Arsip Tag: Komunitas kopi

Bidik Potensi Sektor Riil, LPDB-KUMKM Dampingi KSP Balo’ Toraja Garap Komoditi Vanili dan Kopi

Salah satu mitra Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM) di Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Tana Toraja yakni Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Balo’ Toraja tengah mengembangkan potensi sektor riil anggotanya yakni komoditi vanili yang disebut sebagai emas hijau dan juga perkebunan kopi.

Sebagai komoditi unggulan potensi ekspor, KSP Balo’ Toraja bersama LPDB-KUMKM telah melakukan pelatihan budidaya vanili kepada 80 dari 129 anggota petani vanili, yang pada hari Sabtu, 26 November 2022 dilakukan penanaman perdana pada lahan percontohan seluas 3.500 meter persegi. Tidak sampai disitu, pendampingan yang dilakukan oleh LPDB-KUMKM untuk memastikan ekosistem usaha hulu ke hilir dapat terbentuk, tidak hanya dibudidaya, perawatan, pengeringan, tapi juga mempertemukan dengan potensial buyer Vanili, UKM pengolah vanili yang ada di Bali.

Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo mengatakan, salah satu program LPDB-KUMKM yang diamanatkan adalah melakukan pendampingan baik kepada mitra maupun calon mitra.

“Pendampingan yang dilakukan tidak hanya sekedar untuk dapat mengakses pinjaman atau pembiayaan, tetapi juga bagaimana mengembangkan usaha koperasi maupun anggota, terutama di kegiatan sektor riilnya agar memiliki skala ekonomi yang cukup dan terhubung dari hulu sampai hilir, sehingga terbangun ekosistem usaha yang kontinyu,” kata Supomo di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Sabtu (26/11/2022).

Menurut Supomo, selain memberikan pembiayaan atau pinjaman, LPDB-KUMKM juga terus bersinergi dengan berbagai pihak guna menumbuhkan ekosistem bisnis koperasi maupun anggotanya, seperti dengan KSP Balo’ Toraja ini, LPDB-KUMKM intensif melakukan pendampingan dan pelatihan kepada petani kopi dan vanili.

“Tentunya kami bekerja sama dengan berbagai pihak, untuk memberikan pelatihan, manajemen produksi mulai dari pembibitan hingga pasca panen, kemudian manajemen pemasaran produk, sehingga ekosistemnya berjalan dengan baik, dan kesejahteraan para anggota juga terbangun, apalagi memiliki produk yang potensi ekspor,” kata Supomo.

Inspektur Jenderal Kementerian Koperasi dan UKM, Heru Berdikariyanto menambahkan, arah kebijakan pengembangan Koperasi dan UMKM tahun 2020-2024 salah satunya adalah modernisasi Koperasi.

“Modernisasi dilakukan antara lain dengan pemanfaatan inovasi teknologi dan juga bisa masuk ke rantai pasok industri. Kementerian Koperasi dan UKM tentu mengapresiasi upaya-upaya yang telah dilakukan oleh LPDB-KUMKM bersama KSP Balo’ Toraja dalam mengembangkan usaha anggota untuk menciptakan ekosistem sektor riilnya,” tambah Heru.

Heru berharap, upaya-upaya pendampingan yang sudah dilakukan oleh LPDB-KUMKM dapat dilakukan lebih luas lagi. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM juga mendorong Koperasi membentuk holding company dengan cara spin off atau pemekaran usaha pada sektor riil anggotanya.

“Dengan cara para petani berkoperasi, maka petani tidak lagi menjual hasil taninya secara sendiri-sendiri, tapi dapat dilakukan secara bersama sehingga mencapai skala ekonomi dan mempunyai daya tawar yang lebih tinggi,” kata Heru.

Sementara itu, Anggota Dewan Pengawas LPDB-KUMKM Nining Sri Astuti mengungkapkan, pihaknya sebagai anggota Dewan pengawas, terus melakukan pemantauan dan evaluasi setiap program dan aktivitas yang dilakukan oleh LPDB-KUMKM.

“Tentu saya juga minta kritik dan masukan dari para Koperasi mitra terkait layanan LPDB, guna perbaikan-perbaikan kedepan agar LPDB lebih baik dan manfaat bagi Koperasi dan UMKM,” jelas Nining.

Untuk program sinergi antara LPDB-KUMKM dengan KSP Balo’ Toraja, Nining menyambut positif, karena pengembangan ekonomi klaster-klaster petani akan meningkatkan kapasitas daripada anggota koperasi, dan juga bisa menjadi pengembangan entitas baru atau spin off koperasi produsen.

“Tentu saya sangat senang dan apresiasi apa yang sudah dilakukan oleh KSP Balo’ Toraja, semoga ini bisa menjadi contoh bagi KSP-KSP lain untuk melakukan pendidikan, pelatihan, dan pengembangan pada usaha-usaha anggotanya,” pungkasnya.

MenKopUKM Ajak Komunitas Kopi Milenial Sumbar Berkoperasi

Padang:(Globalnews.id)– Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengajak komunitas kopi milenial di Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) bersinergi dalam wadah koperasi dan mendorong agar Pemerintah Provinsi Sumbar menetapkan kopi sebagai salah satu komoditas unggulan daerah mengingat potensi kopi di wilayah itu memiliki kualitas yang sangat baik.

“Salah satunya itu kopi Arabica Solok Minang ini sangat enak. Sumbar bisa jadi pemasok yang tinggi kopi ke pasar internasional karena permintaan pasti selalu tinggi ke Indonesia. Cupping score kopi solok di Padang ini bisa mencapai nilai 85 poin. Sudah pasti ini kopi enak. Kepada Pemprov, saya sarankan agar kopi arabika Solok Rajo ini dijadikan unggulan Sumatera Barat,” ujar MenKopUKM Teten Masduki dalam acara dialog dengan Komunitas Milenial Coffee Shop, Asosiasi Kopi, Asosiasi Susu, dan Koperasi Solok Rajo di Kantor Gubernur Sumbar, Padang, beberapa hari lalu.

Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumbar Hansastri, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumbar Nazwir, dan puluhan anak muda pelaku usaha kopi serta komunitas kopi di Sumbar.

Lebih lanjut, MenKopUKM menyarankan, agar para petani kopi dilibatkan dalam rantai bisnis kopi termasuk misalnya masuk dalam dalam struktur kelembagaan koperasi. Tujuannya agar pembiayaan dari perbankan maupun lembaga pembiayaan lain lebih mudah masuk, sehingga industri kopi di Sumbar semakin bisa berkembang bahkan hingga di kancah global.

Ia menegaskan, secara nasional, pemerintah telah menetapkan agar tanah-tanah perhutanan sosial yang dipinjamkan ke petani juga ditanami oleh berbagai bibit produktif. Seperti sayur mayur maupun kopi. Sebab menurut Menteri Teten, saat ini isu produksi kopi di Tanah Air adalah terkait produktivitas Indonesia yang masih rendah.

“Produktivitas lahan tanaman kopi kita baru 500-700 kilogram per hektare. Sementara Brazil dan Vietnam sudah sampai ratusan kilogram. Nah ini ada kaitannya dengan kualitas yang ditanam. Sebab di Sumatra Barat ini belum luas lahan kopinya, jadi mudah-mudahan bisa terus diperluas,” kata Menteri Teten.

Sementara bicara soal bisnisnya secara kelembagaan, penting bagi petani kopi maupun pelaku usaha coffee shop juga bergabung dengan koperasi. Termasuk agar petani juga bergabung dalam rantai korporatisasi petani.

“Di Aceh sebagai contoh, kopi Arabica Gayo sudah memenuhi permintaan kopi Starbucks tanpa lewat eksportir di Amerika dan Eropa, tapi melalui Koperasi BQ Baburayyan. Ini contoh sukses yang bisa diadopsi koperasi kopi lainnya,” ujar Menteri Teten.

Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah menambahkan, dalam membantu para pelaku usaha coffee shop dan petani dalam mendirikan koperasi, KemenKopUKM menyediakan layanan khusus melalui Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) KUMKM yang ada di Sumbar.

“Di sana para pelaku usaha bisa mendapatkan pendampingan dan bimbingan sampai koperasi berhasil didirikan. Juga akan dibantu dalam mengakses pembiayaan ke lembaga keuangan. Terkait redesain PLUT KUMKM, kami juga berharap bisa membantu terwujudnya koperasi modern,” ucap Azizah.

Sementara Sekda Sumbar Hansastri menambahkan, kopi di Sumbar memang menjadi salah satu yang istimewa. Hal ini terlihat dari banyaknya bermunculan coffee shop yang ada di Sumbar, khusunya di Padang. Diakuinya, minum kopi saat ini sudah menjadi semacam gaya hidup terutama di kalangan generasi muda.

“Produksi kopi di Sumbar ini sebanyak 2.775 ton untuk kopi robusta dengan luas lahan sekitar 18.000 hektare. Total produksi pada tahun 2021 sebanyak 11.278 ton. Di mana jumlah tersebut mampu memenuhi kebutuhan lokal dan nasional, serta ekspor perusahaan kopi. Namun memang kebanyakan dalam bentuk perorangan,” katanya.

Untuk itu, Hansastri mendukung pengembangan industri kopi melalui koperasi. Pemprov juga telah mengusulkan ke KemenKopUKM, koperasi potensial yang siap diakselerasi agar bisa menjadi koperasi modern melalui kemitraan. “Khususnya untuk produk ekspor, pendekatan adopsi teknologi informasi digital ke koperasi,” katanya.(Jef)