Arsip Tag: Supriadi PT kharisma rotan mandiri

Kolaborasi KemenKopUKM dan Bappenas Perkuat Usaha Rotan Trangsan

Sukoharjo;(Globalnews.id) – Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rotan terbesar di dunia. Ada sekitar 40 jenis rotan komersial yang dihasilkan di Indonesia. Sebagian besar rotan Indonesia dijual untuk pasar ekspor dalam bentuk kerajinan, yang umumnya dilakukan pelaku usaha besar/eksportir.

Pemerintah mengharapkan agar Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dapat memegang peranan yang lebih besar dalam produksi dan pemasaran produk rotan, termasuk pelaku UMKM rotan dari Desa Trangsan. Desa Trangsan telah lama menjadi sentra kerajinan rotan terbesar di Jawa Tengah. Sebagian besar warga disana mengandalkan pembuatan kerajinan rotan sebagai mata pencaharian utama.

Hal tersebut disampaikan Asisten Deputi Pengembangan Rantai Pasok Usaha Mikro, Deputi Bidang Usaha Mikro, Kementerian Koperasi dan UKM Sutarmo, pada pembukaan acara Bimbingan Peningkatan Mutu Produk dan Perluasan Jaringan Pemasaran Usaha Mikro pada Komoditas/Klaster Rotan di Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (10/3).

Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Sukoharjo Iwan Setiyono, Direktur Pengembangan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi Bappenas Ahmad Dading yang hadir secara daring, serta 60 orang pengrajin rotan yang tergabung dalam KSU Trangsan Manunggal.

Sutarmo mengakui, adanya pandemi Covid-19, sangat berdampak terhadap kelangsungan perekonomian Indonesia, termasuk pelaku UMKM komoditas rotan di Desa Trangsan.

“Berkurangnya aktifitas masyarakat yang menyebabkan turunnya daya beli. Sehingga, omset para pelaku UMKM juga menurun drastis, selain itu terdapat penghentian aktivitas operasional pelabuhan di negara tujuan ekspor rotan juga menjadi salah satu kendala UMKM furniture dan kerajinan,” imbuh Sutarmo.

Sudah saatnya, lanjut Sutarmo, para pengrajin rotan harus melek digital, salah satunya melalui pencatatan laporan keuangan yang baik dan benar melalui platform digital, yaitu melalui aplikasi LAMIKRO. Dalam hal pembiayaan untuk pengembangan usaha saja. Banyak UMKM kita yang masih terkendala dalam pencatatan laporan keuangan, sehingga kesulitan dalam proses pembiayaannya.

“Selain itu, diperlukan juga inovasi produk yang dihasilkan yang sesuai dengan minat pasar saat ini. Sehingga produk kerajinan kita harus selalu mengikuti tren pasar yang sedang diminati,” papar Sutarmo.

“Dengan mulai dibuka kembali perdagangan luar negeri, perhelatan internasional di Indonesia seperti moto GP Mandalika dan kegiatan G20, hal ini merupakan peluang dan pangsa pasar yang sangat besar bagi para pelaku usaha,” tandas Sutarmo.

Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UKM berkomitmen untuk mempercepat akselerasi tingkat adopsi digital bagi UMKM dalam hal pemasaran dan terus mendukung dalam penciptaan inovasi produk khususnya berbahan baku Rotan.

“Hal ini tentu tidaklah mudah, maka dirasa sangatlah perlu berkolaborasi dengan berbagai pihak. Melalui program Pengelolaan Terpadu UMK yang diinisiasi oleh Bappenas,” tukas Sutarmo.

Pada kesempatan yang sama, Ahmad Dading menjelaskan melalui Major Project (MP) Pengelolaan Terpadu UMK akan dibangun Rumah Produksi Bersama (Factory Sharing) Rotan di Sukoharjo.

Adanya Major Project diharapkan dapat mengatasi beragam permasalahan UMKM pengrajin rotan, seperti masalah bahan baku furniture dan kerajinan. Melalui Major Project diharapkan akan menguatkan UMKM dari sisi hulu, produksi dan sisi pemasaran, pembiayaan serta kelembagaan.

“Major Project ini merupakan kombinasi sempurna pengelolaan UMK yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM, yang didukung oleh beberapa kedeputian didalamnya juga dari Kementerian/Lembaga lainnya,” ujar Ahmad Dading.

Untuk tahun 2022 MP Pengelolaan Terpadu UMK akan difokuskan pada pengembangan Komoditas Rotan (Jawa Tengah), Nilam (Aceh), Biofarmaka (Kalimantan Timur), Sapi (NTT) dan Kelapa (Sulut).

“Untuk tahun depan juga akan ditambah lagi lokus Major Project ini, diharapkan dapat merata sesuai dengan kebutuhan,” ungkap Ahmad Dading.

Iwan Setiyono selaku Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Sukoharjo menyampaikan apresiasi atas kolaborasi program Pengelolaan Terpadu UMK, antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan Bappenas.

“Karena di masa yang sulit ini, dengan adanya program ini, membantu bagi masyarakat khususnya UMKM di Kabupaten Sukoharjo,” ucap Iwan Setiyono.(Jef)

Kisah Bahagia Ditengah Pandemi, UKM Masih Tetap Ekspor

JJakarta:(Globalnews.id)- Pandemi tidak selamanya menyisakan cerita duka dan kelam. Ditengah upaya bersama pemerintah dan masyarakat untuk menekan penyebaran Covid – 19, ada cerita bahagia yang melegakan dan datang dari para pejuang ekonomi nasional. Kisahnya berasal dari Supriyadi dan Adi Dharma, keduanya adalah pengusaha tangguh yang berhasil mengekspor meubel dan furniture ke berbagai negara, ditengah awan kelam tengah menggelayut dunia akibat wabah.

Supriyadi, akrab dipanggil Supri, memimpin PT Kharisma Rotan Mandiri dari Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Dari Glatak ini, Supri menduniakan produk – produk anyaman rotan berkualitas tinggi ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Eropa (Jerman, Perancis, Belgia), Uni Emirat Arab dan Tiongkok. Produk – produk yang dihasilkan dari usaha kecilnya ini, 100% dijual ke luar negeri.

Aliran ekspor Supri tidak berhenti selama Pandemi, malah meningkat tajam, sampai separuhnya, alias 50% dari ekspor disaat normal sebelum pandemi sekalipun. Selama wabah, permintaan meubel atau furniture malah meningkat. Ada 300 karyawan yang terhidupi oleh suksesnya Supri ini. Berkat ekspor ini pun, workshop Supri di Glatak tetap bergerak dan bergairah di atas lahan 8.000 meter persegi.

Supri yang kini masih memegang amanah sebagai Ketua DPP Himpunan Industri Meubel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), periode 2020 – 2023, mengatakan tidak akan pernah melupakan semua pihak yang turut membantu usahanya ini. Termasuk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI. BNI turut membantu Supri disaat usahanya tengah butuh dukungan, yaitu sejak 1998, atau ketika krisis melanda nusantara.

BNI memberi Supri fasilitas pembiayaan berupa Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja dengan suku bunga yang kompetitif, juga memudahkan penggunaan fasilitas pendukung ekspor seperti Letter Of Credit (LC), Simpanan Valas, fasilitas Trade Finance, sehingga usaha dan ekspornya tetap moncer. Pengelolaan keuangannya pun dibuat semakin mudah dengan adanya beragam solusi digital seperti BNI Direct (Cash Management) dan BNI Mobile Banking. Para pegawai pun menerima manfaat dengan adanya Consumer Product BNI seperti kartu kredit, BNI Griya (KPR), dan BNI Fleksi (kredit multiguna).

“Kami sangat mengapresiasi langkah BNI yang responsif cepat dan tanggap dalam mengakomodasi kebutuhan pelaku UKM yang membutuhkan solusi pembiayaan dan ekspor,” ujar Supri.

Begitu pun dengan Adi Dharma atau Adi, yang berusaha sedari kecil dengan CV RIBKA nya. Produk meubel dan furniture Adi diproduksi di Sentra Industri Mebel dan Kerajinan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Seluruhnya disukai dan 100% dijual ke Amerika Serikat, Taiwan, Jepang, serta China. Bedanya dengan Supri, produk-produk Adi ini berbasiskan kayu jati.

Suksesnya Adi dengan usahanya ini menjadi tempat bergantung 200 karyawannya untuk tetap bertahan hidup di tengah Pandemi. Lokasi produksi yang menempati area seluas 5.000 meter persegi itu tetap bergairah. Dan Adi tidak lupa dengan BNI yang telah menemaninya disaat – saat sulit.

“Saya kaget BNI proaktif mendekati pelaku usaha dan menawatkan solusi dari kesulitan – kesulitan yang dihadapi,” ujar Adi yang kini aktif di Himpunan Industri Meubel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) dan pernah menjabat sebagai Ketua DPD HIMKI Soloraya.

Berkah yang tidak pernah berhenti disyukuri oleh Supri dan Adi adalah permintaan pasar yang terus melimpah. Terkadang mereka kewalahan memenuhi permintaan tersebut, sehingga harus menambah kapasitas produksi.

Kabar bahagia dari Adi dan Supri itu pun menjadi motivasi tersendiri bagi BNI, seperti yang dipaparkan Direktur Bisnis UMKM BNI Muhammad Iqbal. Menurut Iqbal, BNI memiliki dua strategi dalam meningkatkan penyaluran kredit kepada UKM, yaitu penyaluran langsung ke pelaku UKM atau penyaluran secara tidak langsung melalui kerja sama strategis dengan lembaga keuangan bank dan non bank. “Langkah yang dilakukan perseroan diharapkan dapat terus mengoptimalkan peluang ekspor produk UKM, sehingga ekspor Indonesia dapat kembali pulih dan tumbuh,” katanya.

Menurut Iqbal, para pelaku UKM binaan perseroan akan memperoleh pembinaan, akses informasi, serta dukungan ekspor dan permodalan dari BNI, sehingga UKM dapat lebih produktif dan terus berkembang. Pengembangan yang diharapkan tidak hanya meliputi skala usaha, melainkan juga memiliki nilai tambah dan berorientasi ekspor.

Disamping pembinaan dan pendampingan bagi UKM, BNI juga terus mendorong geliat UKM melalui dukungan _digitalized loan process_ yang mampu memberdayakan UKM agar dapat naik kelas dan bernilai tambah. “Selaku BUMN, BNI berkomitmen penuh dalam mendukung program pemerintah khususnya sektor ekonomi, pemberdayaan UKM, digitalisasi dan ekspor ,” tuturnya.

BNI juga secara konsisten menjalankan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) serta mendukung program – program stimulus bagi nasabah yang terdampak Covid-19 untuk merestrukturisasi kredit yang telah diberikan, melakukan pendampingan, digitalisasi solusi perbankan, digitalisasi proses kredit, hingga inisiasi program-program terkait.

Penguatan dunia usaha menjadi salah satu syarat mutlak pemulihan perekonomian Indonesia pada tahun 2021 ini, seperti yang diharapkan pemerintahan Presiden RI Joko Widodo. Pemulihan para pengusaha yang berbasis ekspor menjadi salah satu lokomotif bersama dalam menstabilkan kembali perekonomian nasional. Atas dasar inilah, BNI berkomitmen terus mendukung sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan, agar terberdayakan hingga mampu menembus pasar global, meski di tengah pandemi.(Jef)