melakukan operasi bisnisnya. Salah satunya dengan penerapan konsep _green airport_ pada bandara-bandaranya.
Kesuksesan penerapan _green airport_ atau _eco-airport_ Angkasa Pura I tersebut diakui oleh International Civil Aviation Organization (ICAO), lembaga penerbangan sipil dunia di bawah lembaga PBB, di mana Angkasa Pura I dijadikan pemateri pada kegiatan “ICAO Seminar on Green Airports” yang diadakan ICAO pada 29-30 November 2021 secara virtual. Pada seminar tersebut, Angkasa Pura I diwakili oleh Direktur Pemasaran dan Pelayanan Devy Suradji yang menyampaikan materi dengan judul “Developing Sustainability for Airports in Indonesia through Innovation, Participation, and Reaching Out to the Communities”.
“Praktik bisnis berkelanjutan yang memperhatikan aspek lingkungan hidup dan lingkungan sosial merupakan salah satu fokus Angkasa Pura I di mana hal ini menjadi salah satu misi perusahaan. Kebijakan lingkungan yang dibuat perusahaan berupaya untuk merespon kebutuhan dan ekspektasi pemangku kepentingan dengan memberika layanan yang ramah lingkungan dan tunduk pada berbagai aturan terkait lingkungan, memberikan contoh perilaku disiplin dan mengembangkan ide kreatif terkait manajemen dan perlindungan lingkungan bandara, serta mencegah pencemaran lingkungan sekaligus meningkatkan upaya-upaya berkelanjutan melalui pembangunan _green building_, manajeman limbah, _green procurement_, _green process_, program _reduce-reuse-recycle_, manajemen habitat, konservasi energi, audit eksternal dan internal,” ujar Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura I Devy Suradji.
Sebagai perusahaan pengembang dan pengelola bandara, Angkasa Pura I beroperasi berdasarkan berbagai regulasi yang terkait lingkungan, seperti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia No. 21 Tahun 2021 tentang Penilaian Kinerja Bangunna Gedung Hijau, Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/124/VI/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Bandara Ramah Lingkungan _(Eco-Airport)_, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kegiatan Fisik Pemanfaatan Energi Baru dan Energi Terbarukan serta Konservasi Energi, dan berbagai regulasi lainnya.
Berbagai regulasi tersebut diturunkan ke dalam kebijakan internal perusahaan seperti pedoman bagi manajemen limbah beracun dan berbahaya, pedoman pembangunan _green building_ di bandara, pedoman implementasi ISO 14000:2015 Sistem Manajemen Lingkungan, dan langkah-langkah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Implementasi inisiatif _eco-airport_ dan sistem efektif manajemen lingkungan dilakukan melalui penerapan sistem manajemen lingkungan menggunakan pendekatan ISO 14001 di mana hampir seluruh bandara kelolaan telah mendapat sertifikat ISO 14001 tersebut; penerapan lebih jauh manajemen habitat atau studi biodiversitas sebagai program untuk mengontrol hewan liar di bandara; program manajemen limbah termasuk pengelolaan limbah cair dan limah padat; menyosialisasikan program _green airport_ ke _tenant_ dan penumpang pesawat (seperti pengurangan penggunaan sedotan pada _tenant_ restoran, pengurangan penggunaan plastik belanja, dan lainnya).
Terkait upaya pengurangan emisi gas rumah kaca, beberapa inisiatif yang dilakukan Angkasa Pura I yaitu implementasi standardisasi _green airport_ termasuk pendirian _green building/ airports_ (Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo dan Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang), _green construction_, dan _green procurement_; pencatatan gas rumah kaca melalui Airport Carbon Emission Rating Tools (ACERT); mitigasi emisi melalui penggunaan lampu LED, sistem sensor, sistem otomatis gedung, penanaman pohon, dan lainnya.
Sebagai informasi, Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon (YIA) Progo berhasil meraih sertifikat “Gold” Greenship dari Green Building Council Indonesia (GBCI). Raihan ini membuat YIA menjadi yang pertama dan satu-satunya bandara di Indonesia yang dengan sertifikat “Gold” Greenship Building. Dalam kegiatan operasionalnya, YIA didukung berbagai perangkat utilitas yang mendukung konsep ramah lingkungan seperti penggunaan lampu LED, elevator, _lift_ dan travelator yang menggunakan fitur _sleep mode_, sanitair dengan fitur _dual flush_ and _auto faucet_, serta penggunaan kaca bangunan Sunergy Green yang mampu merefleksikan sinar matahari dengan baik dan mendukung efisiensi penggunaan pendingin ruangan di dalam area terminal. YIA juga didukung dengan fasilitas _stormwater management_ kawasan di mana berfungsi untuk menangkap, mengumpulkan, mengolah, meresapkan air limpasan hujan untuk digunakan sebagai sumber air alternatif yang mendukung keperluan operasional bandara.
Terkait implementasi konservasi energi, Angkasa Pura I menggunakan sistem panel surya di beberapa area, menggunakan biofuel atau materi lainnya terkait energi terbarukan, mengurangi konsumsi listrik dengan menggunakan sistem sensor otomatis gedung, pendingan magnetik, dan lainnya. Pada 2021 ini, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali menjadi bandara Angkasa Pura I pertama yang menerapkan Sistem Manajemen Energi ISO 50001:2018. Dengan menerapkan sistem manajemen energi ini, bandara dapat melakukan penghematan atau efisiensi energi yang dapat berkontribusi terhadap penurunan emisi gas rumah kaca (GRK). Penerapan manajemen energi di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali hingga Desember 2021 ini berpotensi menghasilkan penghematan energi sebesar 3.627.686 Kwh atau setara dengan Rp. 4.309.691.285,-. Selain manfaat penghematan energi, manajemen energi di Bandara Bali juga berpotensi untuk menurunkan emisi GRK sebesar 2.866 ton CO2/Mwh.
“Mewujudkan keberlanjutan merupakan upaya yang tiada akhir mengingat kondisi lanskap area bisnis yang berbeda dan perubahan perilaku konsumen yang terus berubah. Oleh karena itu dibutuhkan kolaborasi dan kerja sama untuk mewujudkan tujuan berkelanjutan di sektor aviasi, tidak hanya dengan melibatkan _stakeholder_ di dalam industri ini tapi juga seluruh _stakeholder_ di luar industri aviasi,” ujar Devy Suradji.(Jef)