Jakarta:(Globalnews.id)-Lompatan kinerja PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) 2021 mendapat apresiasi dari pemerintah sebagai pemegang saham pengendali. Perusahaan pelat merah dengan mandat Bank Internasional asal Indonesia ini pun terus didorong untuk memperkuat posisinya dalam melakukan ekspansi bisnis global, sambil membantu memulihkan ekonomi berkelanjutan pasca Pandemi Covid – 19.
Adapun, kinerja BNI tersebut adalah mencatat laba bersih tahun 2021 sebesar Rp 10,89 triliun, tumbuh 232,2% year on year (yoy), atau tiga kali lipat dari profit tahun 2020. Pencapaian Laba bersih ini dihasilkan dari Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan atau Pre-Provisioning Operating Profit (PPOP) yang tumbuh kuat 14,8% yoy sehingga mencapai Rp 31,06 triliun.
Pertumbuhan kredit yang sehat sebesar 5,3% yoy menjadi Rp 582,44 triliun, yang didukung juga oleh Net Interest Margin (NIM) yang tangguh di level 4,7%. Pendapatan berbasis komisi (FBI) mampu dikerek dengan pertumbuhan 12,8% yoy. BNI mempercayai bahwa masih terdapat ruang untuk terus tumbuh kedepannya.
Pertumbuhan kredit ditopang oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp 729,17 triliun atau tumbuh 15,5% yoy, dan membawa BNI pada situasi likuiditas yang sangat mencukupi dan jauh melampaui pertumbuhan kredit tahun lalu.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir menyampaikan, BNI mampu menorehkan kinerja sangat positif di tengah masa pandemi yang belum sepenuhnya pulih. Hal ini membuktikan keandalan manajemen dan BNI Hi-movers dalam melakukan transformasi guna terus mencari ceruk-ceruk pertumbuhan ekonomi yang semakin dinamis.
“Dengan capaian ini, BNI diharapkan menjadi katalisator pemulihan ekonomi nasional baik di masa pandemi maupun pasca pandemi. Kami pun tetap berharap BNI menjadi BUMN yang sehat dan dikelola dengan bersih lagi transparan sebagai dasar good corporate governance,” katanya dalam BNI Business Meeting 2022 di Jakarta, Sabtu (29 Januari 2022).
Erick berharap BNI dapat terus meningkatkan fokusnya dalam mendorong ekspansi bisnis internasional. Terlebih, momentum pertumbuhan ekonomi global tahun ini diproyeksi lebih kuat sehingga banyak peluang pertumbuhan baru yang dapat dioptimalkan oleh pelaku usaha korporasi sekaligus UMKM.
Erick berpendapat emiten berkode BBNI ini tergolong berhasil menciptakan sebuah ekosistem pertumbuhan antara UMKM dan diaspora, seperti di United Arab Emirates (UAE). Kedepannya dapat menjadi model andalan yang dapat diduplikasi di banyak wilayah operasional global BNI.
“Seperti bagaimana kami lihat di UAE, kita berhasil mengkolaborasikan diaspora dan UMKM. Ini merupakan upaya untuk terus menciptakan lapangan kerja bagi semua masyarakat Indonesia di luar negeri. Tentu ini juga menjadi salah satu langkah guna mendukung ekspansi kinerja ekonomi kita,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Erick berpendapat BNI memiliki potensi untuk mengoptimalkan momentum Presidensi G20 Indonesia 2022. BNI akan menjadi jembatan untuk merealisasikan berbagai proyek ekonomi berkelanjutan baru. Momentum G20 juga dapat dimanfaatkan BNI untuk melakukan _showcasing_ layanan globalnya.
“Semoga dengan kondisi ekonomi makro yang lebih baik serta kinerja 2021 yang positif ini dapat menjadi modal BNI dalam menjawab semua ekspektasi pemangku kepentingan. BNI juga harus melakukan transformasi, dan inovasi guna meningkatkan kapabilitas dalam kinerjanya. Tentu juga dalam core value AKHLAK,” imbuhnya.
*Waspada dan Optimis dalam satu nafas*
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati mengapresiasi kinerja manajemen BNI yang telah mampu menutup kinerja tahun 2021 dengan peningkatan kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga yang sangat positif.
Menurutnya, kinerja BNI tersebut menunjukkan kemampuan BNI untuk menjaga kepercayaan kepada pemerintah dengan tata kelola yang sangat baik dalam operasionalnya. Upaya efisiensi juga dilakukan dengan sangat baik dan hati-hati sehingga meningkatkan daya saing BNI dalam mendukung pemulihan ekonomi yang lebih cepat.
“Makanya kalau BNI dapat hasil impressive itu hasil kerja keras insan BNI semuanya. Ini patut mendapat tepuk tangan. Itu adalah hasil dari fokus dan upaya yang dilakukan manajemen. Kami pun berharap semua insan BNI punya semangat untuk terus melakukan perbaikan di semua lini. Tidak boleh ada pengecualian. Waspada dan Optimis dalam satu nafas. Fleksibel tetapi tidak kehilangan fokus,” katanya.
Lebih jauh Sri Mulyani melanjutkan, pemerintah telah berusaha mengelola fungsi APBN untuk menjaga dampak buruk akibat pandemi dan membuat ekonomi kembali bergerak dengan sangat efisien. Defisit fiskal tergolong reasonable dibandingkan dengan negara lain, yang bisa mencapai sekitar 20% terhadap PDB negaranya seperti India dan Brazil. Sementara Indonesia dapat menjaga level defisitnya lebih rendah dengan pemulihan ekonomi yang lebih cepat.
“Ini saatnya semua korporasi termasuk BNI kembali keluar dan meningkatkan kinerja ekonomi. APBN perlahan mundur untuk memulihkan kondisinya. Pemerintah tengah mempersiapkan exit policy dan bersama-sama dan keluar dari extra ordinary policy selama 2 tahun lalu. Exit Policy ini yang akan menjadi salah satu pembahasan penting di G20. Itu sebabnya kita perlu membangun komunikasi yang baik untuk menciptakan desain pemulihan yang terkoordinasi,” imbuhnya sembari menambahkan bahwa jika pemerintah dan dunia usaha bersama – sama memulihkan perekonomian maka itu sejalan dengan misi Presidensi G20 Indonesia, yaitu Recover Stronger, Recover Together.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menuturkan, upaya peningkatan kualitas kredit dilakukan dengan sangat baik. Rasio kredit bermasalah berada pada 3,7% dan loan at risk berada pada 23% per akhir tahun lalu dan terus menunjukkan tren penurunan. Hal ini pun menjadi momentum bagi perseroan untuk lebih aktif mendorong pemulihan ekonomi nasional.
“Adanya perbaikan NPL dan LaR tersebut menunjukkan bahwa ruang untuk terus tumbuh masih sangat terbuka,” ujarnya.
Dengan program transformasi yang telah direncanakan sangat matang, BNI juga telah mampu memperkuat daya saing dan ruang peningkatan margin dengan menekan banyak sisi beban operasional.
BNI juga telah mampu meningkatkan modal pada tahun lalu dengan penerbitan Alternatif Tier I Capital sekitar Rp 8,6 triliun sehingga membuat rasio kecukupan modal terkerek hingga posisi 19,7%, dari akhir 2020 yang tercatat 16,8%.
Royke menuturkan BNI adalah bank yang mendapat mandat menjadi bank global guna mendorong pelaku usaha dalam negeri meningkatkan penetrasi pasar luar negeri. BNI juga diharapkan mampu menjadi investment consultant bagi pelaku usaha global negeri untuk berinvestasi di Indonesia.
“Tentunya, kami sangat terima kasih dari support pemerintah. Dari kebijakan dan dukungan. Kami bisa mencapai kinerja keuangan ini tentunya tidak lepas dari dukungan Kementerian Keuangan, Pemerintah dan stakeholder lainnya,” imbuh Royke. (Jef)