Arsip Tag: UMKM eksportir

BNI Xpora Jadi Jembatan UMKM Indonesia dengan Eksportir dari Belanda

Jakarta:(Globalnews.id)- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI terus mendorong peran BNI Xpora sebagai jembatan untuk mempermudah UMKM Indonesia menuju go global.

Melalui Kantor Luar Negeri (KLN) Amsterdam, BNI mengakomodir terhubungnya produk UMKM Indonesia ke pasar Negeri Kincir Angin melalui Nesia Food Amsterdam, Belanda.

Adapun, Nesia Food merupakan perusahaan milik Takim Santosa yang memasok beragam produk Indonesia, mulai dari makanan ringan, mi instan, teh kemasan, sambal, sampai produk segar seperti sayur dan rempah. Setiap bulan, minimal dua sampai tiga peti kemas penuh berisi barang-barang dikirim dari Indonesia ke Belanda.

Takim menyampaikan, usaha ini dibangun sejak 2017 setelah sempat menimba pengalaman bekerja di perusahaan eksportir lain. Sebelum memulai bisnis sendiri, dia banyak belajar semua hal administrasi seperti sertifikasi dan perizinan.

Menurutnya, BNI banyak membantu memfasilitasi Nesia Food untuk kebutuhan transaksi, hingga business matching. “Melalui Nesia Food, kami ingin lebih banyak mempopulerkan makanan dan produk Indonesia di Amsterdam dan di Eropa. Sejauh ini produk-produk Indonesia tersebut sudah dipasarkan hingga ke luar pasar Belanda, mulai dari Yunani, Finlandia, Swedia, Jerman, hingga Prancis,” katanya.

Takim menambahkan, produk yang dipasok tersebut sampai ke pengepul toko-toko berikutnya untuk dapat menjangkau pemasaran yang lebih baik.

“Produk yang kami jual tidak hanya dari pabrik, tetapi UMKM juga banyak. Seperti snack-snack tradisional seperti tampa, dan cobek yang itu semua berasal dari UMKM,” katanya.

Head of International Banking and Financial Institutions Division BNI Rima Cahyani mengatakan, melalui program BNI Xpora, maka jalan untuk UMKM Indonesia menuju go global semakin mudah.

Saat ini, BNI memiliki puluhan ribu mitra UMKM yang dapat dihubungkan dengan para diaspora produktif yang ada di Belanda.

“Jadi kalau Pak Takim sudah jelas beliau butuh apa saja, BNI selalu siap untuk mencari produk yang dibutuhkan. Bahkan, terakhir kami memfasilitasi setengah ton gula kelapa untuk Pak Takim, sedang dalam perjalanan,” jelas dia.

Sejalan dengan hal tersebut, program BNI Xpora telah menjadi wadah digital yang memudahkan business matching antara pelaku UMKM yang ingin ekspor dengan pembeli di luar negeri. Tidak hanya menjadi penghubung, melalui BNI Xpora, perseroan juga mampu memberi solusi untuk UMKM secara menyeluruh.

“Selain memperluas akses pasar, sejumlah program seperti pelatihan, promosi dan layanan keuangan seperti pendanaan juga diberikan kepada para pelaku UMKM,” sebutnya. (Jef)

Kementerian BUMN Apresiasi Program BNI Xpora yang Bantu UMKM Ekspor

Jakarta:(Globslnews.id)-Kementerian Badan Usaha Milik Negara mengapresiasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI melalui program BNI Xpora yang proaktif membantu pelaku UMKM untuk dapat go global.

Staf Khusus BUMN Arya Sinulingga berpendapat saat ini pelaku UMKM dapat dengan mudah menghubungi BNI untuk segala macam kebutuhan mulai dari pendampingan, pendanaan, hingga business matching untuk go global.

“Jadi semua yang dimiliki BUMN itu kita manfaatkan untuk mendorong UMKM. Mulai dari lokal, pembukaan pasar, pembukaan pasar global kita dorong BNI masuk ke sini. Dengan cara begini kalau ada UMKM yang punya market bagus dan butuh pendanaan, biasanya kami langsung rekomendasikan ke BNI Xpora. Karena kita lihat ini yang paling bermanfaat,” ungkapnya.

Adapun, BNI Xpora sendiri merupakan sebuah one stop shopping solution untuk mendukung potensi UMKM Indonesia agar dapat mengembangkan bisnisnya. BNI Xpora hadir dengan berbagai program, yang salah satunya adalah membantu memberi pelatihan dan pendampingan terkait peningkatan kualitas produk, sehingga dapat bersaing sampai kancah internasional.

BNI Xpora juga telah bekerja sama dengan berbagai instansi dalam memberikan pelatihan terkait prosedur dan lisensi ekspor seperti Kementerian Perdagangan, Bea Cukai, Bank Indonesia (BI) dan lainnya.

BNI Xpora juga akan memberikan program pembiayaan dengan bunga kompetitif dan proses yang lebih mudah, yang bernama Fast Trex untuk mengatasi masalah ini.

Selain itu, BNI Xpora menyediakan wadah digital portal bagi para pelaku UMKM dan diaspora atau global buyer untuk bertemu dan melakukan match making. Digital portal BNI Xpora juga menyediakan berbagai informasi serta solusi bagi para pelaku ekspor. Melalui BNI Xpora, UMKM diberikan akses pasar ke luar negeri berupa penyediaan event pameran maupun business matching dengan diaspora atau global buyer.

Arya mengatakan bahwa BNI Xpora menjadi bentuk keberpihakan BUMN kepada UMKM yang ingin go global.

“BNI memang didorong oleh Pak Erick Thohir untuk mendorong dan mengembangkan bisnis-bisnis diaspora di luar negeri. Kita kan tahu teman-teman dari Thailand dan Vietnam itu kan sangat disupport oleh pemerintahnya. Jadi kita dorong ke sana juga. BNI juga memberikan fasilitas kredit bagi kawan-kawan Indonesia UMKM,” ujar Arya. (Jef)

Tingkatkan Kapabilitas UMKM, BNI Dorong Xpora Melayani Kebutuhan UMKM Berlandaskan UMKM Ekspor & Diaspora, Digital Value Chain dan Ekosistem Unggulan

JAKARTA:(Globalnews.id)- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI berkomitmen untuk berkontribusi terhadap perekonomian nasional, salah satunya dengan mengembangkan UMKM di Indonesia. Melalui Xpora, BNI hadir melayani kebutuhan UMKM berlandaskan 3 fokus strategis yaitu UMKM Ekspor & Diaspora, Digital Value Chain dan Ekosistem Unggulan.

Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengatakan dalam melakukan ekspor, pelaku UMKM kerap menghadapi beberapa tantangan seperti persaingan produk, prosedur & lisensi ekspor, akses permodalan, hingga akses pasar global.

BNI berupaya membantu UMKM menghadapi tantangan tersebut dengan menghadirkan solusi pemberdayaan UMKM Xpora, yang membantu UMKM mulai dari peningkatan kapabilitas, digitalisasi proses bisnis, menghadirkan akses pasar online dan akses pasar ekspor. Ekosistem Xpora langkah kolaborasi BNI untuk menjawab tantangan UMKM.

“Xpora menjadi pintu masuk UMKM dan pengusaha ke dalam ekosistem BNI yang telah tumbuh besar, dengan cara menawarkan kemudahan untuk meningkatkan penjualannya hingga membantu mencari pembeli potensial. Tentunya BNI juga memberikan akses pada digitalisasi proses bisnisnya,” kata Okki.

Okki menambahkan untuk mendapat informasi seputar program dan fitur Xpora, UMKM dapat mendatangi Hub Xpora yang saat ini telah tersebar di 7 kota antara lain Medan (KK Juanda), Jakarta (KCP Smesco), Bandung (KCU JPK), Solo (KCP Sebelas Maret), Surabaya (KCU Surabaya), Makassar (KCU Makassar), dan Denpasar (KCU Gajah Mada).

Masyarakat juga dapat menghubungi BNI Call maupun mengunjungi Digital Platform Xpora untuk mendapatkan informasi yang lebih detail terkait solusi ekspor bersama Xpora.

Sementara itu untuk menjangkau menghubungkan UMKM dengan buyer yang berada di luar negeri, BNI mengandalkan kantor cabang luar negeri (KCLN) yang saat ini telah tersebar di London, New York, Amsterdam, Seoul, Singapura, Tokyo, dan Hongkong.

Okki mengatakan KCLN juga berperan dalam menciptakan akses untuk eksportir Indonesia ke pembelian luar negeri, menawarkan solusi keuangan ke diaspora untuk scale up, dan berkolaborasi dengan asosiasi untuk mempromosikan produk Indonesia.

“KCLN BNI juga memberikan edukasi mengenai pasar luar negeri, potensi ekspor dan tentunya prosedur ekspor di masing-masing wilayah,” kata Okki.

BNI mencatat hingga Maret 2023 kredit yang berorientasi pada ekspor mencapai Rp25,77 triliun, dengan non-performing loan (NPL) sebesar 1,12%. Adapun pendapatan bunga dari kredit yang berorientasi pada luar negeri tersebut sebesar Rp330 miliar. Sementara itu total CASA yang dihimpun sebesar Rp3,77 triliun.

Dalam mendorong penetrasi Xpora lebih dalam lagi, BNI menyiapkan Xpora Digital Portal yang akan membantu UMKM dalam melakukan diagnosis bisnis, mengajukan pendanaan, mengikuti pelatihan, mendapatkan solusi digital untuk bisnis, dan melakukan business matching.

“Xpora sebagai One Stop Shopping Solution hadir untuk mendukung meningkatan potensi UMKM Indonesia agar dapat mengembangkan bisnisnya menuju UMKM Go Productive, Go Digital, & Go Global. Xpora tentunya juga menjadi pusat layanan bagi para diaspora Indonesia yang berada di luar negeri,” kata Okki. (Jef)

MenKopUKM: Industri Furnitur Lokal Harus Mampu Bidik Pasar Ekspor Alternatif

Jakarta:(Globalnews.id) – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mendukung industri furnitur dan home decor di Indonesia terus memperluas akses pasarnya mengingat Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang selama ini menjadi pasar terbesar industri tersebut sedang mengalami resesi ekonomi.

“Dalam beberapa waktu ke depan industri furnitur dan home decor harus membidik pasar alternatif tak hanya Amerika dan Eropa tetapi juga Timur Tengah misalnya. Karena dunia sedang mengalami perubahan kekuatan ekonomi. Ini tak sebentar saja terjadi. Kita harus melihat potensi market baru, jangan hanya fokus di market tradisional itu-itu saja,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam acara launching Pameran ‘The International Furniture and Craft Fair Indonesia atau (IFFINA),’ di Jakarta, Selasa (9/5).

Menurut Menteri Teten, tidak hanya di dalam pasar domestik, negara tujuan ekspor lainnya juga diharapkan terus dikembangkan. Sehingga pasar global dan para buyer internasional tidak perlu lagi datang ke pameran-pameran furnitur di luar negeri, namun bisa langsung datang ke pameran furnitur di Indonesia termasuk di pusat-pusat showcase cluster furniture/home décor.

Mengutip dari KataData pada 2022, ekspor produk furnitur dan kerajinan Indonesia mencapai 3,5 miliar dolar AS (Rp51,65 triliun), serta menyerap sebanyak 143 ribu orang tenaga kerja dari 1.114 ribu perusahaan. Pemerintah menargetkan ekspor industri furnitur dapat menembus 5 miliar dolar AS (Rp73,78 triliun) pada 2024.

“Furnitur menjadi kekuatan ekonomi Indonesia karena Indonesia punya sumber daya alam berupa bahan baku yang kaya. Dan furnitur ini mampu menciptakan lapangan kerja yang besar,” katanya.

Selanjutnya pada 2022, sebesar 90 persen produk hasil industri furnitur dipasarkan di luar negeri dengan Amerika Serikat sebagai pangsa pasar terbesar produk furnitur Indonesia yang menyerap 51 persen, dari total nilai ekspor furnitur lokal, sementara pasar Eropa menyerap sekitar 19 persen.

Untuk itu, salah satu upaya dalam memperluas akses pasar tersebut, maka digelar pameran IFFINA 2023 yang diinisiasi oleh Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO). Di mana event internasional tersebut akan dilaksanakan pada 14-17 September 2023, di ICE BSD City, Tangerang, Banten.

Menteri Teten berharap, IFFINA dapat menjadi wadah bagi pelaku usaha UMKM di sektor furnitur untuk memperluas akses pasar. “Nanti harus lebih banyak lagi event furnitur di dalam negeri. Karena importir lebih senang ada pusat furnitur, sehingga tak perlu blusukan ke berbagai workshop lebih baik datang ke satu tempat produknya,” kata Teten.

MenKopUKM menyebutkan, dalam rangka mendorong peningkatan spesifikasi para pelaku UKM di sektor furnitur untuk berstandar internasional. Seperti, pendirian rumah produksi bersama (factory sharing) sektor furnitur yang berlokasi di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Menurut Teten, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) juga mendorong terciptanya produk furnitur/home décor yang ramah lingkungan, dengan pemanfaatan material dari bambu, bahan recycle (plastik). Pada 2023 ini, KemenKopUKM akan membangun factory sharing pengolahan bambu di Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Bambu pertumbuhan cepat, sehingga isu lingkungan bisa difokuskan lebih cepat. Bambu juga lebih produktif empat kali lipat dari jenis kayu lainnya. Seperti IKEA misalnya, mereka hingga kini masih menggunakan material bambu dari China, namun sebenarnya bambu kita juga lebih kompetitif,” katanya.

Bahkan ada sekitar pengembangan 40 ribu bambu yang ada di NTT, bersama Pemerintah, KemenKopUKM terus berupaya mempeluas bambu di daerah. “Upaya ini dapat mendorong kapasitas produksi dalam skala massal yang terstandardisasi,” ujarnya.

Selanjutnya, KemenKopUKM menginisiasi program SMExcellence yaitu melalui kegiatan kurasi, business matching antara UMKM dan aggregator/ buyer representative di sektor furnitur dan home décor agar pelaku UKM mampu menciptakan produk–produk yang dapat bersaing dan diterima pasar global.

Teten menegaskan, industri kreatif termasuk furnitur, home decor, dan home ware memiliki keunggulan kompetitif dibanding negara lain, karena Indonesia memiliki bahan baku yang beraneka ragam serta kreativitas dan tenaga kerja yang terampil.

“Saya berharap melalui kegiatan ini, dapat memperkuat pasar domestik industri furnitur dan memperkenalkan Indonesia di pasar internasional karena pasar kita sangat besar,” ucap MenKopUKM.

*Pameran Internasional IFFINA*

Di kesempatan yang sama, Ketua Umum ASMINDO Dedy Rochimat mengatakan, pihaknya kembali akan menggelar IFFINA, setelah sebelumnya sempat vakum selama enam tahun. Tahun in merupakan ke-10 kalinya penelenggaraan IFFINA sejak pertama kali digelar pada 2008, kali ini IFFINA akan didukung oleh tiga Kementerian terkait, yakni Kementerian Perindustrian, KemenKopUKM, Kementerian Perdagangan, serta Bank Indonesia (BI).

Dedy menyebut, industri mebel dan kerajinan merupakan industri yang PDB-nya terus tumbuh sejak enam tahun terakhir. Selain itu, pasar mebel dunia adalah pasar yang sangat potential bagi Indonesia. Pada 2022 saja, pasar mebel dunia berhasil mencatat pendapatan secara global sebesar 695 miliar dolar AS (Rp l10.256,8 triliun) dan diprediksi meningkat menjadi 766 miliar dolar AS (Rp11.304,6 triliun) pada akhir 2023.

“Tetapi jika dibandingkan dengan Indonesia, industri mebel indonesia saat ini baru bisa mencatatkan pendapatan sebesar 2,8 miliar dolar AS (Rp41,32 triliun) tahun 2022, yang secara ranking global menempatkan kita di urutan ke-17 dunia dan ke-4 di regional asia, masih di bawah China, Vietnam, dan Malaysia,” kata Dedy.

Menurut dia, angka tersebut masih cukup kecil, padahal industri mebel merupakan industri strategis yang memiliki banyak manfaat. Selain menjadi industri penghasil devisa yang kuat, industri mebel juga memiliki nilai tambah yang tinggi karena rantai nilai yang panjang dan keunggulan pada sumber daya alam Indonesia yang melimpah.

“Kita punya hutan produksi seluas 68 juta hektare, kita produsen 85 persen rotan dunia, dan kita nomor tiga produsen bambu terbesar dunia setelah China dan India. Industri mebel juga menjadi penyerap tenaga kerja yang besar karena termasuk dalam industri padat karya yang menyerap 500 ribu tenaga kerja langsung per tahun 2021,” ungkapnya.

Selain itu, industri mebel juga menciptakan multiplier effect yang luas bagi industri lainnya dan berkontribusi menggerakkan sektor industri lainnya melalui produk-produk bahan baku dan bahan pendukung yang dibutuhkan dalam menghasilkan produk mebel.

“Setelah pandemi berakhir dan perdagangan lintas negara sudah mulai lancar kembali, sudah saatnya bagi Indonesia untuk mendorong produksi mebel dan kerajinan, baik untuk pasar ekspor maupun kebutuhan pasar dalam negeri,” kata Dedy.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menambahkan, sektor industrial memberikan kontribusi sebesar 53,4 persen ke PDB Non Migas, di mana industri furnitur berkontribusi sebesar 1,3 persen dengan nilai ekspor sebesar 2,47 miliar dolar AS pada 2022, atau turun 2 persen dari ekspor tahun 2021. Diprediksi, tren ini masih akan terjadi tahun ini dan tumbuh pada 2024.

“Kontraksi disebabkan oleh kondisi global yang harus terus diwaspadai. Namun kami yakin, melihat kondisi pasar dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) per April 2023 sebesar 51,38 persen berada di level ekspansi. Artinya, industri furnitur perlahan masuk kategori ekspansi dan mulai bangkit lagi. Hal ini perlu dimanfaatkan oleh pelaku industri Tanah Air, agar terus lebih baik dan berdaya saing,” kata Putu.

Untuk itu, Kemenperin katanya, fokus pada tiga strategi dalam mengubah stagnasi industri furnitur. Pertama, mengalihkan pasar ekspor terdampak resesi ke pasar domestik.

Kedua, bersama kementerian terkait, memperluas negara tujuan ekspor ke pasar non tradisional dengan membentuk satgas. Dan ketiga, memperkuat media promosi lewat pameran fisik dan media digital.(Jef)

Dukung BRILianpreneur, MenKopUKM Optimistis Target Ekspor UMKM 17 Persen Tercapai

Jakarta:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki optimistis target kontribusi ekspor produk UMKM Indonesia pada 2024 bisa menembus 17 persen, di mana saat ini baru menyentuh angka 15 persen.

“Kami menyambut baik upaya dari berbagai pihak yang turut mendorong kontribusi ekspor UMKM terus meningkat,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam acara Opening Ceremony UMKM Expo(rt) BRILianpreneur di JCC, Jakarta, Kamis (15/12).

Salah satunya melalui event yang digelar PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, UMKM Expo(rt) BRILianpreneur di Jakarta Convention Center (JCC) pada 14-18 Desember 2022, yang diharapkan kontribusi ekspor UMKM bisa mencapai target Pemerintah pada 2024.

“Kita di tahun 2024 menargetkan ekspor naik 17 persen. Hari ini ekspor produk UMKM kita baru 15,65 persen masih rendah jika dibandingkan dengan Korea Selatan sebesar 19,7 persen, Malaysia 17,3 persen, dan Thailand sebesar 28,7 persen,” ucap MenKopUKM.

Menteri Teten turut mengapresiasi capaian business matching antara UMKM dan buyer di BRILianpreneur per Kamis (15/12) yang sudah menyentuh kontrak bisnis di angka Rp1,2 triliun. Ia menyakini, angka tersebut terus naik hingga berakhirnya gelaran event BRILianpreneur. “Saya mendukung penuh kegiatan BRILianpreneur dan mengajak masyarakat menggunakan produk lokal dan bangkit bersama,” ucap Teten.

Meski begitu kata MenKopUKM, hal itu juga tak lepas dari tantangan yang ada. Setidaknya disebutkan Teten, ada tiga kendala yang dihadapi UMKM dalam melakukan ekspor yaitu, kualitas, kuantitas yang terkait logistik, dan literasi.

Dalam mengatasi berbagai kendala dan tantangan tersebut, KemenKopUKM aktif menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Bea Cukai, lembaga pembiayaan, maupun lembaga sertifikasi terkait percepatan ekspor.

Tak hanya itu, diperlukan juga terobosan dan strategi efektif bagaimana fokus melakukan pendampingan secara terus-menerus. Termasuk memperbaiki ekosistem terhadap produk yang mempunyai potensi ekspor. “Di mana market demand-nya ada, karena banyak pula komoditas produk UMKM yang diekspor tapi ekosistemnya belum baik, harus diperbaiki bersama seluruh pihak,” kata Menteri Teten.

Ia menekankan, sebesar 96 persen lapangan kerja disediakan oleh usaha mikro. Namun, karena lapangan kerja yang tersedia juga harus berkualitas, ia pun mendorong usaha mikro lebih lagi dan naik kelas, sehingga kapasitas maupun kualitas produknya yang dihasilkan berkualitas.

MenKopUKM mendorong pembiayaan kepada UMKM bukan hanya modal kerja, tetapi juga investasi untuk meningkatkan kapasitas. Di dalam negeri, Pemerintah aktif meningkatkan belanja UMKM dengan target 40 persen tahun ini.

“Tapi Presiden Jokowi memberikan arahan angka tersebut terus ditingkatkan. Saya yakin kita bisa berhasil dan mampu menyerap lebih dari 40 persen produk UMKM. Termasuk UMKM yang masuk dalam rantai pasok industri dan BUMN,” katanya.

Menteri Teten mengatakan, Pemerintah terus mengampanyekan konsumsi produk UMKM sebab hal itu terbukti di capaian pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 mencapai 5,7 persen, yang sekitar 54 persennya ditopang oleh konsumsi rumah tangga melalui belanja produk dalam negeri.

Di kesempatan yang sama, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, tahun lalu penyelenggaraan BRILianpreneur diikuti oleh 500 UMKM. Sementara tahun ini BRILianpreneur melibatkan 500 UMKM bazaar dan 250 UMKM showcase di mana pada tahun lalu mencapai transaksi sebesar Rp10,3 miliar. “BRILianpreneur kali ini kami targetkan tembus Rp 15 miliar,” ucap Sunarso.

Sedangkan nilai kontrak ekspor dari business matching BRILianpreneur tahun lalu mencapai 65 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 1 triliun. Dan tahun ini ditargetkan bisa menembus 75 juta dolar AS (Rp 1,17 triliun).

“Dapat saya laporkan sejak 8 Desember 2022 sampai hari ini nilai kontrak ekspor sudah tembus 76,74 juta dolar AS atau senilai Rp 1,2 triliun. Buyer tahun lalu sebanyak 14 negara, dan tahun ini kita bawa 20 negara yang sudah melakukan business matching,” katanya.

Selanjutnya kata Sunarso, saat pandemi COVID-19 banyak UMKM yang bisnisnya diterjang bahkan kalang kabut. BRI pun merestrukturisasi kredit yang nilai akumulasinya mencapai Rp252,7 triliun kepada 3,9 juta pelaku UMKM. Adanya restrukturisasi tersebut sambungnya, sebanyak Rp91 triliun kredit telah dilunasi oleh UMKM selama dua tahun berjalan.

“Memang ada yang tidak bisa diselamatkan yaitu mencapai Rp12,75 triliun atau sekitar 5 persen dari total restrukturisasi yang diberikan BRI. Saat ini sisa restrukturisasi sebesar Rp116,45 triliun diharapkan mereka segera keluar dari restrukturisasi,” katanya.

Sunarso menegaskan, BRILianpreneur menjadi salah satu upaya BRI dalam kontribusinya menyejahterakan rakyat melalui pengembangan UMKM, menyediakan lapangan kerja dari segmen UMKM agar Indonesia lebih sejahtera.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menambahkan, acara BRILianpreneur juga selaras dengan Gerakan Bangga Buatan Indonesia (GBBI) yang mengajak seluruh masyarakat menggunakan produk lokal dari UMKM.

“Semakin tingginya kesadaran menggunakan produk lokal, saya yakin meski di tahun depan kita dihadapkan dengan ancaman resesi, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi masih bisa tumbuh di atas 5 persen. Ditambah lapangan kerja yang tercipta dari UMKM juga terus tumbuh dan berkualitas, dengan mengangkat serta menaikkelaskan usaha mikro ke kecil, kecil ke menengah, menengah ke usaha besar,” ucapnya.(Jef)

MenKopUKM Paparkan 6 Kemudahan Tingkatkan Ekspor Produk UMKM

Makassar:(Globalnews.id) – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki memastikan bahwa pemerintah terus memberikan berbagai macam kemudahan untuk mendukung upaya peningkatan ekspor produk UMKM salah satunya terkait pembentukan ekosistem ekspor.

“Di dalam ekosistem ekspor ini mempertemukan aggregator dan pelaku UMKM ekspor yang didukung lembaga pembiayaan ekspor seperti Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan BNI Xpora, termasuk business matching antara aggregator dengan UKM,” kata MenKopUKM Teten Masduki pada penutupan acara Xpora International Logistic & Trade Expo 2022, di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (14/12).

Kedua, capacity building yang terkait pengembangan kapasitas dan kemampuan ekspor UMKM disertai dengan pendampingan dan fasilitasi standardisasi. “Begitu juga dengan sertifikasi ekspor produk UMKM seperti organic, HACCP, BRC, ISO, hingga pembentukan Rumah Produksi Bersama,” kata Menteri Teten.

Ketiga, fasilitasi buyer mapping dan market intelligence untuk produk natural ingredients ke pasar Eropa. “Kami sudah bekerja sama dengan Swiss Import Promotion Program atau SIPPO. Kita akan kloning apa yang sudah dilakukan SIPPO,” ucap MenKopUKM.

Keempat, kolaborasi perluasan pasar dengan Diaspora Indonesia yang menjadi aggregator. Di antaranya, Pasar Norwegia, kerja sama dengan Kadin dalam bentuk Indonesia Trading House di Swiss hingga kolaborasi antara KemenKopUKM, Kementerian Agama, Kementerian Perdagangan, dan Kadin, untuk pemenuhan kebutuhan jemaah haji dan umroh.

Kelima, perluasan pasar melalui platform e-commerce seperti shopee, Lazada, dan Amazon. Keenam, adanya katalog promosi digital UKM potensial ekspor melalui website https://smesta.kemenkopukm.go.id.

“Mengingat banyaknya jumlah UMKM dan tidak semua UMKM memiliki kapasitas SDM yang memadai untuk mengekspor produk, maka KemenkopUKM menekankan pengembangan agregator. UMKM yang berhasil mengekspor produk didorong untuk menjadi agregator agar membantu UKM lainnya dalam mengekspor barang,” ucap Menteri Teten.

Menteri Teten menambahkan, pemerintah menargetkan kenaikkan kontribusi ekspor UMKM nasional di kisaran 17 persen pada 2024. Target tersebut, tentu memerlukan kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak seperti yang saat ini dilakukan BNI Xpora dan Bea Cukai untuk mendorong kontribusi ekspor UMKM di Indonesia.

“Saya berharap Xpora International Logistic & Trade Expo 2022 dapat menjadi model yang diterapkan di daerah lain dan memacu semangat UMKM untuk melakukan ekspor,” ucap MenkopUKM.

*Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas*

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Kanwil Bea Cukai Sulbagsel Nugroho Wahyu Widodo menyatakan, seluruh pelaku UKM jangan sibuk berkompetisi, tapi harus mulai berkolaborasi. “Karena, saat ini, kita menghadapi 3 hal yang harus segera kita pastikan. Yakni, kualitas produk harus bagus, kuantitas harus lebih banyak, dan kontinuitas” kata Nugroho.

Oleh karena itu, kata Nugroho, untuk bisa memenuhi pasar internasional, tiga hal tersebut harus segera diwujudkan.

Nugroho pun mengajak para pelaku UKM yang menghadapi kendala atau masalah saat melakukan ekspor, datang ke Bea Cukai untuk dicarikan solusinya. “Karena, pemerintah harus menjadi solusi bagi UKM, khususnya yang ada di Sulsel,” kata Nugroho.

Ia juga menyebutkan, hingga November 2022 terjadi peningkatan ekspor dari UKM lebih dari 50 persen.

Ke depan, Nugroho berharap kolaborasi antara Bea Cukai, Kementerian/Lembaga, Karantina, Imigrasi, Pelindo, dan sebagainya, harus lebih ditingkatkan lagi. “Termasuk dengan perbankan, sebagai wadah pembiayaan ekspor,” ucap Nugroho.

Sebelumnya, Kepala Kantor Pelayanan Bea Cukai Makassar, Andhi Pramono menjelaskan, Xpora International Logistics and Trade Expo merupakan kolaborasi dan sinergi pemerintah dan BUMN, yakni Bea Cukai Makassar dan BNI 46 Wilayah 7 Makassar. Nama Xpora akronim dari Export Assistance Bea Cukai Makassar.

Xpora International Logistic and Trade Expo merupakan ekspo pertama yang menghadirkan seluruh unsur dalam kegiatan ekspor. Mulai dari instansi karantina perikanan, karantina pertanian, FTA Center Kementerian Perdagangan, Sertifikasi Halal Kementerian Agama, HAKI Kementerian Hukum dan HAM, serta tempat pembuatan paspor dari Ditjen Imigrasi. Kemudian, ada lembaga pembiayaan yakni BNI.

Adapun program export assistance merupakan terobosan one stop service dalam suply chain ekspor, dimana UMKM terhubung langsung dengan seluruh pihak, terkait dalam kegiatan ekspor (logistic, buyer, pembiayaan).

UMKM dapat mengurus izin dan konsultasi di satu tempat, seperti perizinan karantina, halal, paten produk, kepabeanan, dan juga terkait pengurusan paspor.

“Ouput dari kegiatan itu adalah penandatangan kesepakatan pengembangan UMKM bersama eksportir penerima fasilitas fiskal, dan investasi ke beberapa UMKM,” kata Andhi.

Hadir pada kesempatan itu Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman.
(Jef)

KemenKopUKM Gelar Pelatihan Vokacional Bagi Pelaku UMKM Gula Semut Banyumas

Banyumas:(Globalnews id)- Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menggelar pelatihan khusus bagi para pelaku UMKM gula semut di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, agar semakin berdaya saing untuk menembus pasar ekspor yang lebih luas.

Deputi Usaha Mikro KemenKopUKM Yulius secara daring dalam acara pembukaan Pelatihan Bagi Usaha Mikro Potensi Lokal Berbasis Ekspor di Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (7/12), mengatakan Kabupaten Banyumas merupakan salah satu daerah penghasil gula semut atau gula kelapa terbesar di Jawa Tengah yang sudah menjangkau pasar ekspor.

“Industri rumahan gula semut turut bertumbuh seiring dengan meningkatnya permintaan gula semut di pasar domestik maupun pasar global,” katanya.

Hal itu mendorong KemenKopUKM untuk menggelar pelatihan bagi pelaku usaha gula semut di Banyumas agar daya saing mereka di pasar ekspor semakin meningkat. Pelatihan tersebut diselenggarakan dari 6-9 Desember 2022 di Banyumas.

“Banyumas dikenal dengan gula kelapanya yang berkualitas serta merupakan salah satu kabupaten dengan produksi gula semut kelapa tertinggi di Indonesia. Diversifikasi produk gula kelapa menjadi gula semut yang dilakukan bahkan telah menembus pasar ekspor,” katanya.

Pelatihan yang diikuti 35 pelaku usaha gula semut ini bersinergi dengan benihbaik.com dan Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM Banyumas.

Pelatihan ini juga menghadirkan ahli bidang ekspor dan pelaku usaha ekspor yang memberikan wawasan dan pola pikir bisnis ekspor bagi peningkatan kapasitas pelaku usaha gula semut.

Lebih dari itu, ada materi pendukung lain mencakup tips membangun fondasi bisnis, Digital Marketing, Optimasi E-Commerce, Perencanaan Periklanan dan Penjualan, Selling Skill, Mencari Pembeli Potensial dari Luar Negeri, Penyiapan Produk, Perhitungan Harga, Pemasaran, Penjualan, Pembayaran, dan Dokumen Ekspor.

Dalam pelatihan ini juga dilakukan Business Matching yang melibatkan Atase Perdagangan Indonesia di Canberra, Australia, Agung Harris Setiawan.

Lebih lanjut Yulius mengharapkan dalam pelatihan tersebut, pelaku usaha dapat memproleh informasi tentang gambaran negara-negara tujuan ekspor baru. Dengan membuka akses pasar ke negara baru tujuan ekspor maka akan dapat meningkatkan skala ekspor gula semut dari Banyumas.

“Kementerian Koperasi dan UKM concern untuk pemberdayaan KUKMKM, salah satunya melalui kegiatan pengembangan kapasitas usaha mikro melalui pelatihan. Kali ini fokus pada pengembangan pasar baik lokal maupun ekspor di sektor pertanian khsususnya produksi gula semut,” kata Yulius.

Yulius mendorong peserta pelatihan memanfaatkan pelatihan yang berlangsung selama tiga hari tersebut untuk menambah wawasan, membangun inovasi, dan semakin mantap menjalankan usaha.

Di samping itu, Yulius menekankan pentingnya beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang ada dan menjalan kolaborasi atau jejaring dengan sesama pelaku usaha.

Usaha gula semut, dikemukakan Yulius, telah berkontribusi terhadap pergerakan ekonomi Provinsi Jawa Tengah termasuk berkontribusi bagi ekspor UKM nasional hingga mencapai 14,4 persen.

Oleh sebab itu, dengan semakin meningkatnya ekspor gula semut maka diharapkan berdampak pula terhadap pencapain target ekspor UKM nasional.(Jef)

Hobi Menjahit Jadi Rezeki, CV Zelia Tembus Pasar Malaysia

Bandung:(Globalnews.id) – “Pekerjaan yang paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar,” kutipan populer ini sangat tepat menggambarkan sosok Emilia ketika mengembangkan CV Zelia.

Perempuan yang akrab disapa Lia ini menceritakan perjalanannya dalam menekuni hobinya, dari mulai sekadar bersenang-senang hingga sukses memasarkan produknya ke Malaysia.

Baginya menjahit dan fashion merupakan hobi yang ia tekuni sedari dulu, sehingga pekerjaan yang dikerjakan saat ini terasa menyenangkan.

“Cintai dulu pekerjaannya, maka apapun masalah atau resikonya akan dijalani dengan senang,” kata Lia saat ditemui di kantor CV Zelia beberapa waktu lalu.

Bermula dari tahun 2010 Lia mulai membangun usaha di bidang konveksi sebagai vendor jahit dari brand-brand besar, namun setelah 7 tahun berjalan, pada tahun 2017 Lia mantap membangun brand sendiri yang ia beri nama ZLY.

Bukan tanpa alasan, Lia memiliki prinsip bahwa jika perusahaan ingin besar maka harus memiliki brand sendiri, sehingga mempunyai kontrol dan tujuan.

“Dengan membuka brand sendiri saya punya banyak peluang dan jalan untuk membesarkan usaha serta memudahkan dalam penyusunan target,” kata Lia.

ZLY mulai dikembangkan melalui kerjasama di dua cabang yaitu di Asia Plaza Sumedang dan Yogya Tegal, hingga sekarang sudah memiliki setidaknya 30 cabang dengan 50 karyawan.

Tidak berhenti pada mengembangkan bisnis, nampaknya jiwa sosial Lia yang begitu besar membuatnya berkeinginan agar bisnisnya menjadi manfaat bagi masyarakat khususnya bagi orang terdekat yaitu tetangganya.

Baginya, sebaik-baiknya bisnis adalah bisnis yang memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada sesama.

“Kita berdayakan dari mulai tukang payet, tukang potong kain, staf hingga sopir adalah orang-orang yang berada di sekitar lingkungan saya, jika tidak ada baru kita cari orang luar,” ucap Lia.

Pada tahun 2022 merupakan permulaan bagi ZLY untuk mengepakan sayapnya ke pasar Internasional. ZLY terbukti berhasil mengenalkan produknya hingga ke Negeri Jiran.

“Kita sudah mau ekspor, barangnya sudah kita siapkan, MoU juga sudah dibuat, inshallah bulan ini mulai berjalan ekspor ke Malaysia,” tuturnya.

Saat high season jelang lebaran, ZLY mendapat permintaan tiga hingga empat kali lipat dari biasanya, dari situlah Lia mulai memutar otak bagaimana cara mendapatkan suntikan modal.

Hingga akhirnya dia menemukan solusi dengan mengikuti kegiatan pendampingan pembiayaan yang diadakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM.

“Kepada KemenKopUKM saya ucapkan terima kasih banyak, dengan adanya rangkaian kegiatan yang diberikan jadi membuka wawasan kita bahwa ternyata banyak alternatif pilihan pendanaan UKM, sehingga kita dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan kenyamanan masing-masing,” ucap Lia.

Berkat tambahan modal yang Lia terima dari Bizhare yang merupakan mitra KemenkopUkm sebesar Rp1,2 miliar serta dengan keuletannya, ZLY berhasil menambah 7 outlet baru. Dari segi omzet, pada tahun ini ZLY mampu melampaui target yaitu sebesar Rp5 miliar dari target Rp3,8 miliar pertahunnya.

Dari kesuksesannya tersebut, Lia berharap ZLY dapat terus bekembang agar bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru. Di samping itu, yang menjadi fokus utamanya adalah memberikan kesejahteraan bagi seluruh pegawainya. Lebih lanjut, Lia juga berharap kedepan KemenKopUKM dapat terus melakukan pelatihan serta pendampingan untuk menambah skill pelaku UKM.(Jef)

KemenKopUKM dan BRI Kolaborasi di KTT G20 Gelar Mini Showcase UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2022

Bali:(Globalnews.id)- Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bersama Bank Rakyat Indonesia (BRI) berkolaborasi pada side event KTT G20 menggelar mini showcase UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2022 selama ajang G20 pada 15-16 November 2022 di Apurva Kempinski, Bali.

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki di Bali, Rabu (16/11/2022) menyambut baik kolaborasi antara KemenKopUKM dan BRI dalam mempersiapkan mini showcase di The Apurva, Kempinski, Bali tersebut.

“Dukungan dan kontribusi positif ekosistem Brilianpreneur dalam ajang internasional G20 sangat membantu pertumbuhan UMKM Indonesia,” kata MenKopUKM.

Menurut Menteri Teten, digelarnya KTT G20 juga menjadi momentum yang tepat untuk menstimulasi kebangkitan perekonomian Indonesia.

“Salah satunya inisiatif PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk melalui mini Showcase Apurva Kempinski yang menghadirkan karya terbaik pelaku UMKM untuk diperkenalkan kepada para delegasi. Hal tersebut dapat menjadi inspirasi dan acuan bagi para pelaku UMKM lainnya untuk semangat, bangkit, dan optimistis dalam memajukan produk lokal ke dunia ke pasar global,” katanya.

Mini showcase ini merupakan bagian dari rangkaian event Road to UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2022, dan bertujuan untuk memperkenalkan produk UMKM Indonesia melalui kualitas dan cerita dari proses produksinya kepada delegasi KTT G20.

Sebagai bentuk dukungan dalam penerapan ESG, mini showcase yang bertempat di Apurva Kempinski Bali dimana pertemuan puncak KTT G20 ini dilaksanakan, secara eksklusif telah memilih 26 produk creme de la crème yang telah terkurasi dari 502 UMKM peserta.

Menurut Teten, saat ini UMKM tidak hanya fokus pada kreativitas dan kualitas, tetapi berupaya untuk melakukan scale up produk kerajinan artisan lokal dengan memahami isu yang berkaitan dengan pilar ESG tersebut serta meresponsnya melalui berbagai strategi bisnis.

Keunikan proses produksi meliputi kegiatan pemberdayaan perempuan, pengelolaan limbah, dan inklusivitas. “Diharapkan mini showcase ini dapat memberikan gambaran sekilas tentang masa depan produk Indonesia yang tersaji melalui kolaborasi budaya tradisional dengan kontemporer,” katanya.

Terdapat 3 kategori produk yang ditampilkan pada mini showcase UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR yaitu home decor & craft, accessories & beauty, dan fashion & wastra. Peserta UMKM berasal dari beberapa provinsi yang mewakili keanekaragaman budaya Indonesia yaitu Bali, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Selatan.

Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI, Amam Sukriyanto menuturkan, melalui showcase ini, BRI berupaya memperkenalkan beberapa Wastra Nusantara yang sudah mendunia yaitu songket, jumputan, tenun ikat, dan batik jawa.

Sedangkan untuk produk aksesoris telah dipilih UMKM dengan produk yang berbahan baku dari alam dan ramah lingkungan misalnya tanduk kerbau, limbah kain, limbah logam, daun jagung, gedebong pisang, majalah bekas dan limbah paralon/akrilik yang disulap menjadi produk berupa sangkar burung, produk home decor, clutch, kotak music, radio digital, kacamata, gelang, dan tas.

“Kami berharap mini showcase dengan tema ‘Brings MSMEs Indonesia to the World’ pada side event G-20 ini dapat menjadi momentum sarana perluasan akses pasar dan memperkenalkan produk UMKM Indonesia melalui sisi yang berbeda yang dapat dinikmati oleh para pemimpin negara dari anggota KTT G20, pelaku bisnis global hingga organisasi internasional,” katanya.

Ia menambahkan, BRI mempersiapkan UMKM agar bisa menghadapi tantangan pasar global yang tentunya tidak mudah karena akan bersaing dengan produk dari mancanegara, diantaranya melalui program UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR yang bertujuan untuk mengembangkan UMKM hingga memiliki daya saing dan mencapai standar pasar global.

“Upaya ini sekaligus untuk memperluas akses pasar UMKM Indonesia keluar negeri. Untuk itu kami berharap 26 UMKM yang mewakili di mini showcase ini dapat menjadi inspirasi bagi UMKM lain untuk terus meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi pasar internasional,” kata Amam.

Setelah penyelenggaraan mini showcase UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR pada side event G20 ini, BRI bersama KemenkopUKM akan meneruskan kolaborasinya pada acara puncak UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR di JCC Jakarta pada Desember 2022 dengan berbagai rangkaian kegiatan dan pendampingan untuk UMKM go online dan go global.

Kedua pihak juga akan mempersiapkan business matching dengan berbagai buyer lokal dan internasional sebagai perluasan pasar UMKM peserta.

Saat ini buyer lokal ataupun internasional dapat menentukan jadwal business matching dan mendapatkan informasi UMKM peserta UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR melalui www.brilianpreneur.com.

“Diharapkan dengan terwujudnya sinergi kolaborasi Bank BRI bersama Kementerian Koperasi dan UKM ini akan mampu mengakselerasi semakin banyaknya UMKM Tangguh dan berdaya saing kelas dunia,” kata Amam.(Jef)

Kegigihan CV Krudut Pasarkan Produk Furniture Lokal ke Dunia

Solo:(Globalnews.id) – “Nana Karobi Ya Oki” adalah peribahasa Jepang yang bermakna “Jatuh tujuh kali bangkit delapan kali” nampak tepat menggambarkan kegigihan Rudolf Samsi dalam membesarkan CV Krudut. Sebuah pabrik furniture spesialis kursi kulit yang kini produknya telah diekspor ke berbagai belahan dunia.

Pria yang akrab disapa Rudolf tersebut, mulai tertarik dengan bidang furniture dan kulit sejak ia bekerja di tempat usaha kakaknya yang mengerjakan produk serupa.

Perlahan tapi pasti Rudolf mengambil banyak pelajaran dari sana, hingga akhirnya ia bertekad memproduksi dan menjual kursi kulit buatannya.

“Awal dapat pelanggan saya keliling Kota Solo dan Sukoharjo dengan sepeda motor saya. Ketika dapat orderan saya bonceng di sepeda motor saya, tanpa tukang saya kerjakan sendiri bahkan bisa lembur sampai pagi, karena saya selalu berusaha memuaskan pelanggan-pelanggan saya,” kata Rudolf saat ditemui di pabrik CV Krudut beberapa waktu lalu.

Cikal bakal CV Krudut juga dimulai dari ketekunan Rudolf menyuplai hasil produksinya ke pabrik-pabrik besar di Kota Solo sejak tahun 1998, dari sana Rudolf mengumpulkan pundi-pundi ilmu dan rupiah sebelum kemudian berhasil membuka pabriknya sendiri.

Bermula dari pekerjaan yang dikerjakan sendiri, kemudian dibantu dua hingga tiga orang temannya, hingga saat ini mampu membangun pabrik yang memiliki ratusan pegawai. Tak ayal hal tersebut membuat Rudolf bahagia karena mampu memberi lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.

“Ketika saya membuka pabrik, masyarakat di sekitar langsung banyak yang datang untuk melamar, saya langsung terima tanpa perlu ketrampilan tertentu, yang penting mereka niat kerja maka saya akan bimbing mereka, bahkan sekarang pegawai saya 90 persen adalah masyarakat sekitar Sukoharjo,” kata Rudolf.

Kisah manis itu rupanya tak berlangsung lama. Krisis moneter tahun 2008 menjadi ujian bagi Rudolf dalam menjalani bisnisnya. Ia terpaksa harus merelakan rumah tinggalnya untuk dijual, agar tetap bisa memproduksi furniture yang telah dipesan.

Alih-alih menyerah, Rudolf justru mengerahkan seluruh tekad yang ia miliki untuk melewati masa-masa sulitnya. Benar saja, hanya butuh waktu tiga bulan ia telah bisa mendapatkan rumah kesayangannya Kembali, sekaligus keberlanjutan produksinya.

Inovasi juga terus dilakukan oleh Rudolf, mulai dari variasi bahan dasar yang awalnya hanya kulit, berkembang menjadi rotan, plastik, dan enceng gondok. Hingga mengikuti berbagai pameran internasional yang bertujuan untuk perluasan pemasaran.

Terbukti, kini CV Krudut lebih fokus pada ekspor ke berbagai negara besar seperti Amerika, Mexico, Spanyol, Belanda, Italia, Australia, bahkan Israel.

“Mulai tahun 2017 saya mulai rutin mengikuti pameran internasional di Jakarta, dari sanalah saya mendapatkan beberapa pembeli dari luar negeri. Sejak itu kemudian saya rutin mengikuti pameran setiap tahun dan selalu mendapatkan pembeli baru lagi,” tutur Rudolf.

Ketika mendapatkan order dengan kapasitas yang besar dari pembeli luar, Rudolf mulai kebingungan dari sisi permodalan. Dari situlah ia mencoba mencari jalan alternatif hingga menemukan solusi melalui berbagai pendampingan dan pelatihan dari Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) khususnya dalam mengakses pembiayaan pada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).

“Saya juga berterima kasih kepada KemenKopUKM atas bantuannya dalam memberikan pelatihan dan memfasilitasi untuk akses pembiayaan ke LPEI hingga Rp8 miliar, yang kami manfaatkan untuk memperbesar kapasitas produksi, ekspor, menambah modal kerja, hingga membangun pabrik baru,” kata Rudolf.

Berkat kerja keras Rudolf dalam membesarkan CV Krudut, saat ini perusahaannya mampu meraih omzet USD 1,5 juta pertahunnya. Dengan omzet yang besar tersebut pula, Rudolf bahkan dengan bangga mengaku selalu taat pajak, yakni pembayaran pajak CV Krudut yang mencapai Rp44 juta tiap bulan, atau berjumlah sekitar Rp600 juta pertahunnya.

Rudolf berharap, CV Krudut dapat terus berkembang lebih besar, lebih variatif dalam menciptakan produk-produk unggulan, serta mendirikan pabrik-pabrik baru agar kapasitas produksi menjadi semakin besar sehingga mampu memenuhi permintaan konsumennya dengan baik.(Jef)