Semua tulisan dari globalnewsid

Kembangkan Bisnis dari Usia Belia, Melisa Etna Tiara Jadi Panutan Wanita Muda

BERANI untuk menentukan pilihan hidup sebagai pebisnis diusianya yang kala itu masih sangat belia – 17 tahun, kini Melisa Etna Tiara telah membuktikan kapabilitasnya sebagai pebisnis ulung. Lebih dari tiga perusahaan dijalankannya secara mandiri dengan jabatan sebagai President Director. Hal itu jelas menjadikan Melisa salah satu panutan bagi wanita muda di zaman sekarang.

Salah satu bisnisnya di bidang hijab dan lifestyle, La Sabelle, telah memiliki lebih dari 115,000 followers di Instagram. Meski baru tiga tahun berdiri, La Sabelle dibawah naungan Melisa telah berhasil untuk mempertahankan eksistensinya menciptakan karya-karya yang out of the box dengan menggaet beberapa public figure kenamaan Indonesia seperti Olla Ramlan, Renzi Lazuardi, Rachel Vennya, Mama Lita (Master Chef Indonesia), dan yang paling terbaru adalah Zsalsadil (Influencer asal Aceh).

Di satu sisi, kesuksesan La Sabelle untuk berhasil berkolaborasi bersama banyak public figure juga sejalan dengan ketekunan Melisa sebagai President Director.

Menurut Melisa, mindset dalam berbisnis adalah meyakini bahwa setiap hal adalah kesempatan dan setiap kesempatan merupakan cara untuk berkembang. “Aku menjalankan bisnis dari usia muda, jadi pasti pasang surutnya ada. Ada banget. Tapi yang selalu aku coba tanamkan ke diri aku adalah, setiap keberhasilan maupun kegagalan sekalipun, itu adalah kesempatan untuk aku berkembang. Jadi dinikmatin aja semua prosesnya,” ucap Melisa.

Bulan Agustus ini, La Sabelle kembali berkolaborasi dengan Zsalsadil setelah bulan lalu sukses dengan kolaborasi scarfnya bersama Mama Lita (MasterChef). Dengan nama Ceudah Lagoina Collection, yang terinspirasi dari keindahan Aceh, Melisa mengatakan, Zsalsadil merupakan muse yang tepat untuk koleksi ini.

Hal ini terbukti saat proses brainstorming, banyak sekali pandangan dan ide baru tentang Aceh yang diberikan oleh Zsalsadil, selaku perempuan yang besar dan lahir di Aceh. “Ide awalnya itu kan menghadirkan koleksi yang terinspirasi dari Aceh. Tapi, agar pesannya lebih dapet, butuh muse atau icon dari Aceh. Disini kita pilih kak Zsalsa, sebagai salah satu public figure asal Aceh untuk kolaborasi bersama. Dan ternyata itu adalah salah satu hal terbaik dari koleksi ini, karena sebagai orang Aceh kak Zsalsa banyak memberi masukan dan ide baru tentang kepada tim La Sabelle yang akhirnya tersampaikan lewat kolaborasi ini,” jelas Melisa.

Ceudah Lagoina Collection sendiri merupakan kalimat dari bahasa Aceh yang memiliki arti “Cantik Rupanya”. Lewat koleksi ini, La Sabelle dan Zsalsadil mencoba untuk mengulik semua hal tentang Aceh, baik dari segi keunikan bangunanmya, sampai keindahan tumbuhan dan fauna di dasar lautnya.

Beberapa motif yang terdapat dalam koleksi ini, seperti motif bangunan masjid baiturrahman, motif bungong seulanga, motif bungong jeumpa, motif kerang khas pantai Lampuuk Aceh dan juga motif batik pinto aceh dan tolak angin.

Lebih lanjut, yang menjadi ke-khas-an dari koleksi ini adalah karena setiap sisi dari scarf-nya bisa menjadi scarf utama. Dengan visi “multi-pattern, multi-color”, koleksi scarf Ceudah Lagoina ini berhasil memberikan sensasi seperti memiliki empat scarves di dalam satu scarf yang sama.

Sebuah keunikan yang jarang dimiliki oleh scarf motif lainnya. “Disini kita gak hanya menjual scarf ya, tapi juga ada kualitas dan ciri khas yang gak mungkin bisa ditemuin di pattern scarf lainnya. Kita mencoba untuk menawarkan multi-pattern, multi-color scarf sehingga pilihan yang digunakan bisa lebih banyak. Solusi untuk perempuan-perempuan yang bosen dengan scarf yang monoton,” ucap Melisa.

Tidak hanya dari segi motif, dari segi warna pun koleksi ini mencoba untuk menjauhi kata monoton. Total terdapat 12 warna yang ditawarkan seperti; Black Grey, Mocca, Black Flower, Gold Flake, Sage, Toffee, Mauve, Silver Pink, Taupe, Olive, Blue Denim dan juga Blue Teal, dengan kisaran harga dari Rp 355 ribu sampai Rp 373 ribu. (jef)

KemenkopUKM Gelar Pelatihan Bagi Petani Umbi Porang di Purworejo


Purworejo:(Globalnews.id) – Kementerian Koperasi dan UKM bersinergi dengan dinas terkait menggelar pelatihan vocational bagi usaha mikro sektor pertanian dan perkebunan di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis peserta di bidang pertanian dan perkebunan, khususnya tanaman umbi porang.

“Sehingga, mereka mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksinya, serta mampu mendorong pemulihan ekonomi di wilayahnya masing-masing,” kata Asisten Deputi Pengembangan Kapasitas Usaha Mikro KemenkopUKM Hariyanto, dalam rilisnya, kemarin.

Salah seorang peserta pelatihan bernama Bastomi mengatakan bahwa adanya pelatihan ini membuat dirinya semakin termotivasi. “Tentunya juga semakin semangat. Kami diberikan bimbingan, pelatihan, sekaligus paparan teori dan praktek, khususnya tentang dunia berbudidaya porang,” kata Bastomi.

Menurut Bastomi, para peserta pelatihan amat membutuhkan informasi terkait prospek bisnis porang. “Ternyata saat ini, porang menduduki sebagai komoditas pangan ekspor unggulan. Dan itu membuat kami semakin bersemangat,” tandas Bastomi.

Bastomi berharap, terciptanya kerjasama dan kemitraan yang baik di bidang porang ini. “Kami di lapangan membutuhkan modal, khususnya modal operasional. Oleh karena itu, berharap pemerintah bisa menjadi fasilitator,” pungkas Bastomi(Jef)

LPDB-KUMKM Bersama BMT Beringharjo Gelar Vaksinasi Massal bagi 1.000 Pelaku UMKM dan Masyarakat Kulon Progo

Kulon Progo:(Globalnews.id)-Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM) menggelar vaksinasi massal bagi anggota BMT (Baitul Maal wat Tamwil Beringharjo, pelaku UMKM dan masyarakat Kabupaten Kulon Progo, di Taman Budaya Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (27/8/2021).

Kegiatan vaksinasi percepatan ini terwujud berkat kolaborasi antara LPDB-KUMKM dengan Pemkab Kulon Progo, Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Baitul Maal wat Tamwil (KSPPS BMT) Beringharjo Yogyakarta, Dandim 0731/KLP, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi DIY dan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Kulon Progo.

Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo mengatakan program vaksinasi percepatan ini merupakan wujud dari komitmen LPDB-KUMKM kepada masyarakat termasuk di dalamnya koperasi dan UMKM agar secepatnya target vaksinasi 80 persen dari seluruh penduduk Indonesia segera terwujud, dan menjadi landasan bagi terciptanya herd immunity atau kekebalan masyarakat.

“Sesuai pesan pak Presiden Jokowi, vaksinasi percepatan ini dilakukan secara gotong royong. Kami dari LPDB-KUMKM telah rutin menggelar vaksinasi Covid-19. Sebelum di Kulon Progo, kami telah melakukan vaksinasi massal di Pangalengan Kabupaten Bandung Selatan, di Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, dan juga di Jakarta,” jelas Supomo.

“Kemudian ke depan kita juga akan melaksanakan bersama mitra yang rencananya dilaksanakan di beberapa daerah seperti di Garut, Serang, Bogor, Bekasi, sampai Nusa Tenggara Timur. Terkait hal tersebut, pengadaan vaksin tersebut akan didesentralisasi di daerah-daerah, jadi kita bersama-sama dan berkolaborasi dalam membantu program pemerintah,” lanjut Supomo.

*Dikunjungi MenkopUKM*

Vaksinasi percepatan yang digelar di Taman Budaya Kulon Progo dikunjungi langsung oleh Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki.

Pemberian vaksinasi massal ini hasil kerja sama LPDB-KUMKM dengan pihak terkait, mulai Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, dari Dinas Koperasi dan UKM Provinsi dan Kabupaten, Distrik Militer (Dandim) setempat maupun mitra LPDB-KUMKM yaitu KSPPS BMT Beringharjo.

“Ini merupakan kolaborasi yang baik dan saya juga melihat pelaksanaan vaksin berjalan lancar dengan prokes yang baik, sebagaimana arahan Presiden RI bahwa percepatan vaksinasi harus dikerjakan secara gotong royong. Dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan,” kata MenkopUKM.

Teten mengatakan, vaksinasi penting dilakukan sebagai game changer dalam rangka pemulihan ekonomi nasional, sehingga pemulihan ekonomi ini bisa seiring dengan keberhasilan vaksinasi.

“Makin banyak penduduk Indonesia yang divaksin, maka pertumbuhan ekonomi makin tumbuh. Kesadaran vaksinasi terus disosialisasikan sebagai jalan keluar dari pandemi dalam mewujudkan pemulihan ekonomi nasional,” tegas Teten.

Menurut MenkopUKM penurunan level PPKM menjadi Level 3 merupakan upaya dalam mempersiapkan penanganan wabah corona ini dari  pandemi ke endemi. Artinya para ahli dan WHO belum bisa memastikan kapan pandemi Covid-19 ini selesai, sehingga perubahan pandemi ke endemi harus dimaknai positif, dan masyarakat bisa berdampingan dengan Covid-19 layaknya virus yang sudah ada seperti TBC maupun Influenza.

“Dengan begitu, kegiatan masyarakat jadi bisa dilakukan dengan tetap menjaga prokes. Minimal memakai masker, ini diutamakan supaya kegiatan usaha bisa tetap dilakukan,” pungkasnya.

Bupati Kulon Progo, Sutedjo menyatakan terimakasih dan  menyambut gembira vaksinasi massal yang dilaksanakan di wilayahnya.

“Kami menyampaikan terima kasih sebesar- besarnya pada Bapak Menteri Koperasi dan UKM beserta jajarannya atas terselenggaranya vaksinasi massal di Kulon Progo. Masyarakat kami menyambut dengan antusias, bahkan pendaftarnya lebih dari 1.000 orang. Semoga ini bisa memberikan dorongan dan semangat bagi masyarakat dan UMKM di Kulon Progo,” kata Bupati Sutedjo.

*Peresmian Kantor KSPPS BMT Beringharjo Cabang Kulon Progo*

Masih dalam rangkaian kegiatan vaksinasi, dilaksanakan peresmian kantor cabang KSPPS BMT Beringharjo cabang Kulon Progo, yang merupakan cabang ke-19.

“Kehadiran KSPPS BMT Beringharjo di Kulon Progo merupakan wujud komitmen kami kepada masyarakat dan UMKM Kulon Progo untuk bersama-sama bangkit,” kata Ketua KSPPS BMT Beringharjo, Mursida Rambe.

Mursida menjelaskan, untuk tahap awal, BMT akan memberikan bantuan kepada 100 pedagang di Pasar Wates berupa pinjaman tanpa bunga masing-masing sebesar Rp2 juta.

“Harapannya, para pedagang tidak lagi meminjam dana ke rentenir sebagai modal usahanya,” jelasnya.

Mursida juga menyatakan terima kasih kepada LPDB-KUMKM karena koperasinya mendapat dana Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang sangat membantu dan menjaga likuiditas KSPPS BMT Beringharjo. Akibat terjangan Covid-19, banyak anggotanya yang menarik simpanan secara besar-besaran karena usahanya terdampak pandemi.

“Alhamdulillah kami mendapat dana PEN dan terserap habis. Tentu pandemi memberi dampak signifikan kepada anggota, sehingga ada pengambilan besar hampir Rp20 miliar. Namun, untung ada LPDB-KUMKM yang menyuntik kita dengan pinjaman sebesar Rp50 miliar, sehingga koperasi dapat memenuhi dan  membiayai sektor-sektor yang masih dapat tumbuh. Dengan kehadiran kami disini, mudah- mudahan kami dapat memberikan yang terbaik bagi UMKM dan masyarakat di Kabupaten Kulon Progo,” jelas Mursida.(Jef)

MenkopUKM: Permintaan Ekspor Produk UMKM Tinggi Saat Pandemi

Purworejo:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan, di tengah pandemi Covid-19 sebenarnya permintaan ekspor terhadap produk UMKM sangat tinggi. Hanya saja, berbagai kendala mulai dari kapasitas produksi hingga ketersediaan kontainer masih menjadi persoalan.

“Walaupun sebenarnya permintaan ekspor juga banyak seperti produk-produk furniture, kopi, buah-buahan tropik dan macam-macam kuliner. Tetapi kita terkendala kontainer,” kata Teten dalam kunjungan kerjanya ke Purworejo, Jawa Tengah, Sabtu (28/8).

Kelangkaan kontainer masih menghantui permasalahan logistik saat ini, khususnya di perdagangan ekspor impor. Jika pun bisa diusahakan, mesti ada tambahan biaya pengiriman yang cukup mahal. Kondisi ini tak hanya dihadapi oleh pengusaha besar, tetapi juga UMKM yang berorientasi ekspor.

Secara khusus terkait biaya pengiriman tersebut, menurut Teten hal itu masih dibicarakan dan dirumuskan oleh Komite PEN lintas kementerian. Sehingga belum ada skema yang tepat.

“Saya sedang pelajari bagaimana di negara lain. Memang harus dihitung jika ada biaya tambahan kontainer seberapa besar kebutuhannya. Dan berapa kali lipat dari nilai subsidi nanti bisa diberikan kepada transaksi ekspornya,” jelas Menteri Teten.

Ia bilang, saat ini sedang membidik UMKM potensi ekspor, yang market demand-nya ada, tetapi supply chainnya masih berantakan. “Misalnya soal briket dari tempurung kelapa dan gula semut, saya baru tahu kalau permintaannya dari luar negeri itu besar dan di Indonesia bisa diekspansi lagi,” ungkapnya.

Meski permintaan dua produk itu tinggi, namun sayang dari hasil pantauannya di Sulawesi dan Jawa Barat, UMKM nya tidak bisa memenuhi permintaan karena berbagai kondisi. Mulai dari kapasitas produksi sampai manajemennya. Sementara saat ini kontribusi ekspor UMKM masih rendah di angka 14,37 persen.

Yang memungkinkan di kondisi sekarang lanjut Menteri Teten, UMKM juga fokus untuk pasar dalam negeri yang bisa mensubstitusikan produk impor. Seperti buah-buahan, maupun fesyen muslim yang dibatasi impornya.

Dikatakan Teten, jika nanti ekonomi bisa segera pulih seutuhnya, ia berharap sektor konsumsi dalam negeri yang bisa terus naik. Pasalnya, ekonomi Indonesia ditopang konsumsi rumah tangga hingga 53 persen. Adanya pelonggaran PPKM, ia optimistis kegiatan ekonomi segera terdongkrak.

“Jadi sekarang program kami terus memikirkan bagaimana UMKM survival, dan menyiapkan juga transformasi UMKM pasca Covid-19 nanti,” imbuh Menkop.

Diakuinya, bertahan menjadi salah satu strategi yang bisa dilakukan para pelaku UMKM dalam menghadapi ancaman Covid-19 yang belum kunjung usai.

Di saat yang sama, pemerintah bersama Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) juga terus menjalankan strategi pemulihan ekonomi nasional (PEN), dengan berbagai kebijakan yang mengakomidir kepentingan UMKM. Mulai dari restrukturisasi hingga Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro (BPUM).

“Strategi kita saat ini adalah bagaimana untuk bertahan lebih dahulu. Daya beli masyarakat turun, sementara kebutuhan masyarakat prioritas pada kebutuhan pokok. Jadi sektor ini (UMKM) di masa survival yang terus kita dorong,” tegas Teten.

Dari UMKM orientasi ekspor yang dikunjungi Menkop di Purworejo mengamini. Martini, pemilik usaha Martini Natural yang memproduksi berbagai kerajinan mulai dari sandal, rajut, homedecore dan tas anyaman ini, memang merasakan betul kesulitan ketersediaan kontainer di saat pandemi.

Sehingga kegiatan ekspor produk Martini ke Kanada, Amerika Serikat jadi ikut terganggu. Ditambah tokonya tutup, karena ada pembatasan aktivitas masyarakat. “Sekarang tinggal memenuhi permintaan lewat online saja. Sambil menunggu ada harapan soal ketersediaan kontainer,” ucap Martini yang sebelumnya memenuhi permintaan 22 kontainer sandal untuk ekspor.

Senada, Ketua Koperasi Srikandi Sri Susilowati menyampaikan keluhannya terkait ekspor. Namun saat ini ia masih terus memenuhi permintaan dalam negeri. Diketahui Koperasi Srikandi ini memproduksi olahan dari kelapa berupa gula semut dan gula cair. Negara-negara yang menjadi pasar ekspornya adalah Rusia, Belanda, Amerika Serikat hingga Israel.

“Paling banyak itu permintaan gula cair. Bisa sampai 168 ton saat ekspor. Dan kapasitas produksi kami ini bisa sampai 200 ton gula per minggu. Kami memberdayakan para petani dan sumber daya lokal,” cerita Sri.

Koperasi Srikandi yang kini bertransformasi menjadi badan usaha dengan kapasitas yang besar, mempekerjakan 208 perempuan dan mengandeng 2 ribu petani lokal. Yang terbaru, Koperasi Srikandi melaunching produk barunya berupa sirup botolan yang juga akan diekspor. (Jef)

MoU Dengan ISI Yogyakarta, KemenkopUKM Ingin Cetak Inkubator Bisnis Seni

Yogyakarta:(Globalnews.id)- Potensi seni dan budaya Indonesia yang kaya, menjadi sumber kekuatan bagi Tanah Air. Untuk menciptakan  hal tersebut, dibutuhkan wirausahawan yang andal dan mumpuni.

Dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM pun menggandeng Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) terkait Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, antara Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim dan Rektor ISI Yogyakarta Agus Burhan, yang disaksikan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.

Teten yang sekaligus memberikan kuliah umum secara hybrid di kampus ISI mengatakan, sudah tak diragukan lagi, bahwa seni budaya Indonesia sangat kaya. Bahkan bisa menjadi bagian kekuatan ekonomi bangsa. “Kalau kita lihat Korea Selatan (Korsel) misalnya. Mereka berhasil dengan K-Pop nya, sebagai  gerbong berbagai industrinya ke dunia,” kata Teten.

Saat ini, tak heran anak muda dan generasi milenial Indonesia justru  sangat paham dengan budaya pop Korsel. Bukan hanya musik dan dramanya, tapi juga mulai dari kuliner, fesyen hingga kosmetik. “Budaya dan seni itu bisa menjadi lokomotif industrialisasi di Korsel,” ucapnya.

Hal itu diakui Teten, harusnya menjadi contoh nyata bagi industri seni Tanah Air. Bangsa Indonesia memiliki nilai seni dan budaya luar biasa yang sangat kaya. Mulai dari Aceh sampai Papua yang sudah mendarah daging. Bahkan hal itu sudah menjadi kultur yang kuat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

“Ini menjadi keuntungan kita dalam menciptakan industri berbasis inovasi dan kreativitas bukan semata-mata teknologi. Saya punya keinginan besar untuk bisa membangun inkubator bisnis seni, melahirkan seniman sekaligus pebisnis andal,” yakin Teten optimistis.

MoU dengan ISI Yogyakarta ini katanya, sangat menantang. Pasalnya, MoU ini juga menjadi kesepakatan baru bagi KemenkopUKM yang berani membuat kerja sama dengan dunia seni. “Saya apresiasi sekali. Mudah-mudahan Allah memberikan kemudahan,” harap Teten.

Lebih jauh Menkop mengatakan, saat ini struktur ekonomi Indonesia didominasi oleh usaha menengah kecil dan mikro sebesar 99,9 persen. Di mana sebagian besar dari angka tersebut didominasi usaha mikro, yang memiliki omzet di bawah Rp 2 miliar.

“Sebenarnya ekonomi Indonesia itu tulang punggungnya UMKM, dikuasai rakyat kecil. Namun sayang UMKM kita berbeda dengan Jepang, Malaysia dan China, di mana produktivitas UMKM dalam negeri masih rendah,” ungkapnya.

Untuk itu diakui Teten, komitmen KemenkopUKM bagaimana membenahi supply chain. UMKM bukan hanya bisa menghidupi ekonomi rakyat, tapi betul-betul bertarung tak hanya di pasar dalam negeri namun juga global.

“Banyaknya e-commerce cross border di Indonesia justru diserbu produk impor lebih dari 50 persen. Ini menjadi ancaman jika kita tidak melakukan perubahan,” tegasnya.

Transformasi kata Teten, dilakukan agar UMKM mulai masuk ke produksi berbasis kreativitas, teknologi, dan inovasi. Mestinya produk kreativitas kita nggak kering, ini yg belum tergarap. Custom produk handmade kita sangat mumpuni ini harus masuk target produk yang lebih besar,” imbuhnya.

Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim menjelaskan, MoU dengan ISI Yogyakarta merupakan komitmen kami dalam mendukung pembangunan ekonomi kreatif yang mempunyai sumbangan besar terhadap perekonomian Indonesia.

“Melalui MoU ini terjalin kerjasama untuk meningkatkan kemampuan kewirausahaan para mahasiswa ISI, dan sinergi untuk membangun ekosistem kewirausahaan ekonomi kreatif di ISI Yogyakarta,” tegas Arif.

Senada dengan hal tersebut, Rektor ISI Yogyakarta Agus Burhan mengatakan, ISI sebagai universitas seni terbesar di Indonesia, memiliki rekam jejak alumni berkualitas yang tersebar secara nasional dan internasional. Untuk itu ISI berkomitmen mendukung SDM dengan kompetensi utama, kreativitas tinggi, menghasilkan seniman, serta desainer yang andal dan memiliki kecakapan.

“Kami berupaya menciptakan social skill yang memiliki pengalaman wawasan entrepreneurship sekaligus seniman unggul,” ujarnya.

Saat ini, ISI memiliki pengembangan kewirausahaan lewat beberapa program lembaga penelitian dan pengembangan di masyarakat, program rancangan seni, pembinaan wilayah seni yang mendorong inkubator seni menjadi wirausaha. (Jef)

Resmikan BMT Beringharjo Cabang Kulon Progo,Teten Masduki Perkuat Koperasi sebagai Alternatif Pembiayaan Mikro


Yogyakarta:(Globalnews.id) – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menyatakan komitmennya dalam memberantas praktik rentenir maupun pinjaman atas nama koperasi ilegal. Untuk itu, KemenKopUKM terus memperkuat koperasi sebagai alternatif pembiayaan bagi usaha mikro.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan, koperasi bisa menjadi alternatif pembiayaan bagi usaha mikro, mengingat jumlah koperasi di Indonesia cukup besar.

“Kami sedang melirik koperasi bisa menjadi mitra usaha mikro dalam mendapatkan pembiayaan,” ucap Teten saat memberi sambutan peresmian Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) atau Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Beringharjo di Kantor Bupati Kulonprogo, Yogyakarta, Sabtu (28/8).

Teten mengutip dari data survei BRI dan PNM baru-baru ini, ada 30 juta usaha mikro yang belum terhubung ke lembaga keuangan formal. Meskipun pemerintah telah menyediakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanpa agunan dengan plafon hingga Rp100 juta, kenyataan di lapangan bank penyalur kredit seringkali tetap meminta agunan.

“Karena itu rentenir hadir. Cara kerja mereka yang progresif dengan bunga yang mencekik meskipun cepat, namun tetap saja ini merugikan. Di sini kami melihat koperasi sebagai alternatif pembiayaan murah dan mudah,” imbuhnya.

Diakuinya, ketika pandemi hadir pertama kali tahun lalu, muncul kekhawatiran koperasi bakal berjatuhan, pendapatan masyarakat dan omzet turun, karena anggotanya banyak menarik tabungan. Namun ia bersyukur, kenyataannya koperasi mampu bertahan hingga kini.

“Dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) salah satunya kami menyuntikkan modal ke koperasi-koperasi, terutama Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Alhamdulillah sampai hari ini tak terjadi kekhawatiran itu. Program PEN tepat sasaran. Kalaupun ada yang gagal bayar bukan karena Covid-19, tapi karena salah urus,” jelas Teten.

Sejak awal pandemi, bank sudah tidak banyak bahkan berani memberikan pinjaman ke usaha mikro. Pelaku mikro kesulitan top-up pinjaman. Lalu dari mana lagi usaha mikro raih pembiayaan? Itu sebabnya, KemenKopUKM lanjut Teten, mengusulkan usaha mikro yg tak punya tambahan modal bisa mengakses lewat KUR atau lewat KSP.

“Apalagi penyebaran KSP di Indonesia cukup baik. Ada di seluruh Indonesia. Koperasi bukan hanya sekadar alternatif penyaluran pembiayaan mikro, koperasi penting di struktur ekonomi kita,” ucap Teten.

Di Indonesia sebanyak 99,6 persen merupakan usaha mikro. Pembiayaan yang ada, seringkali hanya cukup modal kerja. Sementara untuk pengembangan usaha dan produksi menambah mesin cukup sulit.

“Karena begitu pinjam, bulan depan harus nyicil. Koperasi bukan hanya sekadar pinjaman, tapi sekaligus menjadi konsolidator dan agregator usaha mikro agar skala ekonominya naik,” imbuhnya.

Terkait hal tersebut, Ketua BMT Beringharjo Mursida Rambe mengatakan, rentenir menjadi persoalan yang sangat penting terutama bagi para pedagang di pasar tradisional. Untuk itu, BMT Beringharjo memberikan bantuan tunai kepada 100 orang pedagang Pasar Wates yang terkena dampak pandemi dan rentenir.

“Kami memiliki model bagaimana mendampingi para pedagang yang terjerat rentenir ini,” imbuh Mursida di kesempatan yang sama.

Saat pandemi Covid-19, BMT Beringharjo mendapatkan dana PEN sebesar Rp50 miliar dan saat ini sudah terserap habis. Menurut Mursida, pandemi yang berjalan selama hampir dua tahun ini, banyak anggota yang menarik tabungannya. Di mana total penarikan dana di BMT Beringharjo mencapai Rp20 miliar.

Ia merasakan manfaat dari bantuan dari KemenKopUKM lewat LPDB-KUMKM dengan suntikan dana sehingga BMT bisa terus berjalan.

“Kami tetap memberikan pembiayaan ke pelaku usaha mikro di sektor yang tetap tumbuh, bahkan omzetnya meningkat saat pandemi,” jelasnya.

Mursida menambahkan, kolaborasi dan gotong royong berbagai pihak memang sangat dibutuhkan dan terus dikembangkan bagi usaha mikro. Hingga kini, BMT Beringharjo memiliki 18 kantor cabang dan tersebar di 52 pasar tradisional di seluruh Indonesia.

“Kami dipesan bagaimana BMT bisa memberikan manfaat kepada pedagang atau pelaku usaha mikro. Salah satunya memberantas rentenir. Mereka eksis karena cepat dan mudah. Kami berharap mudah-mudahan keberadaan kami, khususnya di cabang baru kami di Kulonprogo berkontribusi baik bersama koperasi dan dinas terkait,” harapnya.

Untuk diketahui, dalam kunjungan kerjanya di Kulonprogo, Sabtu (28/8) MenKopUKM didampingi Bupati Kulonprogo Sutedjo, Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo. Dalam kunjungan tersebut, Teten juga mengunjung pengrajin sandal ekspor sekaligus menyaksikan jalannya vaksinasi massal 1.000 orang yang diselenggarakan LPDB-KUMKM bersama BMT Beringharjo, TNI AD, dan Dinkop Kulonprogo.(Jef)

Kolaborasi KemenkopUKM dan Grup Perhotelan Accor Serap Produk UMKM Wilayah Jawa Tengah & Yogyakarta


Yogyakarta:(Globalnews id)- Kolaborasi antara Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) dan perusahaan grup perhotelan Accor untuk menyerap produk UMKM mulai diwujudkan. Kali ini adalah produk-produk UMKM di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Komitmen kedua pihak diwujudkan dalam penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara The Phoenix Hotel Yogyakarta-MGallery dengan UMKM Rumah Keju Jogja dan Coklat nDalem. Kedua UMKM tersebut adalah hasil kurasi bersama antara Smesco Indonesia dan grup Accor. Penandatanganan PKS disaksikan oleh Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki di The Phoenix Hotel Yogyakarta-MGallery, Jumat (27/8).

Program ini merupakan kelanjutan dari penandatanganan Nota Kesepahaman antara grup Accor dengan Smesco Indonesia, tentang Pembentukan Kerja Sama dalam Pengembangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah untuk mendukung Pemulihan Ekonomi pada Bidang Jasa Perhotelan pada 3 April 2021 lalu.

Dalam kunjungan ke The Phoenix Hotel Yogyakarta-MGallery ini pula, Teten melihat langsung kemitraan hotel dengan para pelaku UMKM yang sudah berjalan. Ia mengatakan, implementasi antara KemenkopUKM dan grup Accor sudah banyak kemajuan serta menghasilkan beberapa hal konkret. Saat ini, sudah ada beberapa produk UMKM yang dikurasi dan kemudian dikerjasamakan dengan beberapa hotel jaringan grup Accor.

“Saya lihat ditampilkan dengan baik. Ini satu contoh bagus antara produk UMKM dan hotel kerja sama saling mendukung karena kedua sektor bisnis ini sama-sama mengalami dampak akibat pandemi Covid-19,” imbuhnya.

UMKM ditantang untuk mencari solusi bersama yang dibutuhkan hotel. Hal ini diakui Menteri Teten menjadi berkah di tengah pandemi Covid-19. Upaya perbaikan rantai pasok terus dilakukan, mulai dari produk kuliner, fesyen, hingga groceries.

Ia berharap, kerja sama jaringan Accor dengan UMKM tidak berhenti hanya di Hotel Phoenix saja, tetapi dapat diduplikasi ke jaringan grup Accor lainnya. Bukan hanya di Indonesia tetapi juga di jaringan internasional.

“Kerja sama ini merupakan suatu proses mendorong produk UMKM naik kelas. Sekaligus untuk mem-branding produk UMKM dan membuktikan bahwa kualitas produk UMKM mampu bersaing dengan brand besar,” tegas Teten.

KemenkopUKM menyambut baik kerja sama grup Accor yang telah memakai produk-produk UMKM komoditas pertanian seperti sayuran, buah, beras, dan lainnya. Apalagi penyerapan produk UMKM dilakukan saat banyak UMKM terdampak pandemi Covid-19. Ia berharap situasi makin membaik dan pembukaan pembatasan kegiatan masyarakat akan membuat penyerapan produk UMKM semakin besar.

“Grup Accor diharapkan dapat membuka kesempatan yang lebih besar untuk UMKM sektor-sektor lain yang memiliki nilai tambah seperti makanan olahan, craft, fesyen, dan lain-lain,” tutup Teten.

Di waktu yang sama, Deputi Bidang Usaha Kecil dan Menengah KemenkopUKM Hanung Harimba Rachman menambahkan, Smesco telah mengkurasi bersama sejumlah produk UMKM yang dibutuhkan oleh hotel dan restoran, seperti dekorasi, toiletries, amenitis, kebutuhan rumah tangga, minibar, dan kebutuhan restoran.

Saat ini sudah terkurasi lebih dari 80 dari 600 UMKM yang memiliki produk unggulan yang dapat memenuhi industri perhotelan. Saya mengapresiasi agenda  penandatanganan kontrak kerja sama antara The Phoenix Hotel dengan 3 UMKM produsen keju, butter, dan cokelat.

“Saya berharap melalui kerja sama ini, grup Accor juga lebih banyak lagi menyerap produk-produk UMKM binaan Kementerian Koperasi dan UKM yang telah dikurasi oleh Smesco,” ujarnya.

Sementara itu, Chief Executive Officer Accor Southeast Asia, Japan, South Korea Garth Simmons mengatakan, “Kami merasa terhormat dapat berkontribusi pada program pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM terhadap perkembangan UMKM Indonesia dan keberhasilan gerakan Bangga Buatan Indonesia. Grup bersemangat untuk melanjutkan dukungannya melalui kolaborasi ini.”

Simmons menambahkan, berbagai kemitraan dengan UMKM lokal dan hotel Accor yang tersebar di seluruh Indonesia dilakukan, termasuk menampilkan produk mereka di area hotel, konsinyasi, penggunaan produk dalam operasional hotel, serta penyerapan produk yang selaras dengan program promosi dan pemasaran brand. “Kemitraan ini akan terus kami kembangkan, termasuk kerja sama dengan Kemenkopukm dan Smesco Indonesia,” tambah Simmons.

The Phoenix Hotel Yogyakarta – MGallery mengkurasi produk UMKM sejalan dengan program brand MGallery, Inspired by Her dan Memorable Moment. Inspired by Her adalah program yang dirancang oleh dan untuk perempuan, menawarkan produk herbal, kosmetik, spa, dan cokelat yang disesuaikan. Program Memorable Moment diwujudkan melalui pameran repro furnitur khas Soekarno untuk ruang kerja museum Bung Karno di property ini, menggunakan produk-produk dari UKM serta Soekarno Signature Dish– pilihan makanan favorit Bung Karno menggunakan bahan-bahan dari UKM termasuk keju sebagai salah satu dari bahan-bahannya.

Grand Mercure & ibis Yogyakarta Adisucipto mengkurasi produk dengan UMKM sesuai dengan esensi brand hotel “Inspired by Local” – atau terinspirasi oleh kearifan lokal. Kemitraan dilakukan dengan UKM, membatik dengan gaya klasik Yogyakarta, pembuat moonpia (jajanan khas hotel), pengrajin wayang kulit membuat wayang, dan ditangani oleh ahli seni tradisional pewayangan, dan lain-lain.

Novotel Yogyakarta mendukung petani dan peternak lokal seperti beras, telur, krecek, ayam kampung, nangka muda, ikan, bumbu-bumbu rempah, dan kopi, dan UMKM lokal dengan membuat tampilan baru untuk menu-menu makanan berkonsep tradisional yang dibalut dengan modernitas. Tim hotel bahkan mengunjungi langsung para petani lokal yang ada di Yogyakarta dan melihat proses hasil pertanian.

Novotel Suites Yogyakarta Malioboro bermitra dengan UMKM di Yogyakarta dan sekitarnya, mengemasnya menjadi “Jajanan Mataram” berbagai macam makanan dan minuman ringan ciri khas Yogyakarta dan Jawa Tengah seperti lumpia dari tumbas lumpia, jamu dari leli jamu hingga kudapan kesukaan Sri Sultan Hamengku Buwono-VIII yang diolah dari singkong hasil budidaya petani dan UMKM lokal.

ibis Styles Yogyakarta bekerja sama dengan beberapa UMKM seperti berbagai produk wedang, empon-empon dan lainnya yang bisa menjadi pilihan tamu yang ingin menikmati minuman kesehatan. Hotel juga bekerja sama dengan UMKM yang menghasilkan kudapan tradisional seperti bakpia, fesyen , asesoris, juga pemasok daging , sayur, telur, beras, dan lainnya.

ibis Yogyakarta Malioboro bekerjasama dengan UMKM sebagai pemasok buah, sayur, daging, ikan, beras dan bahan makanan lainnya serta oleh-oleh.

Sementara itu, ibis Semarang Simpang Lima bermitra dengan koperasi peternak unggas, produsen roti, dan pemasok kopi lokal di Jawa Tengah. ibis Semarang Simpang Lima juga menata Coffee Corner hotel, salah satu area favorit para tamu dengan kopi lokal di Jawa Tengah.

The Royal Surakarta Heritage-MGallery, Novotel Solo dan ibis Styles Solo, berkolaborasi dengan UMKM untuk makanan khas Solo yang disajikan untuk tamu VIP serta pakaian batik dan kerajinan khas dari Solo yang dipajang di hotel.

Novotel Semarang dan ibis budget Semarang bermitra dengan UMKM di Jawa Tengah melalui pemanfaatan produk untuk kebutuhan hotel, konsinyasi, dan kegiatan pameran UMKM. Produk seperti kopi, wingko, enting-enting gepuk batu, roti dan puluhan produk UMKM lainnya dapat dinikmati oleh para tamu di area restoran dan lobby hotel. (Jef)

KemenkopUKM, Baznas, dan Pemprov DIY Kolaborasi Beri Bantuan Modal Usaha Mikro


Yogyakarta:(Globalnews.id)- Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM), bersama Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memberikan bantuan modal usaha serta sembako kepada lebih dari 10 ribu mustahik (penerima zakat) dengan nilai total mencapai sekitar Rp10 miliar.

Pemberian bantuan modal usaha ini dalam rangka mendorong UMKM yang terkena dampak akibat pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir. Terlebih dengan munculnya varian delta, memaksa pemerintah untuk membatasi mobilitas masyarakat belakangan ini. Kondisi ini mempengaruhi pelaku UMKM.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) 2021, sebanyak 87,5 persen UMKM di Indonesia terdampak pandemi Covid-19. Sementara itu, sebanyak 93,2 persen UMKM terdampak pada sisi penjualan yang menurun.

“Tentunya dalam mengatasi kondisi ini, pemerintah tak bisa tinggal diam. Untuk mencegah penurunan kegiatan ekonomi yang lebih buruk, maka dibutuhkan suatu tindakan konkret,” ucap Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam penyaluran Kita Jaga Usaha UMKM Bangkit secara simbolis di kantor Gubernur DIY, Jumat (27/8).

Teten menegaskan, UMKM merasakan dampak yang sangat dalam karena pandemi. Mulai dari turunnya omzet sampai penutupan usaha. Ditambah, saat yang bersamaan daya beli masyarakat ikut turun.

Untuk itu, pemerintah dan lembaga maupun pemerintah daerah (Pemda) memastikan pelaku usaha kecil, mampu beradaptasi untuk bertahan, pulih, dan melanjutkan usaha di masa pandemi.

“Saya mengapresiasi Pemprov Yogyakarta yang pertumbuhan ekonominya tumbuh 11 persen di atas pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal II-2021. Di mana mayoritas didorong oleh gerakan stimulus yang diberikan ke UMKM,” kata Teten.

Teten juga mengapresiasi setinggi-tingginya kepada Baznas yang telah cepat tanggap dengan inisiatif bersama KemenkopUKM untuk membantu UMKM terdampak pandemi. Jika bulan puasa yang lalu telah diberikan santunan untuk kaum Dhuafa dan Yatim Piatu, maka sekarang diberikan bantuan untuk Pengusaha Kuliner seperti Warung Tegal, Warung Padang, Bakso, Soto, Pecel Lele, dan Warung makan lainnya yang terdampak pandemi Covid-19.

“Zakat dan dana umat yang dikelola Baznas sebelumnya dioptimalkan pemanfaatannya untuk hal-hal produktif dan kemaslahatan. Tapi sekarang lebih produktif untuk modal usaha. Jadi ibadah dan pahalanya lebih besar lagi,” sebut Teten.

Peluncuran program bantuan tunai untuk usaha mikro ini tersebar di wilayah PPKM Jawa dan Bali yang dikemas dalam program Kita Jaga Usaha, dan dipusatkan di Kota Yogyakarta. Yogyakarta sendiri dipilih menurut Teten, lantaran kementerian melihat sudah banyaknya inisiatif yang dilakukan Pemprov Yogyakarta kepada UMKM untuk bertahan saat pandemi.

Pemerintah, lanjut Teten, menargetkan pada 2024, sebanyak 30 juta UMKM dapat terhubung ke ekosistem digital. Hingga Agustus 2021, sudah ada 15,3 juta UMKM atau 23,9 persen total UMKM yang telah tergabung dalam e-commerce.

UMKM Bangkit

Ketua Baznas KH Noor Achmad mengatakan, Baznas sebagai lembaga yang diamanahkan oleh Undang-Undang untuk mengelola dana zakat, infak, dan sedekah memiliki peran yang sangat penting dalam membantu kegiatan ekonomi khususnya pelaku UMKM.

Baznas membentuk program sebagai respon darurat ekonomi Covid-19 yang terdiri dari UMKM Bangkit dan Dapoer Kuliner Nusantara. Adapun target penyaluran pada Kita Jaga Usaha ini sebesar Rp13.857.261.770 dengan 10.290 mustahik penerima manfaat.

“UMKM Bangkit ini program pemberian bantuan langsung kepada 10 ribu pelaku UMKM di wilayah PPKM level 3 dan level 4 dengan jumlah bantuan sebesar Rp1 juta per orang. Total bantuan UMKM Bangkit sebesar Rp 10 miliar,” ujar Noor Achmad.

Sementara Program Dapoer Kuliner Nusantara merupakan program pemberdayaan warteg, warung nasi, warung padang, dan usaha kuliner skala kecil lainnya untuk menyediakan 123.888 paket makanan, yang akan didistribusikan kepada pelaku isoman, panti asuhan, panti jompo, lembaga pemasyarakatan, pesantren, rumah singgah, nakes, dan warga terdampak PPKM.

Program Dapoer Kuliner Nusantara juga akan melakukan skema cash for work (CFW) bagi pekerja marginal yang akan membantu dalam pelaksanaan program. Total dana Program Dapoer Kuliner Nusantara sebesar Rp3.857.261.770.

“Kedua program tersebut di atas akan Baznas luncurkan dengan tajuk Kita Jaga Usaha,” jelas Noor.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X menyambut baik program Kita Jaga Usaha yang diinisiasi oleh Baznas. Di mana bantuam itu akan bisa mendorong kemajuan bagi UMKM di Yogyakarta yang potensinya besar.

“Ini akan menjadi stimulus perekonomian nasional secara khusus Yogyakarta sendiri. Tujuan utama bagaimana melindung dan meningkatkan ekonomi UMKM. Saya punya harapan, ke depan akan ada kemudahan persyaratan bantuan semacam ini serta tepat sarasan untuk pemulihan nasional,” ujarnya.

Ia juga bersyukur, di tengah pandemi pertumbuhan ekonomi Yogyakarta masih bisa tumbuh 11 persen di kuartal II-2021. Sri Sultan berharap, pertumbuhan selanjutnya di kuartal II dan IV tak jatuh terlalu dalam.

“UMKM memang menjadi salah satu pendukungnya. Semoga bisa terus bangkit,” harapnya.(Jef)

KemenkopUKM Dorong SDM Koperasi Memiliki Sertifikat Kompetensi

Kuningan:(Globalnews.id)- Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM Ahmad Zabadi mengakui, saat ini Koperasi Simpan Pinjam (KSP) menghadapi posisi sulit di tengah pandemi Covid-19 yang sudah hampir satu setengah tahun lebih.

“Oleh karena itu, profesionalitas manajer, ketua, dan pengelola koperasi, menjadi mutlak,” tegas Zabadi, pada acara pelatihan SDM Koperasi melalui SKKNI Kategori Perkoperasian, yang terdiri dari Manajer, Ketua dan Pengelola Koperasi di Cirebon dan Kuningan, Jawa Barat. Di Cirebon dilaksanakan pada 21-24 Agustus 2021 dan dilanjutkan di Kuningan pada 25-28 Agustus 2021.

Apalagi, lanjut Zabadi, positioning koperasi saat pandemi ini sangat sulit, dimana banyak usaha anggota koperasi terganggu. “Bahkan, ada diantaranya terhenti usahanya, omzetnya menurun. Sehingga, tidak dapat menenuhi kewajiban cicilan pinjaman, yang berdampak pada meningkatnya Non Performing Loan (NPL) koperasi di sebagian koperasi,” papar Zabadi.

Data menunjukkan, dampak pada koperasi, 41% diantaranya menimbulkan tekanan yang cukup pada KSP, yang mengganggu likuiditas pada KSP, adanya penarikan simpanan anggota pada satu sisi. “Di sisi lainnya, usaha anggota yang sumber pembiayaannya dari koperasi menurun bahkan diantaranya, terhenti usahanya,” ulas Zabadi.

Karena itu, menurut Zabadi, peningkatan SDM pengelola koperasi menjadi sangat penting, untuk memberikan kemampuan manajemen koperasi membaca perubahan lingkungan strategis dan mengelola koperasi dengan tata kelola yang baik (good cooperative governance). Sehingga, kepercayaan anggota tetap tinggi dan merasa simpanannya di koperasi terlindungi.

“Kami terus berupaya untuk memperkuat SDM koperasi, kompetensi manajer, ketua dan pengelola. Kami juga melakukan peningkatan kompetensi pengawas koperasi, karena salah satu isu yang mengemuka adalah pandangan bahwa pengawasan terhadap koperasi relatif masih lemah,” jelas Zabadi.

Zabadi menambahkan, salah satu permasalahan mendasar di KSP adalah rentannya penarikan simpanan anggota (rush). Sedikit saja ditiupkan isu negatif, bisa saja terjadi rush dan virus rush mirip pandemic, cepat menular, sehingga dapat berdampak pada KSP yang gagal bayar.

Menurut Zabadi, kasus seperti ini bisa terulang terjadi, karena tidak ada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) koperasi. “Keberadaan LPS bagi koperasi hemat kami, sudah sangat urgent dan merupakan sebuah keniscayaan. Hal ini untuk meningkatkan kepercayaan anggota dan masyarakat bergabung dalam koperasi dan menciptakan rasa aman anggota terhadap simpanan mereka di koperasi,” kata Zabadi.

Keberadaan KSP yang jumlahnya saat ini 17.737 unit, peranannya sangat strategi dalam memberikan akses UMKM terhadap permodalan.

Lebih dari itu, kata Zabadi, untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota, agar usaha-usaha anggota tidak hanya dapat difasilitasi pada aspek finansial, tetapi juga aspek non finasial, pihaknya mendorong koperasi yang telah bertumbuh besar, dengan jumlah anggota puluhan ribu bahkan puluhan ribu anggota, perlu melakukan terobosan bisnis dengan menginisiasi spin off. “Itu sebagai langkah strategis pemekaran koperasi, khususnya di sektor rill, seperti sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan,” ucap Zabadi.

Terlebih lagi, lanjut Zabadi, anggota koperasi banyak yang bergerak usahanya di sektor tersebut, dan di masa pandemi saat ini, juga prospek usaha ke depan, sektor pangan relative survival, dan koperasi hadir memperkuat ketahanan pangan nasional.

Zabadi mengatakan, Menteri Koperasi dan UKM dalam penyaluran dana bergulir LPDB-KUMKM diarahkan 100 persen kepada koperasi. Penguatan UMKM dikonsolidasi melalui koperasi. “Ini artinya kesempatan dan peluang diberikan kepada koperasi untuk memanfaatkan dana murah, mudah, cepat dan terjangkau, dibuka lebar,” imbuh Zabadi.

Bahkan, Zabadi mengingatkan kembali bahwa di era industri 4.0, manajerial koperasi harus adaptif, kapasitas dan kualitas manajer serta pengelola koperasi harus terus di upgrade dan tatakelola koperasi harus menerapkan Good Cooperative Governance (GCG).

Di samping penguatan regulasi, maka dalam rangka meningkatkan kualitas pengawasan, KemenkopUKM melakukan kerjasama dengan USAID-Economic Growth Support Activiti (EGSA), melalui pelatihan berbasis kompetensi pengawas koperasi.

Untuk angkatan I telah dilaksanakan pada 23- 25 Agustus 2021, diikuti sebanyak 20 orang di Bogor. Angkatan berikutnya direncanakan di Makasar, awal September yang akan datang.(Jef)

Kolaborasi KemenkopUKM dan USAID-EGSA Perkuat SDM Pengawas Koperasi

Bogor:(Globalnews.id) – Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM Ahmad Zabadi mengatakan, Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi merupakan fungsional di bawah naungan Kementerian Koperasi dan UKM, yang memiliki tugas untuk melakukan pengawasan terhadap KSP. Saat ini, jumlah KSP kurang lebih sebanyak 17.737 unit di seluruh Indonesia.

“Dengan berbagai permasalahan KSP, sehingga dituntut profesionalitas dan kompetensi pejabat Pengawas Koperasi,” tandas  Zabadi, dalam acara peningkatan SDM Pengawas Koperasi dengan melaksanakan Pelatihan Berbasis Kompetensi, di Kota Bogor, beberapa hari yang lalu.

Acara yang dilaksanakan pada 23-25 Agustus 2021 itu merupakan kolaborasi KemenkopUKM dengan USAID-Economic Growth Support Activity (EGSA).

Zabadi menambahkan, selain kerjasama dengan USAID-EGSA, KemenkopUKM juga menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk Pejabat Fungsional dan Pengawas Koperasi belerjasama dengan berbagai stakeholder lainnya.

“Harapan ke depan, permasalahan  perkoperasian semakin banyak yang dapat diberikan solusi. Sehingga, kasus-kasus perkoperasian semakin menurun,” ucap Zabadi.

Di samping itu, lanjut Zabadi, juga memberikan dampak meningkatnya daya saing koperasi, sehingga target kontribusi koperasi terhadap PDB Nasional sebesar 5,5 persen sampai dengan 2024 dapat tercapai dan 500 koperasi modern terwujud.

Memang, Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) yang difasilitasi The U.S. Agency for International Development (USAID) Economic Growth Support Activity (EGSA) bagi Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi di Kementerian Koperasi dan UKM, menjadi sangat penting. Mengingat kebutuhan akan Pengawas Koperasi yang memiliki sertifikat kompetensi masih sangat banyak.

Di depan peserta pelatihan, Chief of Party EGSA mengungkapkan Pemerintah Amerika melalui USAID-EGSA Renata Simatupang mengatakan, akan bekerjasama dengan pemerintah Indonesia memperkuat kapasitas SDM pengawas koperasi.

“Ke depannya, dengan meningkatnya jumlah SDM Pengawas Koperasi yang memiliki kompetensi diharapkan akan menekan jumlah Koperasi Simpan Pinjam (KSP)/Unit Simpan Pinjam (USP) yang bermasalah,” kata Renata.

Pelatihan diikuti 20 orang Pejabat Pengawas Koperasi Ahli Muda dan Ahli Pertama.  Hadir sebagai fasilitator yakni Dr. Ahmad Subagyo, SE, MM, CRB Ketua Umum Indonesia , Microfinance Expert Association dan Bambang Wahyudiono, SE, MM, QIA Assesor Kompetensi IMFEA USAID.(Jef)