Arsip Tag: Ekspor kopi

MenKopUKM: Kopi Jadi Komoditas Penggerak Koperasi dan UMKM Indonesia

Jakarta:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan bahwa komoditas kopi telah menggerakkan kinerja UMKM dan koperasi, baik dari sisi hulu dan hilir. Hal ini dibuktikan dengan 96 persen perkebunan kopi Indonesia dikuasai oleh 1,3 juta petani dan lebih dari 2.950 kedai kopi dikelola anak muda dan pelaku ekonomi kreatif.

“Di tengah pandemi, tiap-tiap negara tengah mencari keunggulan domestiknya masing-masing. Ini penting agar Indonesia tidak terus-menerus mengekor ke negara-negara maju. Kopi dan rempah adalah komoditas unggulan negara kita yang harus dikelola dengan baik, dikuasai inovasi teknologinya, punya nilai tambah, menyejahterakan petani, dan berkelanjutan,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam acara Sarasehan Kebangkitan Kopi Rempah Nusantara yang diselenggarakan oleh Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IKA FAPERTA IPB University) di IPB Convention Center, Bogor, Sabtu (21/5).

Namun, menurut Menteri Teten terdapat tiga tantangan untuk pengembangan kopi rakyat, di antaranya lemahnya kelembagaan usaha yang umumnya masih perorangan, rendahnya produktivitas dan kualitas produk UMKM dan koperasi, serta kesulitan akses pembiayaan dan pasar.

“Dalam hal ini, KemenKopUKM memberikan dukungan dari hulu dan hilir. Dari hulu, kami ingin melakukan penguatan kelembagaan usaha melalui korporatisasi petani kopi berbasis koperasi dan pengembangan model bisnis terintegrasi hulu-hilir dari mulai produksi, akses pembiayan, rantai pasok, dan pemasarannya,” ucap Menteri Teten.

Lebih lanjut, Menteri Teten menambahkan bahwa pihaknya sudah melakukan beberapa piloting terkait korporatisasi petani ini. Salah satunya ialah Koperasi Produsen Baitul Qiradh Baburrayyan di Aceh Tengah yang diusahakan untuk menguasai pasar ekspor 345,6 ton Kopi Arabica Gayo ke pasar Amerika Serikat dan Eropa.

“Ini akan menjadi satu-satunya koperasi yang memiliki akses penjualan kopi langsung ke Starbucks,” kata Menteri Teten.

Selain itu, terdapat juga Koperasi Klasik Beans-Sunda Hejo di Jawa Barat yang mengonsolidasikan petani perhutanan sosial dan akan memasok kopi specialty untuk kebutuhan dalam negeri dan mancanegara.

“Juga ada Koperasi Kopi Wanita Gayo (Kokowagayo) yang menjadi satu-satunya koperasi wanita di Asia Tenggara yang masuk dalam Organic Product Trading Company (OPTCO) Cafe Femenino. Petani kopi perempuan berjumlah 409 orang dan mengelola lahan sebanyak 342 hektare. Sebanyak 70 persen produksi diekspor ke Amerika Serikat, 20 persen ke Eropa, dan 10 persen ke Australia,” kata Menteri Teten.

Dari sisi hilir, KemenKopUKM mendorong konsumsi kopi di dalam negeri, di mana anak muda menjadi kunci. Hal ini dilakukan dengan perluasan kedai kopi ke daerah secondary city melibatkan komunitas kreatif dan basis pesantren.

Berdasarkan riset Toffin dan Majalah MIX Marcoom pada 2019 jumlah kedai kopi di Indonesia tumbuh hingga 2.950 gerai dan angka tersebut mengalami kenaikan tiga kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut Menteri Teten, kopi telah disinergikan ke dalam prioritas 2022, yaitu pemulihan transformatif, di mana afirmasi 70 persen program kementerian untuk anak muda, perempuan dan usaha ramah lingkungan, termasuk kopi.

“Kami juga mematok 40 persen pembiyaaan LPDB ke sektor rill agar memacu pembiayaan perbankan dan nonperbankan lebih terkonsolidasi ke dalam ekosistem sektor produktif, termasuk kopi. Kami targetkan 20 juta UMKM sudah masuk ke dalam ekosistem digital, termasuk kopi,” kata Menteri Teten.

“Kopi tak lagi sekadar minuman, apalagi diracik dengan rempah nusantara. Kopi telah menjelma menjadi kebutuhan hidup, memasok energi, dan menjadi bahasa universal bagi semua kalangan tanpa batas,” ujar Menteri Teten.

Berdasarkan Laporan International Coffee Organization (ICO), Indonesia telah menempati peringkat 4 produsen kopi terbesar di dunia dengan total produksi 12 juta karung kopi berukuran 60 kg pada 2014-2019.

Selain itu, meskipun produksi kopi mengalami penurunan saat pandemi, namun harga kopi dunia naik 1,02 persen dari 748,6 juta dolar AS menjadi 756,2 juta dolar AS di tahun 2021. Dalam jangka panjang, konsumsi kopi dunia diperkirakan akan terus meningkat, paling sedikit tumbuh minimal 2 persen pertahun, sedangkan di daerah Asia Timur dan Tenggara tumbuh di atas 5 persen.

Kepala Subdirektorat Pemasaran Hasil Perkebunan Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian, Normansyah Hidayat Syahruddin menambahkan, produksi kopi Indonesia pada 2021 telah mencapai 670 ribu ton. Dia pun menegaskan bahwa Indonesia telah menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia.

“Kami pada awal 2022 juga sudah melakukan gerakan menanam kopi serentak di Kabupaten Bandung. Kami fokus untuk melakukan korporasi perkebunan. Ini bentuk penguatan lembaga petani yang diharapkan membuat konsisten ekspor pasokan produksi kopi dan daya jualnya,” ujar Normansyah.

Di tempat yang sama, Ketua IKA FAPERTA IPB University Octen Suhadi menegaskan bahwa pihaknya senantiasa menjadi pelopor kebangkitan kopi nusantara. Dia juga berharap, IPB University dapat membalikan kejayaaan kopi nusantara.

Sementara itu, Kepala Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) IPB University Ernan Rustiadi menuturkan bahwa komoditas kopi telah membuat petani bukan hanya sebagai penghasil buah segar saja, tapi juga mendapatkan nilai tambah.

“Petani kopi saat ini bukan hanya penghasil buah segar saja, tapi juga dapat menghasilkan gabah kopi, mengolah ceri menjadi green bean, roasting untuk jadi kopi bubuk dan bahkan ada yang punya kafe sendiri. Ini dinikmati petani nilai tambahnya. Ini karena hilirisasi kopi yang baik di Indonesia,” kata Ernan.(Jef)

Specialty Coffee di Boston, Kopi Unggulan Indonesia Raih Potensi Transaksi sebesar Rp283 Miliar

Boston, USA (Globalnews.id – Pada pameran kopi terbesar di Amerika Serikat, yaitu Specialty Coffee Expo (SCE) 2022 di Boston, kopi Indonesia berhasil meraup potensi transaksi sebesar USD19,5 juta atau sebesar Rp283 miliar.

“Ini membuktikan bahwa Kementerian Koperasi dan UKM telah berhasil memfasilitasi UKM Indonesia yang bergerak pada usaha kopi untuk menembus dan memperluas akses pasarnya ke Amerika Serikat. Ini juga membuktikan produk specialty coffee Indonesia mampu bersaing dan diminati konsumen, khususnya pasar Amerika Serikat,” kata Kepala Biro Hukum dan Kerjasama Kementerian Koperasi dan UKM Henra Saragih melalui keterangan resmi, Rabu (13/04). Pagelaran akbar SCE 2022 diselenggarakan pada 8-10 April 2022 di Boston Convention and Exhibition Center, Amerika Serikat.

Di pameran ini, produk specialty coffee dari berbagai negara di dunia saling berkompetisi menarik perhatian pengunjung. Produk specialty coffee asal Indonesia berhasil mendapatkan apresiasi para pecinta kopi dunia.

“Melalui keikutsertaan Indonesia dalam SCE 2022 ini diharapkan ekspor produk kopi Indonesia ke AS semakin meningkat,” ujar Henra.

Adapun produk kopi yang dipamerkan dan mendapatkan permintaan tertinggi merupakan kopi terbaik yang berasal dari Jawa Barat, Gayo, Mandailing, luwak, Toraja, dan Bali.

Pada ajang ini, Indonesia mempromosikan kopi melalui coffee taster dan penjajakan business matching dengan potensial buyer. Adapun negara yang melakukan kesepakatan dagang terbesar antara lain Amerika Serikat, Canada, Colombia, Ekuador, Meksiko, Argentina, dan Spanyol.

Pada ajang ini, Caldera Coffee mendapatkan potensial buyer dari Argentina dengan nilai potensial transaksi mencapai Rp157 Miliar untuk produk kopi Toraja, Bali, Mandailing, Jawa dan luwak.

Selain itu, Java Halu Coffee dari Jawa Barat mendapatkan permintaan green beans dari 3 potensial buyer negara Amerika serikat, Meksiko, dan ekuador.

Sebagai tindak lanjut ketiga buyer tersebut akan berkunjung ke perkebunan Java Halu Coffee di Jawa Barat pada Mei 2022 untuk melaksanakan survey dan kontrak dagang. PT.Sanika Indonesia Sukses mendapatkan potensial order dari negara Ekuador berupa coffee capsul.

Selain produk kopi, sejumlah produk yang mendapatkan permintaan diantaranya produk cokelat yaitu Hiro & Cocoatree mendapat permintaan potensial order buyer dari USA produk choco powder mencapai 100 ton atau mencapai Rp25 miliar.

Cokelatin mendapatkan potensial order dari Canada USA dan Panama serta PT Delifru Utama Indonesia mendapat potensial order produk sirup dari Rwanda, Amerika Serikat dan Qatar.(Jef)

Koperasi Produsen di Garut, Ekspor 2 Kontainer Kopi ke Belanda Senilai Rp 4 Miliar

Garut:(Globalnews.id)-Kopi Indonesia kembali mendapat pengakuan dunia internasional. Hal itu tercermin dari permintaan kopi yang terus meningkat di pasar internasional. Yang membanggakan lagi adalah ekspor kopi ini dilakukan oleh koperasi. Contohnya adalah Koperasi Produsen Sari Buah Kopi dari Desa Mekarsari, Cikajang, Garut, Jawa Barat.

Koperasi ini mendapat pesanan kopi dari Belanda sebanyak 2 kontainer dengan nilai ekspor sebesar Rp4 miliar. Ekspor kopi dilakukan atas kerjasama yang baik antara PT Astra Internasional Tbk dan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Koperasi dan UKM, Luhur Pradjarto, mengapresiasi ekspor yang dilakukan oleh Koperasi Produsen Sari Buah Kopi tersebut. Menurutnya ekspor ini menjadi bukti bahwa dengan pengelolaan dan kerjasama yang baik oleh berbagai pihak, ekspor produk perkebunan bisa dilakukan oleh koperasi.

“Kegiatan pelepasan ekspor seperti ini diharapkan dapat berkelanjutan, tidak berhenti disini saja, agar menghasilkan nilai ekspor yang terus meningkat. Saya sangat bangga dan apresiasi sekali dengan optimisme para petani milenial ini untuk memajukan komoditas unggulan daerah khususnya kopi,” tutur Luhur dalam sambutannya pada acara Pelepasan Ekspor Kopi Binaan IPB University dan PT Astra Internasional Tbk di Garut, Jawa Barat, Rabu (2/3/2022).

Acara pelepasan ekspor kopi ini juga dihadiri oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Rektor IPB Arif Satria, Head of Social Engagement Astra Triyanto. Dalam acara ini juga dilakukan penyerahan secara simbolis bantuan sarana dan prasarana produksi kepada petani milenial Jawa Barat.

Luhur menambahkan bahwa permintaan kopi dunia saat ini trennya meningkat. Pada 2021 lalu volume ekspor kopi Indonesia mencapai 380,17 ribu ton atau naik sekitar 1,21 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 375,60 ribu ton. Sedangkan nilai ekspor kopi sebesar USD842,52 juta. Terdapat kenaikan sekitar 4,11 persen dibandingkan 2020 yang sebanyak USD809,20 juta.

Dengan permintaan pasar yang semakin besar, dia berpesan kepada Koperasi Produsen Sari Buah Kopi untuk memperhatikan standar kualitas produk dan aspek keberlanjutan. Selain itu diperlukan branding yang kuat melalui berbagai media yang dimiliki.

Untuk itu penting dilakukan penguatan, pendampingan serta market intellegent demi menjaga kepercayaan konsumen kopi baik di dalam atau luar negeri. Luhur berharap akan semakin banyak pihak yang terlibat dalam program pendampingan dan penguatan SDM dari para produsen kopi di Indonesia khususnya kepada anggota koperasi.

“Kehadiran IPB University dan Astra International juga menjadi tonggak sinergi bahwa kemajuan ekspor Indonesia bukan kerja sendiri tetapi kerja bersama dalam semangat kolaborasi dan kerja sama yang sejati. Dukungan berbagai pihak seperti ini sangat dibutuhkan,” lanjutnya.

Luhur menambahkan bahwa pengurus koperasi dan pelaku UMKM untuk memulai memanfaatkan teknologi untuk memasarkan produknya. Hal ini penting untuk dapat memperkenalkan produknya dengan pangsa pasar yang lebih luas. Pihaknya siap memberikan pelatihan pemanfaatan teknologi dalam proses produksi hingga ke pemasarannya. Pemerintah juga siap memfasilitasi para pelaku UMKM dan koperasi mendapatkan akses pembiayaan murah karena targetnya tahun 2024 sebesar 30 persen kredit perbankan untuk UMKM.

“Berikutnya adalah bagaimana UMKM kita bisa onboarding, kan sekarang zamannya digital. Dan tak kalah penting adalah korporatisasi petani. Koperasi nanti sebagai agregator,” pungkasnya.

Senada Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil juga mengatakan bahwa masa depan ekonomi Indonesia ditopang olah sektor pertanian dengan syarat harus dipadukan dengan teknologi. Oleh sebab itu dia berharap para lulusan perguruan tinggi dapat kembali ke desa untuk membangun ekonomi dengan konsep modern.

“Kalau ekonomi hijau dan ekonomi digital ini dipadukan, ini bisa menjadi masa depan ekonomi kita. Tapi itu tidak akan terjadi kalau kerjanya sendiri-sendiri, kuncinya untuk sektor pangan adalah berkolaborasi dengan teknologi,” ujar Ridwan Kamil.

Ridwan Kamil berharap apa yang dilakukan oleh petani milenial di dalam wadah Koperasi Produsen Sari Buah Kopi ini menjadi contoh bagi koperasi-koperasi pangan lainnya untuk mulai merambah pasar internasional. Dia optimis dengan kerjasama yang erat antar pemangku kepentingan dapat mendorong peningkatan kinerja sektor pertanian dan perkebunan di Jawa Barat.

“Ini bisa terwujud dengan kolaborasi pentahelix yang erat. Jawa Barat itu ekspor rata rata per tahun untuk produk pertanian Rp200 milar. Mudah mudahan bisa kita tingkatkan sampai triliun dengan praktik yang baik seperti har ini sehingga Jawa Barat bisa menjadi unggulan eksportir kopi di Indonesia,” tukasnya.

Rektor IPB, Arif Satria menyatakan pihaknya kini telah mendampingi 53 desa di Jawa Barat untuk mengembangkan produk lokalnya agar bisa menembus pasar ekspor. Di sektor pertanian, dia berharap para petani yang tergabung dalam wadah koperasi atau Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dapat mengaplikasikan teknologi inovasi yang dikembangkan oleh IPB agar produktivitasnya meningkat.

“Kita terus berupaya meningkatkan inovasi, alhamdulillah desa- desa yang kita dampingi mulai berkembang. IPB berusaha maksimal mendongkrak potensi desa terutama di masa krisis sektor pertanian selalu unggul tahan banting dan tidak pernah mengalami kontraksi,” ucapnya.

Sementara itu Ketua Koperasi Produsen Sari Buah Kopi, Juanda bersyukur bahwa perjuangannya untuk membangun koperasi produksi kopi akhirnya membuahkan hasil. Walaupun usia koperasi masih tergolong muda namun untuk pemrosesan dan produksi kopi sudah dilakukannya selama tujuh tahun. Selama itu, jatuh bangun membangun koperasi produksi kopi telah dirasakannya. Dan kini koperasi dengan luas lahan produktif sebesar 2.815 hektar ini akhirnya pecah telor mengekspor produk kopi atas nama koperasi.

“Peran koperasi ini sebagai agregator dari hasil produksi anggota. Jadi kami berjenjang tidak ujug-ujug langsung ada koperasi makanya kalau kita ngomong soal koperasi kami ini baru, tapi kalau kami bergerak di kopi sudah cukup lama,” katanya.

Juanda berharap kedepan ada dukungan dari pemerintah atau lembaga terkait lainnya untuk membantu koperasinya dalam hal peningkatan kapasitas SDM atau dukungan dalam bentuk lainnya. Sebab selain fokus pada usaha kopi, koperasi ini akan mengembangkan ecowisata dan juga usaha penyediaan madu alami.

Dari dua usaha lainnya ini diharapkan bisa menjadi sumber kekuatan baru bagi koperasinya. Sebab saat ini beberapa pihak mulai melirik produk ecowisata dan madu alami hasil dari koperasi tersebut. Koperasi ini dinilai unik karena seluruh proses produksi kopi dan madu benar-benar digarap dari tangannya sendiri tanpa mengandalkan bantuan dari pihak manapun. Ini terjadi karena dari hulu ke hilir seperti penyediaan bibit, pupuk hingga pemrosesan dilakukan dan disediakan oleh koperasi. Untuk itu perlu penguatan dari sisi SDM dan juga dari sisi marketing agar kedepan semakin dikenal oleh masyarakat luas.

“Kita bikin pupuk sendiri dari limbah kopi atau dari limbah masyarakat, kita ambil dan kita kasih duit dan tampung di sini. Jadi kita nggak pernah pusing mikirin harga pupuk mahal,” pungkasnya.(Jef)

Ini Dia, Solusi Menteri Teten Agar Kopi Aceh Tengah Masuk Pasar Global

Aceh Tengah:(Globalnews.id)- Petani kopi di Aceh Tengah, khususnya para anggota Koperasi Produsen Gayo Highland, berkesempatan berdiskusi langsung dengan Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki, terkait pengembangan kualitas produk dan pemasaran kopi.

Dalam dialog tersebut, yang juga dihadiri Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Ahmad Zabadi dan Dirut Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM Supomo, muncul beberapa masalah dan kendala yang kerap dihadapi para petani kopi. Diantaranya, mengenai musim panen kopi yang kerap bersamaan dengan turunnya musim hujan. Sehingga, kualitas kopi yang tengah dijemur menurun.

“Kami membutuhkan Rumah Jemur Kopi atau Green House agar harga kopi di pasar, baik domestik maupun ekspor, tetap terjaga bagus,” ungkap salah seorang perwakilan petani, pada acara diskusi dengan Menteri Teten di Gudang Proccessing Kopi milik Koperasi Produsen Gayo Highland, di Aceh Tengah, Provinsi DI Aceh, Jumat (25/2).

Masalah lain, Ketua Koperasi Produsen Gayo Highland Abdullah menyebutkan bahwa terkait masalah ekspor. Produksi kopi dari 700 lebih petani dengan sekitar total lahan 1000 hektar, sudah terbilang besar, yaitu sebesar 54 Lot.

Namun, Abdullah mengakui, marjin yang diterima koperasi (dan para petani kopi) masih belum maksimal karena ekspor masih melalui perantara atau mitra. “Padahal, kita tinggal selangkah lagi untuk bisa melakukan ekspor sendiri. Kami mohon dukungan dari Kementerian Koperasi dan UKM untuk mewujudkan itu,” tukas Abdullah.

Menanggapi beberapa kendala tersebut, Menteri Teten memberikan beberapa solusi strategis bagi petani kopi dan koperasi kopi di Aceh Tengah agar mampu menembus pasar global. “Pertama, saya mengusulkan yang berhubungan langsung dengan buyer bukan petani, melainkan koperasi petani kopi,” ungkap Menteri Teten.

MenKopUKM menyebutkan bahwa arahan Presiden Jokowi untuk memperkuat sektor pangan nasional dengan membangun Corporate Farming di seluruh Indonesia. Dimana tidak ada lagi petani-petani perorangan berlahan kecil yang berhubungan dengan buyer. “Harus bergabung ke koperasi agar memiliki kualitas produk yang baik, efisien, dan masuk skala ekonomi,” ucap MenkopUKM.

Kedua, lanjut Menteri Teten, koperasi-koperasi petani kopi (primer) yang ada di Aceh Tengah, bergabung menjadi satu membentuk satu koperasi sekunder. “Dengan begitu, produk kopi asal Aceh Tengah memiliki satu pintu untuk masuk pasar ekspor,” ulas Menteri Teten.

Oleh karena itu, MenKopUKM pun berharap bahwa kualitas dan produktifitas kopi asal Aceh Tengah terus ditingkatkan. Teten mencontohkan Vietnam yang mampu memproduksi kopi sebanyak 2 ton per hektar, dengan kualitas bagus.

“Kami akan terus mendukung upaya untuk meningkatkan kualitas produk dan konsolidasi produk kopi,” ujar Menteri Teten.

Untuk memperkuat permodalan koperasi tersebut, Menteri Teten memberikan solusi untuk memanfaatkan dana bergulir dari LPDB-KUMKM, yang bunganya super murah.

Tujuannya, agar koperasi bisa memiliki kemampuan untuk membeli produk langsung dari petani. Termasuk dalam pengadaan Rumah Produksi Bersama. “Sedangkan untuk onfarm-nya, yakni para petaninya, bisa memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) kluster,” tegas MenKopUKM.

Lebih dari itu, Menteri Teten pun mengusulkan agar petani di Aceh Tengah mampu mengkombinasikan lahan untuk menanam kopi dan juga pisang. Dalam arti, ada substitusi musim tanam dan panen, antara kopi dengan pisang.

“Hasil kajian FAO menyebutkan bahwa pola tumpang-sari seperti itu, antara kopi dan pisang, mampu meningkatkan pendapatan petani atau berpendapatan jauh lebih baik ketimbang hanya menanam satu jenis tanaman saja,” pungkas Menteri Teten.(Jef)

Tekan Biaya Produksi, MenKopUKM Minta Kebon Kopi Indonesia Dibenahi

Jakarta:(Globalnews.id) — Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyoroti tingginya biaya produksi yang membuat volume produksi kopi dalam negeri belum meningkat signifikan. Mahalnya biaya produksi itu dipengaruhi akses jalan yang belum memadai. Oleh karena itu, Teten Masduki meminta supaya kebon kopi di Indonesia dibenahi.

Teten Masduki menyebut 96% kebon kopi di Indonesia milik masyarakat yang ditanam di atas tanah-tanah marjinal, sementara sisanya milik perkebunan perusahaan swasta, dan pemerintah.

“Jadi ini yang saya kira kita perlu membenahi kebon kopi Indonesia, karena perkebunan baik swasta ataupun pemerintah itu Hanya 4%, yang 96% itu ada di lahan-lahan marginal. Karena itu sulit kita meningkatkan produksi karena ongkosnya juga mahal,” ungkap Teten saat meresmikan pembukaan acara Gelar Produk UMKM dengan Tema “Festival Kopi dan Tahu Sumedang di Jakarta, Jumat (10/12/2021).

Saat ini jumlah produksi kopi Indonesia kini tertinggal dari Vietnam, padahal awalnya negara tersebut belajar dari Indonesia. Kemampuan suplai kopi Indonesia ke pasar dunia hanya 300 ribu ton per tahun atau sekitar 8% dari 8,2 juta ton konsumsi global. Sedangkan produksi nasional hanya 49%.

“Memang ada naik sedikit, tetapi hanya 1% kalau kita bandingkan dua tahun lalu. Kopi Indonesia itu hanya diuntungkan harganya bagus karena kita merupakan planet kopi, kita memiliki varietas kopi yang sangat kaya mulai dari Aceh sampai Papua. Itu tidak dimiliki oleh Brazil sebagai negara penghasil kopi terbesar di dunia, termasuk Kolombia, dan Vietnam,” katanya.

“Harga kopi di dunia rata-rata 5,9 USD, kita 9 USD, untungnya kopi kita enak jadi masih ada yang beli. Nah ini yang harus kita benahi dari mulai pembibitan yang unggul, infrastruktur yang perlu di kebon rakyat supaya ongkos produksinya bisa turun,” tandas MenKopUKM Teten Masduki.

Teten Masduki mengatakan pihaknya sedang menyiapkan model bisnis korporatisasi guna mengkonsolidasikan para petani. Dimana petani-petani perorangan skala kecil akan dihimpun dalam sebuah wadah koperasi. Tujuannya untuk mudah membangun suplai pangan ke market dalam, maupun luar negeri.

“Kita tidak bisa lagi membiarkan petani-petani itu dalam skala kecil, dalam lahan yang sempit perorangan. Tidak akan pernah kita membangun suplai pangan kita yang lebih stabil dan berkualitas,” terang Teten Masduki.

Dalam kesempatan yang sama Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir mengatakan kapasitas produksi kopi Sumedang mencapai 900 ton per tahun. Kopi yang diekspor sangat berkualitas sehingga mudah diterima di pasar Eropa. “Kopi kami terkenal di Eropa dan ini sangat baik. Berbagai event yang kami ikuti, kami juara,” ujar Dony Ahmad Munir.

Menurutnya kopi Sumedang sudah terkenal sejak tahun 1880 saat pertama kali meresmikan menara Eifel di Paris, Prancis. Saat itu, Kopi Java Preanger turut berpartisipasi dengan menampilkan tarian gamelan. “Kami juga berkolaborasi dengan Kedubes Prancis menggelar acara konser,” tutup Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir.(Jef)

MenKopUKM Lepas Ekspor Biji Kopi Hasil Koperasi Ke Arab Saudi


Subang:(Globalnews.id)-Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki kembali melepas ekspor ekspor kopi Java Preanger Arabica Speciality, produksi Koperasi Gunung Luhur Berkah ke Arab Saudi sebanyak 150 ton, dengan nilai ekspor sekitar 1 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 14.264.750.313.

Pelepasan ekspor pada hari ini merupakan pelepasan ekspor perdana mencapai 18 ton (satu kontainer) senilai 148.320 dolar AS atau setara dengan Rp. 2.076.480.000, yang selanjutnya akan dilakukan secara bertahap tiap bulan 1 kontainer.

“Ini menjadi bukti bahwa kualitas kopi Indonesia, khususnya yang memiliki Indikasi Geografis (IG) Java Preanger dari Jawa Barat, dapat memenuhi standar kualitas buyer di luar negeri,” tegas Teten dala acara Pelepasan Ekspor Komoditas Kopi Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah sekaligus Percepatan Koperasi Modern Yang Berorientasi Ekspor di Subang, Jawa Barat, Jumat (17/9).

Selain itu, MenKopUKM Teten menekankan, pelepasan ekspor ini juga menjadi contoh konkret bahwa, jika para petani kopi yang awalnya menanam secara sendiri-sendiri di lahan yang terbatas sempit, dapat dikonsolidasikan baik lahan maupun para petani tersebut ke dalam wadah koperasi, sehingga memiliki skala ekonomi dan dapat memenuhi permintaan buyer.

Menurutnya, pendekatan seperti ini yang dimaksudkan sebagai upaya strategis, dalam mengembangkan korporatisasi petani melalui koperasi. “Kita perlu dorong, koperasi berperan sebagai konsolidator sekaligus agregator, yaitu di samping konsolidasi petani dan lahan, koperasi juga menjadi offtaker pertama yang membeli hasil panen, mengolah dan menjalin kemitraan usaha dengan buyer,” imbuh Teten.

Sebagai koperasi eksportir, ia berharap ekspor kali ini menjadi momentum bagi gerakan Koperasi Indonesia lainnya, khususnya di provinsi Jawa Barat dan kabupaten Subang, untuk segera bangkit dan menangkap peluang-peluang pasar yang masih terbuka luas untuk produk-produk pangan Tanah Air.

Namun kendala ekspor koperasi terkait ketersediaan serta biaya kontainer yang tinggi, terlebih saat pandemi Covid-19, Teten bilang hal tersebut tetap menjadi perhatian pemerintah. Di mana dalam hal ini KemenKopUKM juga berkoordinasi dengan Kemendag, Bea Cukai dan pihak terkait lainnya.

“Ini sedang sama-sama kami teliti dan dipelajari bagaimana di negara lain juga mengalami kesulitan ekspor terkait kontainer. Apakah nanti akan ada insentif atau seperti apa,” jelas Teten.

Yang perlu diapresiasi dari ekspor kopi oleh Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah ini pun tetap bisa diatasi walau kesulitan kontainer bahkan harganya naik hingga tiga kali lipat. “Atas bantuan banyak pihak, bersyukur ekspor tetap berjalan. Ini yang harus kita bantu bersama-sama dengan berkolaborasi,” ucap MenKopUKM.

Ketua Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah Miftahudin Shaf berterima kasih kepada KemenKopUKM yang senantiasa hadir mendampingi dan membuka akses pembiayaan bagi koperasi binaannya.

“Kami juga di-support dari berbagai pihak termasuk Bank Indonesia (BI), bagaimana menjadi agregator kopi di Jabar, sehingga kami mendapat pasokan bahan baku yang diambil dari Garut,” katanya.

KemenKopUKM lanjut Miftahudin, juga terus membantu pendampingan dan menghubungkan dengan Agritera yang merupakan NGO internasional. “Kami juga difasilitasi berbagai sertifikasi untuk ekspor. Sehingga ke depan kami bukan hanya bisa mengekspor bahan mentah kopi saja, saja tetapi juga lahan, sehinhga membuat nilai tambah yang lebih besar. Setelah ini kami rencana prospek ekspor ke Belanda,” jelasnya.

Sementara dalam mengembangkan pasar di dalam negeri, Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah juga difasilitasi pameran oleh KemenKopUKM, agar tetap eksis di pasar lokal. Selain itu pihaknya juga melakukan digitalisasi koperasi untuk budidaya kopi oleh kementerian, sehingga kegiatan usahanya memang fokus perkebunan dari hulu ke hilir.(Jef)