Arsip Tag: Kebangkitan UMKM

Dukungan BUMN Genjot Pembukaan Lapangan Kerja Sektor UMKM

JAKARTA:(GLOBALNEWS.ID)- Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peranan besar dalam pembukaan lapangan kerja. Selain fokus pada aspek bisnis, BUMN juga memiliki kewajiban sebagai agen pembangunan.

“Contoh program BUMN yang membantu UMKM terlalu banyak (untuk disebutkan). Pada prinsipnya BUMN itu bisa mengisi atau melakukan langkah yang tidak umum yang biasanya dilakukan perusahaan yang _fully commercial_,” ujar Faisal di Jakarta, belum lama ini.

Faisal mengapresiasi komitmen BUMN dalam mendukung keberlangsungan dan kemajuan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Menurut Faisal, langkah ini amat tepat mengingat kontribusi sektor UMKM sangat besar dalam membuka lapangan kerja.

“Padahal kalau kita melihat serapan tenaga kerja, jelas UMKM jauh lebih banyak. Tetapi perkembangannya tidak maksimal karena mereka punya keterbatasan banyak hal dari dana, kapasitas, dan akses pasar,” ujar Faisal.

Langkah Menteri BUMN Erick Thohir yang mendorong BUMN membangun sinergisitas dengan UMKM menjadi hal yang tepat. Faisal mengatakan, kolaborasi BUMN dan UMKM menjadi salah satu kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, pasalnya BUMN dan UMKM merupakan kekuatan ekonomi utama yang dimiliki bangsa ini.

“Salah satu upaya yang jitu yang mendorong pengembangan UMKM bisa naik kelas ialah dengan kemitraan dengan BUMN. Apalagi kalau bisa bersinergi juga dengan yang lain, ini semakin luar biasa dampaknya,” ucap Faisal.

Dia menyebut kehadiran BUMN dapat memberikan jawaban atas sejumlah persoalan yang selama ini menghambat para pelaku UMKM, baik dari sisi permodalan, peningkatan kapasitas, pemasaran, dan akses pasar. BUMN, lanjut Faisal, juga dapat menjadi offtaker dalam menyerap produk-produk dari UMKM.

“Dukungan BUMN membuat sektor UMKM semakin berkembang. Dengan jumlah UMKM yang besar, maka ini akan berdampak positif dalam peningkatan pembukaan lapangan kerja,” pungkas Faisal.(Jef)

Kegigihan CV Krudut Pasarkan Produk Furniture Lokal ke Dunia

Solo:(Globalnews.id) – “Nana Karobi Ya Oki” adalah peribahasa Jepang yang bermakna “Jatuh tujuh kali bangkit delapan kali” nampak tepat menggambarkan kegigihan Rudolf Samsi dalam membesarkan CV Krudut. Sebuah pabrik furniture spesialis kursi kulit yang kini produknya telah diekspor ke berbagai belahan dunia.

Pria yang akrab disapa Rudolf tersebut, mulai tertarik dengan bidang furniture dan kulit sejak ia bekerja di tempat usaha kakaknya yang mengerjakan produk serupa.

Perlahan tapi pasti Rudolf mengambil banyak pelajaran dari sana, hingga akhirnya ia bertekad memproduksi dan menjual kursi kulit buatannya.

“Awal dapat pelanggan saya keliling Kota Solo dan Sukoharjo dengan sepeda motor saya. Ketika dapat orderan saya bonceng di sepeda motor saya, tanpa tukang saya kerjakan sendiri bahkan bisa lembur sampai pagi, karena saya selalu berusaha memuaskan pelanggan-pelanggan saya,” kata Rudolf saat ditemui di pabrik CV Krudut beberapa waktu lalu.

Cikal bakal CV Krudut juga dimulai dari ketekunan Rudolf menyuplai hasil produksinya ke pabrik-pabrik besar di Kota Solo sejak tahun 1998, dari sana Rudolf mengumpulkan pundi-pundi ilmu dan rupiah sebelum kemudian berhasil membuka pabriknya sendiri.

Bermula dari pekerjaan yang dikerjakan sendiri, kemudian dibantu dua hingga tiga orang temannya, hingga saat ini mampu membangun pabrik yang memiliki ratusan pegawai. Tak ayal hal tersebut membuat Rudolf bahagia karena mampu memberi lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.

“Ketika saya membuka pabrik, masyarakat di sekitar langsung banyak yang datang untuk melamar, saya langsung terima tanpa perlu ketrampilan tertentu, yang penting mereka niat kerja maka saya akan bimbing mereka, bahkan sekarang pegawai saya 90 persen adalah masyarakat sekitar Sukoharjo,” kata Rudolf.

Kisah manis itu rupanya tak berlangsung lama. Krisis moneter tahun 2008 menjadi ujian bagi Rudolf dalam menjalani bisnisnya. Ia terpaksa harus merelakan rumah tinggalnya untuk dijual, agar tetap bisa memproduksi furniture yang telah dipesan.

Alih-alih menyerah, Rudolf justru mengerahkan seluruh tekad yang ia miliki untuk melewati masa-masa sulitnya. Benar saja, hanya butuh waktu tiga bulan ia telah bisa mendapatkan rumah kesayangannya Kembali, sekaligus keberlanjutan produksinya.

Inovasi juga terus dilakukan oleh Rudolf, mulai dari variasi bahan dasar yang awalnya hanya kulit, berkembang menjadi rotan, plastik, dan enceng gondok. Hingga mengikuti berbagai pameran internasional yang bertujuan untuk perluasan pemasaran.

Terbukti, kini CV Krudut lebih fokus pada ekspor ke berbagai negara besar seperti Amerika, Mexico, Spanyol, Belanda, Italia, Australia, bahkan Israel.

“Mulai tahun 2017 saya mulai rutin mengikuti pameran internasional di Jakarta, dari sanalah saya mendapatkan beberapa pembeli dari luar negeri. Sejak itu kemudian saya rutin mengikuti pameran setiap tahun dan selalu mendapatkan pembeli baru lagi,” tutur Rudolf.

Ketika mendapatkan order dengan kapasitas yang besar dari pembeli luar, Rudolf mulai kebingungan dari sisi permodalan. Dari situlah ia mencoba mencari jalan alternatif hingga menemukan solusi melalui berbagai pendampingan dan pelatihan dari Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) khususnya dalam mengakses pembiayaan pada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).

“Saya juga berterima kasih kepada KemenKopUKM atas bantuannya dalam memberikan pelatihan dan memfasilitasi untuk akses pembiayaan ke LPEI hingga Rp8 miliar, yang kami manfaatkan untuk memperbesar kapasitas produksi, ekspor, menambah modal kerja, hingga membangun pabrik baru,” kata Rudolf.

Berkat kerja keras Rudolf dalam membesarkan CV Krudut, saat ini perusahaannya mampu meraih omzet USD 1,5 juta pertahunnya. Dengan omzet yang besar tersebut pula, Rudolf bahkan dengan bangga mengaku selalu taat pajak, yakni pembayaran pajak CV Krudut yang mencapai Rp44 juta tiap bulan, atau berjumlah sekitar Rp600 juta pertahunnya.

Rudolf berharap, CV Krudut dapat terus berkembang lebih besar, lebih variatif dalam menciptakan produk-produk unggulan, serta mendirikan pabrik-pabrik baru agar kapasitas produksi menjadi semakin besar sehingga mampu memenuhi permintaan konsumennya dengan baik.(Jef)

MenKopUKM: UMKM Bisa Maju Bila Bermitra dengan Usaha Besar dalam Rantai Pasok

Kudus:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menegaskan bahwa UMKM yang maju dan berkembang adalah UMKM yang mampu bermitra serta menjadi bagian dari rantai pasok industri atau usaha besar.

“Di Kudus, tercipta kemitraan seperti itu antara Djarum dengan UMKM yang ada di BUMDes-BUMDes. Ini bisa dijadikan semacam role model,” kata MenKopUKM Teten Masduki, pada acara dialog dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) binaan PT Djarum, di Kota Kudus, Jumat (4/11).

Di depan puluhan pelaku usaha dan pengurus BUMDes, Menteri Teten berharap BUMDes bisa menggali potensi yang dimiliki desanya masing-masing, baik itu dari SDM maupun sumber daya alamnya. “Dengan begitu, BUMDes bisa menjadi bagian dari rantai pasok industri,” ucap MenKopUKM.

Selain itu, MenKopUKM juga menekankan pentingnya untuk masuk ke skala ekonomi bagi para pelaku usaha yang tergabung dalam BUMDes. “Dalam hal ini, perlu yang namanya korporatisasi usaha, jangan jalan sendiri-sendiri. UMKM bisa dikonsolidasi usahanya ke dalam BUMDes atau koperasi,” kata Menteri Teten.

MenKopUKM mencontohkan model Korporatisasi Petani melalui koperasi yang berhasil dilaksanakan di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Di dalamnya, koperasi menggabungkan usaha-usaha kecil perorangan hingga masuk skala ekonomi.

“Petani-petani berlahan sempit, sekitar 0,5 hektare, tidak mungkin mampu menciptakan pertanian yang efisien dan menguntungkan,” kata Menteri Teten.

Contoh lain, di Lampung, koperasi membangun kebun pisang seluas 400 hektare dengan melibatkan sekitar 1000 petani. Bahkan, sudah ada offtaker-nya yang membuat pendapatan petani juga meningkat berkali lipat dibandingkan jika dikelola sendiri-sendiri.

“BUMDes juga bisa melakukan konsolidasi petani, peternak, perajin, hingga UMKM. Konsolidasikan produk mereka yang sejenis ke dalam satu brand atau merek saja. Tujuannya, agar diantara pelaku usaha kecil tidak saling bersaing satu sama lain,” kata MenKopUKM.

Terkait aspek legalitas, Menteri Teten mendorong pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) harus berbadan hukum (formal), jangan lagi informal. “Kemudahan berusaha akan terus kita permudah. Saat ini, cukup dengan Nomor Induk Berusaha (NIB), maka sudah bisa mengakses sertifikasi halal, izin edar dari BPOM, hingga akses ke pembiayaan,” ucap MenKopUKM.

Lebih dari itu, Menteri Teten juga mengajak BUMDes untuk masuk ke teknologi digital, baik dari sisi pemasaran maupun tata kelola usaha, termasuk laporan keuangan.

“Tata kelola juga harus digital agar bisa meraih credit scoring untuk mengakses kredit perbankan. Dengan digital, tergambar jelas track record usaha yang dijalankan. Model bisnis UMKM seperti ini yang harus terus diperbaiki,” ucap MenKopUKM.

Dalam kesempatan yang sama, Deputy General Manager PT Djarum Achmad Budiharto menjelaskan, ada sekitar 60-an BUMDes dari 123 desa yang ada di wilayah Kudus. Sebanyak 44 BUMDes diantaranya sudah memiliki legalitas atau berbadan hukum,” kata Budiharto.

Namun, Budiharto mengakui masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi para BUMDes tersebut. Diantaranya, terkait tata kelola organisasi, penyusunan business plan, hingga pemahaman tentang aspek legalitas termasuk pemahaman terhadap sebuah regulasi.

“Kita akan terus membenahi itu, karena peran BUMDes amat besar dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat pedesaan,” ujar Budiharto.

Untuk itu, kata Budiharto, pihaknya bersama Desa Lestari akan terus melakukan pendampingan. “Targetnya, pada 2024, seluruh desa yang ada sudah memiliki BUMDes dan berbadan hukum. Dengan berbadan hukum akan memiliki banyak akses untuk pengembangan usaha, termasuk akses ke pembiayaan,” kata Budiharto.(Jef)

MenkopUKM : Presiden Beri Perhatian Besar untuk UMKM

Manado:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki di hadapan peserta Rapat Paripurna DPRD Sulut menegaskan keberpihakan yang besar dari Pemerintah pada UMKM akan terus diberikan dalam bentuk beragam
kebijakan yang memajukan koperasi dan UMKM di Indonesia.

MenKopUKM Teten Masduki dalam Rapat Paripurna DPRD Sulawesi Utara Sekaligus Memperingati HUT ke-58 Provinsi Sulawesi Utara di Gedung DPRD Sulut, Manado, Jumat (23/9), mengatakan salah satu langkah konkret keberpihakan pada KUMKM yakni perintah khusus Presiden Jokowi yang menugaskan sejumlah menteri yakni MenKopUKM bersama Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno untuk menyiapkan 1 juta wirausaha mapan baru di 2024.

“Ini akan berimbas pada persentase kewirausahaan kita yang saat ini baru 3,47 persen. Sementara untuk menjadi negara maju kita perlu wirausaha minimum 4 persen. Tugas untuk mencetak 1 juta wirausaha mapan baru ini juga supaya di 2024 mencapai 3,95 persen, semoga dapat mencapai 4 persen. Kita perlu siapkan ini,” katanya.

Teten juga berharap agar Provinsi Sulawesi Utara menjadi “role model” pengembangan potensi UMKM kelautan dan perikanan di Indonesia yang berkelanjutan dan mendunia.

Pagi tadi, saya baru menyerahkan sekaligus menyaksikan tahap awal pembangunan rumah produksi bersama di Minahasa Selatan Sulawesi Utara. Kami ingin dengan adanya Rumah Produksi Bersama, petani-petaninya semakin sejahtera, produk olahan kelapanya juga semakin diterima pasar bahkan mendunia.

UMKM dan koperasi di Sulawesi Utara dapat fokus memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki seperti perikanan, kelapa, dan pariwisata baharinya. Inilah kekuataan ekonomi Sulawesi Utara yang harus dikelola dengan baik dan berkelanjutan.

Lebih lanjut, Menteri Teten menambahkan keberpihakan Presiden Jokowi terhadap koperasi dan UMKM juga terfokus pada sisi pembiayaan. Saat ini perbankan ditugaskan untuk memberikan porsi kredit minimal 30 persen dari total kredit mereka untuk UMKM.

Demi mewujudkan hal ini, program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dikatakannya akan terus ditambahkan tiap tahunnya agar pertumbuhan kredit untuk UMKM bisa terus meningkat.

“Presiden juga menugaskan agar 40 persen belanja pemerintah untuk produk koperasi dan UMKM. Kalau ini dibelanjakan akan menciptakan 2 juta lapangan kerja atau pertumbuhan ekonomi 1,85 persen tanpa investasi baru. Bahkan Presiden menyampaikan kalau perlu 100 persen belanja pusat dan daerah untuk belanja UMKM,” kata Menteri Teten.

Terbaru, KemenKopUKM juga telah bersinergi dengan Kementerian BUMN untuk menghadirkan program Solar untuk Koperasi (Solusi) Nelayan. Program ini dikatakan merupakan arahan Presiden Jokowi untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM terhadap keberlangsungan usaha nelayan.

“Program ini dilakukan supaya nelayan mudah mengakses BBM. Karena 60 persen biaya nelayan hanya untuk membeli BBM. Kita harapkan di tiap desa nelayan ada Pertashop yang dapat mengakses BBM dengan harga yang sesuai di SPBU. Ada 11 ribu desa nelayan tapi SPBU hanya 388. Maka mereka membeli eceran. Solar di nelayan itu kisaran Rp6 ribu sampai Rp10 ribu. Jadi harga solar sekarang masih murah bagi mereka,” katanya.

Dalam mengembangkan koperasi dan UMKM di Sulawesi Utara, Menteri Teten meminta pemimpin daerah untuk dapat mengembangkan potensi unggulan di Sulawesi Utara.

“UMKM dan koperasi di Sulawesi Utara dapat fokus memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki seperti perikanan, kelapa, dan pariwisata baharinya. Inilah kekuataan ekonomi Sulawesi Utara yang harus dikelola dengan baik dan berkelanjutan,” ujar Menteri Teten.

Di tempat yang sama, Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey mengatakan kerja sama perlu dilakukan dalam rangka pemulihan ekonomi baik secara nasional maupun daerah.

Sementara itu, Ketua DPRD Sulawesi Utara Fransiscus Andi Silangen menambahkan pada kuartal II 2022, Provinsi Sulawesi Utara mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,93 persen. Angka tersebut dikatakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal II 2022 yang mencapai 5,44 persen.
“Kami berharap semoga Sulawesi Utara akan terus berkembang,” kata Fransiscus.(Jef)

MenKopUKM: UMKM Mampu Suplai Alkes Berkualitas Substitusi Impor

Solo:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki meyakini UMKM mampu menyuplai kebutuhan alat kesehatan (alkes) dalam negeri sekaligus memproduksi alkes yang bisa menyubstitusi produk impor.

MenKopUKM Teten Masduki mengatakan hingga saat ini produk di sektor kesehatan masih banyak yang merupakan barang impor. Tapi di satu sisi, dari waktu ke waktu produk lokal kesehatan semakin baik dan tak kalah bagusnya dengan produk impor.

“Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bersinergi dengan berbagai pihak mengembangkan produk UMKM untuk diperbaiki agar menjadi rantai pasok industri nasional,” kata Menteri Teten dalam acara Fasilitasi Pengembangan Alkes Produksi UMKM di Solo, Jawa Tengah, Jumat (19/8).

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Teten hadir bersama Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin beserta Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Lucia Rizka Andalusia, Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen, dan Kepala Dinas Koperasi UKM Provinsi Jawa Tengah Ema Rachmawati.

MenKopUKM mengatakan, jika UMKM bisa terintegrasi, maka akan semakin memperluas akses pembiayaan UMKM ke sektor keuangan.

Ia pun mengajak setiap orang untuk menyamakan persepsi antara kebutuhan dan rantai pasok. “Kita mulai dengan mendapatkan informasi, sehingga UMKM bisa diarahkan untuk memproduksi alkes dengan teknologi sederhana. Sayang sekali jika jarum suntik saja kita harus impor,” ucap Menteri Teten.

Pengadaan belanja Pemerintah di dalam negeri menurut Menteri Teten sudah sangat baik. Beberapa alkes yang sudah masuk pengadaan barang di Kemenkes dan mampu diproduksi usaha mikro seperti kassa, kapas, masker, maupun sarung tangan yang sebagian besar merupakan produk yang sekali pakai akan habis.

“Kita juga harus mengembangkan riset yang bisa digunakan untuk pengembangan produk alat kesehatan. Kami akan berkolaborasi dengan Kemendikbud misalnya melalui _macthing fund_ yang membiayai Research and Development (RnD) riset join di kampus dan produknya dibuat UMKM,” katanya.

MenKopUKM turut memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Kemenkes, yang sudah menyelenggarakan kegiatan fasilitasi pengembangan alat kesehatan produk UMKM. “Saya kira kegiatan ini akan semakin mendorong aksi kolaboratif dan sinergi lintas sektor. Terutama dalam menyukseskan arahan Presiden untuk meningkatkan penyerapan produk dalam negeri dan mengurangi produk impor,” ucap Teten.

Pemerintah sudah menetapkan di Undang-Undang Cipta Kerja (Ciptaker) di mana belanja pemerintah 40 persen harus menyerap produk UMKM dan koperasi yang mencapai sekitar Rp400 triliun. Jika angka itu dibelanjakan, maka Badan Pusat Statistik (BPS) sudah menghitung akan terjadi penambahan lapangan kerja sekitar 2 juta orang atau pertumbuhan ekonomi 1,85 persen.

“Untuk saat ini di tengah ekonomi global yang sedang melemah menjadi sangat penting, karena kita butuh lapangan kerja untuk memperkuat daya beli masyarakat dan kita juga perlu menciptakan lapangan kerja. Perlu didorong investasi untuk menambah laju pertumbuhan ekonomi yang terus positif,” katanya.

Sementara, Menkes Budi Gunadi Sadikin menyebut sekitar 50-60 persen alkes dan obat-obatan berasal dari produk impor. “Apa-apa yang bisa diproduksi dalam negeri kalau bisa kita buat sendiri dari dalam negeri. Nah kalau yang susah kita suruh mereka datang ke Indonesia buka pabrik dan tranfer teknologi serta pengetahuan,” ucap Budi.

Ia juga merinci, dari besar potensi penciptaan alkes oleh UMKM, jika sekitar 20 persennya saja dibuat UMKM kata Menkes, akan sangat membantu ekonomi dalam negeri. Menurut Budi, Kemenkes melakukan program afirmasi. Jadi pengadaan barang lewat SIRUP, maupun di e-katalog bisa dilihat secara online barang apa saja yang dibutuhkan dan masuk di Kemenkes.

“Tapi kalau UMKM yang sudah masuk ke pengadaan, sistemnya kita lock. Jadi tak bisa lagi pengadaan lewat impor. Saat ini yang sudah 100 persen produk dalam negeri dari Kemenkes itu tempat tidur rumah sakit, ke depan kami proyeksikan timbangan badan di posyandu itu produknya dalam negeri semua,” kata Budi.

Ia juga menjanjikan agar semua perizinan terkait produk alkes UMKM dipermudah seluruh prosesnya. “Mengurus izin paling kurang dari Rp5 juta, kalau yang lebih mahal pasti lewat calo. Ke depan kami juga akan lebih banyak melakukan pembinaan,” katanya.

*Produk Alkes Solo*

Salah satu lembaga yang sukses menyuplai kebutuhan alkes dalam negeri yakni UMKM asal Solo, Politeknik ATMI (Akademi Teknik Mesin Industri) Surakarta.

Dalam kunjungannya ke ATMI, MenKopUKM Teten mengapresiasi produk-produk yang dihasilkan ATMI yang disebutnya memiliki kualitas yang tak kalah jauh dari produk alkes impor, mulai dari timbangan badan, tempat tidur rumah sakit, alat pemeriksa denyut, dan sebagainya.

“ATMI sebagai institusi pendidikan yang fokus pada pendidikan vokasi di bidang manufaktur, memiliki potensi yang besar untuk memenuhi kebutuhan mesin bagi industri. Kami berharap, agar ATMI dapat berkolaborasi dengan pelaku UMKM dalam pemenuhan produk industri,” ucap Menteri Teten.

MenKopUKM menegaskan, saat ini KemenKopUKM sedang membangun rumah produksi bersama atau _sharing factory_. “UMKM agak berat untuk bisa punya mesin produksi sendiri-sendiri, sehingga harus bergabung. Saya harap ATMI bisa kita duduk bersama-sama untuk mengembangkan skema usaha mikro lainnya,” ucap Teten.(Jef)

Lokal Hero dari Tasik : Bersama BNI, Abah Eje Bangun Desa Lewat Kerajinan Mendong

Tasikmalaya:(Globalnews.id) – Kerajinan tikar mendong sudah melekat dengan Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Namun di tangan Zainal Muttaqin, pemilik CV Mendong Jaya, kerajinan Mendong bahkan sudah mendunia sampai ke Eropa, Amerika Serikat dan negara-negara di Asia Timur, yakni Jepang dan Korea Selatan.

Berkat kreatifitas dan ketekunan pria yang kerap disapa Abah Eje itulah, sejak tahun 1995 hingga kini produk kerajinan mendong berkualitas tinggi seperti dekorasi rumah, perhotelan, stationary, dan aksesoris hotel eksis di pasar global.

Bagi masyarakat sekitar Kampung Pagergunung, Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu, Kota Tasikmalaya, yang menjadi lokasi workshop Abah Eje, tanaman mendong yang biasa tumbuh liar di persawahan itu kini menjadi sumber penghidupan.

Bagaimana tidak, workshop Abah Eje sedikitnya membutuhkan satu ton tanaman mendong per bulan, dimana seluruh posokannya dicukupi oleh para petani setempat.

Sebuah berkah tersendiri bagi masyarakat Kampung Pagergunung.
Tanaman mendong yang diproduksi Abah Eje bukan saja diperuntukan bagi pengembangan lahan pertanian tetapi juga bermanfaat besar terhadap peningkatan ekonomi dan kesejahteraan warga Desa Pagergunung.

Karena di workshopnya, sejak awal berdiri hingga kini dirinya konsisten memberdayakan masyarakat sekitar untuk produksi berbagai macam produk kerajinan berbahan mendong seperti pewarnaan, perakitan, hingga pengemasan produk siap ekspor.

Selain di workshop, Abah Eje juga melibatkan masyarakat sekitar untuk mengerjakan pesanan kerajinan mendong di rumah masing-masing. Bahkan, pihak CV Mendong Jaya tidak segan memberikan bantuan alat tenun tradisional kepada masyarakat untuk menghasilkan produk kerajinan mendong bernilai seni tinggi.

“Saat ini kami sudah memberikan 100 alat tenun kepada warga desa yang bermitra dengan CV. Mendong Jaya. Kalau sedang banyak pesanan, kami bisa memperkerjakan lebih dari 400 warga sekitar kampung. Mereka mengambil bahan baku dari gudang dan mengerjakannya di rumah masing-masing,” ujar Abah Eje.

Ciri khas produk kerajinan Mendong Abah Eje adalah pada desain yang berbeda dan lebih menarik. Sebut saja, mirror atau cermin yang justru terlihat lebih estetik ketika dibalut dengan ayaman mendong. Hingga kini, CV. Mendong Jaya telah sukses memproduksi lebih dari 100 jenis produk kerajinan. Antara lain handicrafts furnishing & hospitality, sandal, placemat, tray, tissue box, decotarive box, dust bin, dan produk furnitur.

Menurut dia, produk kerajinan mendong seperti tas belanja sangat diminati di luar negeri. Karena, masyarakat sudah terbiasa menggunakan produk yang “sustainability” atau berkelanjutan. “Produk tas belanja dari mendong itu seperti tas plastik, mereka terbiasa menggunakannya. Lantaran itu, permintaan akan produk kerajinan mendong dipastikan tetap ada,” jelasnya.

Eje menuturkan, untuk pasar lokal produk kerajinan mendong buatannya banyak dipesan hotel berbintang di Indonesia khususnya di wilayah Bali. Hingga kini ada 10 hotel berbintang yang dia pasok kebutuhan produk hospitality di sana.

“Produk kerajinan mendong dalam bentuk sandal adalah yang paling banyak dipesan. Selain itu ada juga pesanan untuk kebutuhan dekoratif hotel-hotel mewah. Bahkan ada produk kami yang dipesan hotel-hotel berbitang di lokasi wisata, Maladewa,” jelasnya.

Abah Eje mengaku, belum lama ini pihaknya melakukan ekpor produk kerajinan mendong ke Korea Selatan. Produk yang diekspor diantaranya adalah sendal hotel. “Bulan lalu kami baru saja mengirikan pesana barang untuk di ekport ke Korea Selatan. Kemarin itu hanya satu kontainer,” akunya.

Dukungan Perbankan

Hampir semua sektor ekonomi merasakan dampak Pandemi Covid-19, tidak terkecuali kerajinan mendong Abah Eje. Tidak heran, bila di masa pandemi banyak pesanan dari berbagai negara seperti Eropa, Amerika, Jepang dan Korea yang dibatalkan. Penyebabnya terhambatnya sektor logistik, karena orang harus tidak bekerja dan harus berada dirumah. Disaat sulit inilah, bantuan perbankan datang.

Abah Eje bercerita, dirinya mulai memperoleh fasilitas pinjaman di BNI sejak Agustus tahun 2020. Fasilitas yang diberikan berupa KMK KUR maksimum Rp.500.000.000,- untuk usaha industri dan perdagangan barang anyaman dan kerajinan tangan.

“Alhamdulilah setelah dapat bantuan KUR dari BNI, usaha saya bisa bergerak lebih bagus, karena ada tambahan dana dan prosesnya sangat gampang dan cepat, bunganya juga sangat ringan,” ujarnya.

Eje merupakan satu dari banyak UMKM yang terus berkolaborasi dengan BNI untuk naik kelas. Naik kelas dalam kaitan ini adalah mampu Go Global.

Pada berbagai kesempatan, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyampaikan, Perseroan saat ini fokus pada penciptaan ekosistem yang produktif dalam mengembangkan segmen UMKM.

Debitur UMKM ini digabungkan dengan satu ekosistem yang berhubungan dengan pelaku usaha sejenis sehingga dapat saling mendukung pertumbuhan kinerja masing-masing.
Melalui optimalisasi jaringan Kantor Cabang Luar Negeri (KCLN), BNI terus menggenjot penetrasi pasar UMKM di pasar internasional.
Seperti diketahui, KCLN BNI terletak di 6 (enam) kota pusat perekonomian global yaitu Singapura, Hong Kong, Tokyo, London, New York, dan Seoul serta yang terbaru Amsterdam.

“BNI KCLN berperan penting dalam memberikan layanan advisory terkait market insight dan regulasi lokal seperti custom & tax, menyediakan fasilitas ruang promosi, serta menyediakan skema pembiayaan khusus kepada para pelaku usaha Indonesia mulai dari skala korporasi, menengah, dan kecil agar mampu menembus pasar global,” katanya.

Keberpihakan BNI terhadap UMKM tersebut mendapat apresiasi Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki pada 24 Juni 2022 lalu ketika BNI mendapatkan Penghargaan Program Pemberdayaan UMKM dari Merdeka Award 2022. “Saya tahu BNI mempunyai komitmen untuk memberikan pembiayaan-pembiayaan di sektor produktif. Langkah BNI harus diikuti oleh perbankan lain,” ungkap Teten.

Atas apresiasi tersebut, Direktur Bisnis UMKM BNI Muhammad Iqbal menyampaikan, pemberdayaan UMKM merupakan sebuah perjalanan yang berisi berbagai upaya terus-menerus dan berkelanjutan.

Dengan mandat sebagai bank global asal Indonesia, BNI melakukan program pengembangan segmen UMKM untuk menembus pasar ekspor. Artinya, peningkatan kapasitas dan kapabilitas pelaku UMKM yang dilakukan BNI diharapkan dapat terus mencetak juara-juara UMKM yang memiliki kemampuan bersaing di pasar global.

BNI menjalankan berbagai program lainnya bersama lembaga dan kementerian terkait, di mana hal tersebut merupakan bagian dari payung program BNI Xpora yang menggabungkan ekosistem ekspor dan diaspora.

“Kami berharap lebih banyak pelaku UMKM menjalankan bisnis ekspor secara efektif, sekaligus mampu melakukan perbaikan dalam segi manajemen, produksi, promosi dan pemasaran. Semoga langkah ini dapat meningkatkan kontribusi ekspor pelaku UMKM dari saat ini di kisaran 14% menjadi 17% pada 2024 mendatang,” sebutnya. (Jef)

MenKopUKM Ajak Harley Davidson Club Indonesia Kontribusi Dongkrak Ekonomi UMKM

Bukittinggi – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengajak komunitas salah satunya Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) untuk turut serta berkontribusi mendongkrak perekonomian khususnya sektor UMKM sebagai tulang punggung kebangkitan ekonomi pascapandemi.

MenKopUKM Teten Masduki saat memberikan sambutan Sumatera Bike Week HDCI 2022 di Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar), Jumat (1/7) malam, menekankan pentingnya komunitas termasuk HDCI untuk bersama-sama mendukung pertumbuhan UMKM, terutama pascapandemi dalam upaya pemulihan ekonomi nasional saat ini.

Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) menjadi salah satu komunitas atau club yang diajak MenKopUKM untuk berkontribusi dan mendukung pertumbuhan UMKM. Hal itu bisa dilakukan melalui penyelenggaraan event Sumatra Bike Week HDCI 2022 di Bukittinggi pada 30 Juni-3 Juli 2022. Tercatat sehari pertama penyelenggaraan acara tersebut mencatatkan transaksi yang beredar di Bukittinggi mencapai Rp34 miliar.

“Event HDCI ini mampu mendongkrak ekonomi daerah Bukittinggi. Mulai dari kulinernya hingga sektor pariwisata maupun hospitality yang melibatkan UMKM di Bukittinggi hingga masyarakat merasakan manfaatnya secara langsung,” ucap Menteri Teten

Dalam acara tersebut juga hadir Ketum HDCI periode 2016-2021 Nanan Soekarna, Ketua Umum HDCI Irjen Pol Teddy Minahasa, Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah, Walikota Bukittinggi Erwan Safar, dan ribuan anggota HDCI.

Menurutnya, penting untuk menggandeng semua pihak dalam meningkatkan pendapatan UMKM. “Saya senang, HDCI punya komitmen menjadi sahabat UMKM. Saya ingin terus menggaet komunitas seperti HDCI untuk menggerakkan ekonomi UMKM, karena daya belinya tinggi. Tak cuma hotel yang diborong, kuliner oleh-olehnya juga pasti akan dicari,” kata MenKopUKM.

Ia mengatakan, HDCI memiliki lebih dari 3.000 anggota yang masing-masing memiliki motor Harley Davidson. Hal ini menurut Menteri Teten, potensial membuka peluang bagi UMKM di sektor otomotif. Mulai dari onderdil custom motor, merchandise, hingga produk apparel terkait HDCI.

“UMKM ini sedang tumbuh, terutama UMKM di industri motor custom bahkan sudah ada yang diekspor ke luar negeri. Kami ingin menjadikan UMKM otomotif ini masuk rantai pasok dalam mendorong UMKM ke basis inovasi untuk industri otomotif. Sehingga ini menjadi momentum yang tepat dengan menggandeng HDCI untuk mengembangkan sektor UMKM otomotif,” kata Menteri Teten.

Ia berharap, kerja sama dengan komunitas HDCI melalui penyelenggaraan event besar, bisa mempercepat ekonomi dan UMKM naik kelas. Mengingat saat ini ekonomi Indonesia pascapandemi mulai membaik dengan pertumbuhan ekonomi mulai kembali ke kisaran 5 persen. Namun di saat yang bersamaan, juga mengalami inflasi yang tinggi mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang masih rendah karena melambungnya harga pangan dan energi yang terjadi di dunia.

Di kesempatan yang sama, Kapolda Sumatra Barat sekaligus Ketua HDCI Irjen Pol Teddy Minahasa mengatakan, klub motor yang berdiri sejak tahun 1990 ini sukses mendatangkan 4.000 bikers dari dalam dan luar negeri untuk berkumpul di Bukittinggi.

“Saya turut gembira kehadiran kami mampu mendorong kegiatan ekonomi. Namun ini bukan kali pertama yang kami lakukan. Sebelumnya pada akhir 2021, HDCI telah mempelopori kegiatan Indo Rally yang dipusatkan di Bali. Ada sekitar 1.500 biker dan keluarga hadir yang hadir di sana. HDCI mempelopori bangkitnya pariwisata dan perekonomian nasional. _We will never ride alone_,” ucapnya.

Sementara, Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah menegaskan, Sumbar memiliki potensi mulai dari keragaman kearifan lokal, kuliner yang luar biasa, serta destinasi pariwisata yang indah. Potensi ini katanya, akan terus diperkenalkan dengan melibatkan peran masyarakat, kelompok masyarakat, komunitas, maupun klub-klub di kalangan masyarakat.

Di Sumbar kata Mahyeldi, ada sekitar 600 ribu UMKM. Jika 1 UMKM itu terdiri dari 1 keluarga maka akan ada 3 juta masyarakat yang bergerak di kalangan UMKM. “Tahun 2023 kami menargetkan kunjungan Sumbar Visit Beautiful West Sumatera 2023. Kami berupaya mempersiapkan masyarakat untuk menerima tamu yang hadir dan berkunjung ke Sumbar. Kami berkomitmen membangkitkan ekonomi, serta pariwisata dan ekonomi kreatif di Sumbar,” ucapnya.

Walikota Bukittinggi Erwan Safar menambahkan, kekuatan HDCI telah menambah nilai tambah terutama bagi sektor pariwisata di Bukittinggi.

“Setidaknya sebanyak Rp34 miliar transaksi yang beredar dari penyelenggaraan HDCI ini. Kami berharap sektor pariwisata ini bisa bangkit pascapandemi, salah satunya dengan diadakan event HDCI. Acara terbesar pertama yang diselenggarakan pascapandemi COVID-19 di Bukittinggi,” katanya.(Jef)

MenKopUKM: Bazaar Blitar Djadoel 2022 Jadi Momentum Percepat Kebangkitan UMKM

Blitar:(Globalnews.id) – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM), Teten Masduki, menyatakan event – event di berbagai daerah seperti Bazaar Blitar Djadoel 2022 yang digelar oleh Pemerintah Kota Blitar, Jawa Timur, menjadi momentum efektif untuk mempercepat kebangkitan UMKM.

Meski begitu MenKopUKM tetap mengingatkan agar pelaksanaan agenda atau event kesenian, budaya ataupun religi yang bersifat massal tetap memperhatikan protokol kesehatan. Dijelaskan MenKopUKM bahwa dengan semakin banyaknya event yang diselenggarakan, dipastikan geliat ekonomi sekitar akan bergerak lebih masif.

“Semakin banyak event yang bisa mendatangkan orang banyak, baik lokal ataupun turis asing akan menggerakkan ekonomi khususnya UMKM. Saya lihat beberapa kota yang punya event ratusan itu UMKMnya bisa tumbuh besar,” kata MenKopUKM Teten Masduki saat membuka acara Bazaar Blitar Djadoel di Alun-Alun Kota Blitar, Jawa Timur, Jumat (17/6/2022).

Bazaar Blitar Djadoel 2022 ini merupakan rangkaian dari peringatan Bulan Bung Karno (Ir Soekarno) yang digelar pada 17 – 27 Juni 2022. Di dalam Bazaar tersebut ditampilkan berbagai atraksi kesenian dan budaya daerah. Selain itu ditampilkan barang-barang lawas dan antik serta berbagai stand bagi UMKM dan pedagang kaki lima.

MenKopUKM meminta agar pelaksanaan Bazaar Blitar Djadoel ini tidak hanya untuk mengenang sejarah, kuliner, dan fesyen zaman dulu. Namun dia berharap agar event tersebut dapat menjadi momentum bersama untuk kebangkitan UMKM kota Blitar dan sekitarnya.

“Kita harus bangkit dengan kekuatan kita sendiri, kita ingin bangkitkan ekonomi kita tanpa harus meninggalkan budaya asli kita,” kata Menteri Teten.

MenKopUKM menegaskan bahwa UMKM saat ini benar-benar menjadi perhatian pemerintah karena di saat krisis UMKM selalu menjadi penyelamat ekonomi nasional. Oleh sebab itu pemerintah bertekad agar stimulus bagi UMKM terus ditingkatkan.

Sebagai contoh anggaran bagi agunan untuk program Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi UMKM saat ini ditingkatkan menjadi Rp373,17 triliun dengan tingkat bunga yang dipangkas menjadi 3 persen karena ada subsidi dari pemerintah sebesar 3 persen. Kemudian dukungan kemudahan perizinan bagi UMKM sehingga legalitas usahanya diakui.

Untuk mendorong daya saing UMKM itu, kata MenKopUKM, perlu kerja sama dari semua pihak baik pemerintah pusat, daerah ataupun swasta.

“Kita bukan hanya ingin menyiapkan UMKM bangkit tapi juga harus menyiapkan masa depan UMKM yang lebih berdaya saing dan produktif. Maka dukungan kebijakan pusat dan daerah untuk memperkuat daya saing UMKM perlu dikolaborasikan termasuk dengan pihak swasta,” kata Teten.

Di tempat yang sama Wakil Walikota Blitar, Tjutjuk Sunario mengatakan Bazaar Blitar Djadoel digelar dengan melibatkan berbagai kalangan mulai dari pekerja seni budaya hingga ratusan UMKM yang ada di wilayah kota Blitar. Pihaknya ingin agar event tersebut benar-benar mampu mendorong kebangkitan UMKM dan ekonomi masyarakat sekitar yang sempat terpuruk akibat adanya pandemi.

“Bazaar ini diselenggarakan untuk menambahkan semangat ekonomi kreatif dan pemulihan ekonomi pascapandemi. Event ini akan menjadi pengungkit UMKM, pengungkit ekonomi apalagi UMKM jadi tulang punggung ekonomi nasional,” ujar Tjutjuk.

Tjutjuk mengingatkan pentingnya menjaga tradisi dan budaya lokal di tengah disrupsi teknologi informasi yang berkembang begitu pesat seperti saat ini. Selain itu kebangkitan ekonomi juga menjadi agenda yang juga perlu diakselerasi lantaran selama pandemi yang berlangsung lebih dari dua tahun tersebut benar-benar membuat pelaku usaha khususnya UMKM terpuruk.

“Kita harap masyarakat di kota Blitar di tengah kemajuan teknologi tetap mewarisi budaya yang adi luhung ini. Melalui acara ini mari kita rawat warisan budaya kita karena bangsa yang besar adalah yang menghargai budaya bangsa,” katanya.

*Sejuta Wirausaha*

Pada kesempatan yang sama MenKopUKM Teten Masduki kembali menegaskan bahwa dirinya ditugaskan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mendorong lahirnya 1 juta wirausaha baru hingga 2024. Target ini ditetapkan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar keempat di dunia.

Dijelaskan bahwa saat ini rasio kewirausahaan nasional Indonesia baru sebesar 3,18 persen dari total penduduk. Sementara untuk menjadi ekonomi terbesar di dunia, rasio minimal kewirausahaan sebesar 4 persen. Jumlah rasio kewirausahaan Indonesia saat ini masih kalah dibandingkan Singapura sebesar 8,76 persen, Malaysia 4,74 persen dan Thailand 4,26 persen.

“Kita masih kurang untuk jadi negara maju sebab minimum rasio kewirausahaan itu 4 persen dan sekarang baru 3,18 persen. Kita ditugaskan tambah 1 juta pengusaha baru,” kata MenKopUKM.

Untuk mencapai target itu, pihaknya telah menyiapkan berbagai strategi seperti pelatihan hingga pendampingan pelaku usaha pemula berkelanjutan. Selain itu juga stimulus fiskal dengan pendekatan inkubasi bisnis. Dukungan akses pembiayaan yang murah juga sudah disiapkan hingga jaminan kemudahan perizinan.

“Kalau untuk mencetak satu juta wirausaha baru memang perlu pendekatan khusus yaitu dengan pendekatan inkubasi dengan pembiayaan dan market yang terintegrasi. Hal ini perlu seleksi mana yang kita dorong baik kelas,” kata Teten.(Jef)

MenKopUKM Tegaskan UMKM Sebagai Dinamisator Pemulihan Ekonomi

Jakarta:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengubah pola pikir terhadap para pelaku UMKM yang selama ini dianggap hanya sebagai bumper dalam perekonomian nasional sebab sebenarnya UMKM telah berperan sebagai dinamisator pemulihan ekonomi.

Dalam kegiatan Komunikasi Sosial (KOMSOS) TNI Tingkat Pusat TA 2022 di Markas Besar TNI Angkatan Darat, Jakarta, MenKopUKM Teten Masduki menegaskan bahwa UMKM bukan sebatas bumper, melainkan pahlawan perekonomian di setiap krisis yang melanda.

“Ada asumsi pada awal pandemi bahwa separuh UMKM gulung tikar, namun berhasil kita selamatkan. UMKM justru menjadi dinamisator dalam pemulihan ekonomi,” kata MenKopUKM Teten Masduki di Jakarta, Selasa (31/5).

Turut hadir dalam acara tersebut, Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat Letnan Jenderal TNI Agus Subiyanto, Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UKM Siti Azizah, Ketua Umum Panca Marga Berto Izaak Doko, Ketua Umum Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan, dan Putra Putri TNI-POLRI (FKPPI) Pontjo Sutowo, serta Ketua Umum Generasi Muda FKPPI Dwi Rianta Soebakti.

Menteri Teten mengatakan, para pelaku UMKM punya keberanian yang tinggi untuk menghadapi krisis. Kalau usaha besar menahan investasi dan menunggu situasi ekonomi membaik, UMKM justru tetap bertahan di tengah krisis dan tampil menjadi pahlawan ekonomi.

Dalam hal krisis pandemi COVID-19, Menteri Teten menyebut UMKM berhasil melakukan transformasi yang luar biasa, utamanya terkait keikutsertaan mereka dalam ekosistem digital. Tercatat sejak awal pandemi, jumlah UMKM yang memanfaatkan e-commerce meningkat lebih dari 100%.

“Begitu ada pandemi, jumlah UMKM yang go online, masuk ke ekosistem digital naik pesat dari 8 juta pelaku usaha menjadi tak kurang dari 19 juta UMKM,” kata MenKopUKM Teten.

Selain itu, pandemi juga berdampak pada semakin beragamnya produk yang diciptakan oleh UMKM, seperti di sektor kuliner yang marak bermunculan frozen food. Selain itu, mulai bermunculan juga produk-produk health care, dan sebagainya.

Perubahan pola pikir terhadap UMKM pun ia anggap penting mengingat hingga kini, usaha cilik masih mendominasi postur perekonomian dengan persentase 99,9%. Dari angka tersebut, segmen usaha mikro menjadi penguasa dengan jumlah 99% dan mampu menyerap tak kurang dari 97% lapangan pekerjaan.

Padahal di sisi lain, UMKM di Indonesia masih cenderung rendah dalam hal mengakses kredit perbankan. Catatan MenkopUKM menunjukkan porsi kredit perbankan untuk UMKM masih di angka 19,8%.

“Bisa dibayangkan kalau UMKM kita itu seperti di Korea Selatan, dimana kredit perbankan sudah banyak untuk UMKM. Kita saja yang 19,8% bisa menyerap lapangan kerja 97% dan berkontribusi terhadap PDB 61%,” kata MenKopUKM.

Menurutnya, catatan-catatan tersebut bahwa selama ini penempatan UMKM yang hanya sebagai bumper perekonomian sangatlah keliru karena pada nyatanya, sektor UMKM menjadi penyelamat dan pahlawan dari setiap krisis yang melanda perekonomian bangsa.

“Untuk itu saat ini pemerintah tengah mengubah cara pandang, pola pikir, dan visi terhadap potensi ekonomi UMKM. Artinya, UMKM tak hanya kita anggap sebagai bumper, ekonomi subsisten, atau ekonomi untuk kebutuhan rumah tangga saja,” kata Teten.(Jef)

KemenKopUKM dan Grab Sinergi Dorong Percepat UMKM Onboarding Digital

DIY Yogyakarta: (Globalnews.id)– Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bersama Grab Indonesia bersinergi dan berkomitmen mempercepat terwujudnya ekosistem digital, dalam rangka mencapai target 30 juta UMKM onboarding digital dan 500 koperasi modern berbasis digital pada 2024, serta 1 juta UMKM onboarding e-catalog LKPP pada tahun 2022.

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menegaskan, kerja sama dengan ekosistem digital perlu didukung berbagai pihak utamanya untuk mempercepat onboarding UMKM digital. Salah satunya bersama Grab yang diharapkan sebagai penyedia platform digital, untuk tetap menjadi platform dan tidak mengambil alih bisnis UMKM.

“Saya ditugaskan Presiden Jokowi menyiapkan digital ekonomi. Jangan sampai ketika hobi belanja online masyarakat sudah semakin tinggi, semua UMKM digital, justru malah diambil alih oleh platform, penyedia platform sebagai wadah, jangan jadi pelaku juga yang menjual produk,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam pembukaan Roadshow Klinik UMKM Bersama Grab Dalam Masifikasi Gerakan #BerubahDigital, di Kantor Dinas Koperasi dan UKM Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (20/5).

Hadir mendampingi kegiatan tersebut, Deputi Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah, serta dihadiri Sekretaris Daerah DIY Raden Kadarmanta Baskara Aji, President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata, dan Enterpreneur/Influencer Keenan Pearce.

Menteri Teten mengatakan, branding dan kemasan UMKM ke depan harus terus diperbaiki. UMKM juga diharap tak lagi berjuang sendiri, melainkan harus bergabung dalam koperasi. Dalam hal ini kata Menteri Teten, Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) KUMKM memberikan pendampingan dan arahan pelaku usaha di daerah.

“Ke depan juga supaya UMKM tak hanya mengambil modal dari bank atau lembaga pembiayaan, tapi juga lewat pasar modal. Tentunya dengan posisi UMKM yang kuat secara bersama-sama,” ujar Menteri Teten.

Digitalisasi dinilai penting bagi UMKM, sebab kata Menteri Teten, saat ini semua aspek telah terhubung secara digital. Bahkan Indonesia memiliki potensi ekonomi digital hingga Rp4.531 triliun pada tahun 2030 sehingga dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh para pelaku KUMKM dan masyarakat Indonesia. Namun ia juga mengingatkan agar potensi besar itu jangan justru diserbu oleh produk luar.

“Ketika semua akses teknologi dibuka, maka apa pun bisa masuk. Jangan lagi seperti itu, UMKM kita harus jadi raja di dalam negeri, mencari keunggulan produk jangan mengandalkan produk luar,” kata Menteri Teten.

Ditegaskan MenKopUKM, digitalisasi menjadi target pemerintah. Oleh karena itu terhubung secara digital tak hanya dari sisi marketnya, termasuk juga sistem pembayaran, hingga pengelolaan bisnis. “Target 30 juta sampai 2024, sekarang sudah ada 19 juta UMKM onboarding digital, tinggal 2 tahun lagi bisa mencapai 30 juta. Pasti kita bisa, sisa 11 juta usaha mikro akan kita didampingi untuk masuk digital,” kata Menteri Teten.

Sebelum Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) terkait transformasi digital dan pendataan lengkap koperasi dan UMKM, mengeluarkan komitmen bagi seluruh pemangku kepentingan dalam ekosistem ekonomi digital. Di antaranya ada 7 Sektor Kelompok Strategis/Prioritas untuk disasar dalam upaya percepatan transformasi digital KUMKM yaitu Makanan/Minuman, Fashion, Petani, Pedagang Kaki Lima, Nelayan, Warung, dan Pesantren.

Kemudian 7 prioritas aspek pengembangan transformasi digitalisasi KUMKM, yaitu Digitalisasi Akses Pasar, Digitalisasi Pemantauan Kualitas Produksi, Digitalisasi Keuangan dan Akses Pembiayaan, Digitalisasi Manajemen Organisasi, Digitalisasi Kapasitas Produksi, Digitalisasi Supplier/Pasokan, dan Digitalisasi Distribusi.

President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengatakan, potensi digital harus digarap dengan baik oleh para pelaku UMKM. Pihaknya berkolaborasi bersama KemenKopUKM untuk menggelar pelatihan bagi mitra pengemudi dan mitra UMKM agar bisa saling mendukung.

“Presidensi G20 Indonesia ini salah satu fokusnya adalah digitalisasi. Kesempatan ini kita jadikan ajang untuk memperlihatkan dunia bahwa UMKM berkontribusi besar terhadap digitalisasi ekonomi di Indonesia,” ucap Ridzki.(Jef)