Arsip Tag: Business Matching

BNI Expo 2024 Jadi Ajang Business Matching UMKM dengan Buyer Mancanegara

JAKARTA :(Globalnews.id) – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI semakin masif dalam mendorong pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk mengembangkan bisnis mereka ke pasar internasional.

Melalui BNI Expo 2024 yang berlangsung selama tiga hari di Hall 1-3A ICE BSD, Tangerang, dari Jumat hingga Minggu, 2 – 4 Agustus 2024, BNI mempertemukan 160 UMKM dengan calon pembeli dari luar negeri seperti Singapura, Australia, Kanada, dan Jepang baik secara online maupun offline.

Beberapa UMKM tersebut bisa ditemui di UMKM Island di pameran yang mengusung tema “Wonderful Journey” itu.

Adapun produk-produk yang diminati oleh calon buyer antara lain kopi, gula aren, snack olahan buah (dried fruits), santan bubuk, bumbu jadi, mie instan bakmi jawa, teh telang, serta tas goni.

Folow up atas Business Matching yang telah dilaksanakan tersebut antara lain pengiriman quotation ke calon buyer, pengiriman sample ke negara tujuan ekspor serta agenda kunjungan pada bulan ke Oktober 2024 dari beberapa calon buyer.

Dalam kesempatan itu, potential buyer dari Singapura juga sempat melakukan kunjungan offline untuk melihat produk minuman cokelat, fashion, dan kerajinan tangan.

Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengungkapkan, kehadiran UMKM di acara ini bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk mereka kepada calon pembeli dari luar negeri.

“Melalui business matching ini, kami berharap para buyer dari negara-negara tersebut akan tertarik untuk memasarkan produk-produk UMKM Indonesia ke pasar mereka,” ujar Okki.

Okki menjelaskan, BNI tidak hanya memberikan kesempatan bagi UMKM untuk memperkenalkan produk mereka, tetapi juga memfasilitasi mereka dalam memperluas pasar melalui BNI Xpora.

BNI Xpora akan terus mendukung ekspor produk lokal dengan memanfaatkan jaringan outlet BNI di berbagai negara, termasuk Singapura, Seoul, Hong Kong, Tokyo, New York, London, dan Amsterdam.

“Ini adalah salah satu cara kami untuk membantu UMKM lokal menembus pasar global,” tambah Okki.

Selain itu, BNI Expo 2024 juga menghadirkan berbagai promo menarik dari tenant UMKM. Misalnya, Roemah Kebaya Vielga menawarkan voucher belanja hingga Rp300.000. Ada juga Latazha yang menawarkan diskon hingga 20% dengan minimal transaksi Rp2 juta.

Selain itu, ada Lusee yang menawarkan diskon 25% all item jika transaksi menggunakan BNI Cards dan QRIS wondr by BNI. Rendang Uni Tutie juga menawarkan diskon Rp10.000 untuk minimal transaksi Rp150.000. Di tenant Ataly Coffee, ada bonus satu cup coffee dengan minimum pembelanjaan Rp200.000 di UMKM Island.

“Dengan adanya business matching ini, BNI optimistis bahwa produk-produk UMKM Indonesia akan semakin dikenal dan diminati di pasar global. BNI berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan UMKM dan membuka peluang pasar yang lebih luas bagi mereka,” tutup Okki. (jef)

Business Matching untuk 4 Klaster Usaha di Ajang Cerita Nusantara

Jakarta:(globalnews.id)- Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) memfasilitasi kegiatan business matching bagi pelaku bisnis di empat klaster yakni subsektor kriya, agriculture/aquaculture, digital aplikasi, serta fesyen dan kecantikan dalam acara Cerita Nusantara: Unveiling the Essence of Indonesia Artistry.

“Khusus untuk sektor kriya diikuti oleh 15 peserta yang antara lain berasal dari Bandung, Banda Aceh, Cirebon, Lombok Timur, Sedang Bedagai, Tanah Datar, dan Surakarta,” kata Deputi Bidang Kewirausahaan KemenkopUKM, Siti Azizah, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (30/11).

Untuk sektor agriculture/aquaculture diikuti oleh 38 peserta yang antara lain berasal dari Malang, Banjarnegara, Musi Banyuasin, Pati, Ngada, Mataram, Bogor, Tangerang, dan Surabaya.

Sementara sektor digital aplikasi diikuti 40 peserta yang antara lain berasal dari Medan, Semarang, Denpasar, Sleman, Sukabumi, dan Garut. Untuk sektor fasyen dan kecantikan diikuti oleh 28 peserta yang antara lain berasal dari Pemalang, Bandung, Surakarta, Jakarta Selatan, dan Banda Aceh.

“Para peserta start-up atau wirausaha ini akan dipertemukan dengan sejumlah investor. Tujuannya agar bisnis mereka bisa naik kelas, salah satunya karena mereka mendapatkan pendanaan sesuai kebutuhan,” katanya.

Azizah mengungkapkan, dalam gelaran Cerita Nusantara, KemenKopUKM juga mengundang pihak asing agar pesan yang ingin disampaikan bahwa Indonesia, terutama untuk kriya dan wastranya sudah siap untuk menembus pasar global. Dua sektor terakhir, kata Azizah, menjadi prioritas yang turut dikembangkan KemenkopUKM karena kriya dan wastra merupakan klaster usaha terbesar di Indonesia.

Di sisi lain, kriya dan wastra juga sudah menjadi bagian perjalanan dari acara Cerita Nusantara. Awal kisahnya, Azizah mengatakan Cerita Nusantara ini ingin mendampingi para pelaku wastra di seluruh Indonesia pada 2021. Kemudian pada 2022, acara itu mengangkat para wirausaha kriya.

Selama dua tahun, KemenkopUKM telah mendampingi kurang lebih 10.000 wirausaha di bidang kriya dan wastra. “Tahun ini kita tutup dengan Cerita Nusantara, sebetulnya ide yang ingin kita tampilkan adalah semua ekosistem di kriya dan wastra yang ada termasuk teman-teman yang saat ini sudah mengembangkan aplikasi-aplikasi start-up juga untuk mendukung pelaku UMKM,” katanya.

Dengan business matching ini, Azizah optimistis program business matching yang dilakukan KemenkopUKM bisa berkembang. Terlebih program ini sudah dijalankan sejak lama, tak hanya berlaku untuk event Cerita Nusantara saja.

Business matching yang dilakukan untuk sektor kriya, kata Azizah, bisa mendorong program Entrepeneur Hub, klaster fesyen dan kecantikan juga bisa mendorong program Entrepreneur Development, sektor pertanian bisa mendorong program Entrepreneur Financial Fiesta (EFF), sementara bidang digital aplikasi bisa mendorong program digitalisasi start-up.

Khusus untuk program Entrepreneur Financial Fiesta (EFF) yang sudah dirilis pada 2023 oleh Deputi Bidang Kewirausahaan, hingga 27 November 2023 telah memfasilitasi pendanaan bagi 253 start-up sebesar Rp 83,2 miliar. Angka ini melampaui target tahun 2023 sebesar Rp 30 miliar atau naik 278 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Azizah merinci, sebanyak Rp24,8 miliar pendanaan diberikan kepada 208 start-up oleh Fintech P2P, sebanyak Rp1,95 miliar diberikan kepada 14 start-up lewat KUR, sebanyak Rp21,3 miliar diberikan kepada 5 start-up dalam bentuk equity, dan sebesar Rp35,2 miliar diberikan kepada 26 start-up dalam bentuk pinjaman.

Azizah mengatakan, sebetulnya total peserta yang mengikuti program business matching ini mencapai 965 wirausaha atau start-up dengan total kebutuhan Rp621 miliar. “Hanya saja setelah dilakukan kurasi dan business matching dengan sejumlah lembaga, akhirnya terpilih 253 wirausaha dengan nilai pendanaan Rp83,2 miliar,” kata Azizah.

Pembiayaan tersebut, kata Azizah, diberikan kepada start-up yang berlokasi di 23 provinsi. “Rata-rata dealnya mencapai Rp327 juta,” kata Azizah.

Azizah mengungkapkan, KemenkopUKM melibat empat corporate accelerator dalam menjalankan business matching. Keempat corporate accelerator tersebut adalah MBN Consulting, ARQAM, SIGER, dan LBS Urun Dana.(Jef)

MUFG dan Bank Danamon Gelar Business and Investment Matching Fair

Jakarta :(Globalnews.id)-MUFG Bank, Ltd. (“MUFG) dan mitra strategisnya PT Bank Danamon Indonesia Tbk (“Danamon”) hari ini menyelenggarakan Business and Investment Matching Fair untuk menghubungkan nasabah korporat dalam ekosistem MUFG dan memberikan akses bagi usaha rintisan (start-up) untuk menjangkau calon investor. Sesi Business Matching secara daring telah diadakan pada tanggal 22 dan 24 Februari, sedangkan sesi tatap muka diadakan hari ini.

Untuk pertama kalinya, MUFG dan Danamon juga mengadakan forum Investment Matching untuk para start-up. Forum Investment Matching ini didukung oleh unit investasi MUFG, yakni MUIP, KFIN dan MARS Capital, yang bertemu dengan para start-up Indonesia untuk memberikan wawasan bisnis. Sekitar 115 nasabah, 150 start-up, dan tiga entitas pembiayaan milik MUFG hadir dalam dua acara tersebut.Acara Business Matching Fair yang diadakan setiap tahun tersebut merupakan platform yang memungkinkan MUFG dan Danamon untuk menghubungkan nasabah kedua bank bertemu dan berjejaring, bertukar wawasan bisnis, menjajaki peluang kolaborasi, dan pada akhirnya diharapkan dapat berujung pada kesepakatan bisnis.

Untuk pertama kalinya, Investment Matching Fair, yang melengkapi acara Business Matching, diadakan untuk para start-up Indonesia bertemu dan berjejaring dengan berbagai entitas pembiayaan MUFG dan mendiskusikan peluang kolaborasi.

Acara ini merupakan kelanjutan dari penempatan dana sebesar US$100 juta untuk pendirian modal ventura yang berfokus di Indonesia, bernama MUFG Innovation Garuda No. 1 Limited Investment Partnership (“Garuda Fund”) oleh Danamon, MUFG dan MUIP.

“Danamon dan MUFG dengan senang hati mengadakan acara ini, yang diharapkan memberikan nilai tambah bagi seluruh nasabah dalam ekosistem MUFG. Kami berharap para nasabah kami akan memperoleh manfaat melalui kesempatan terhubung dengan jaringan MUFG yang terdiri dari perusahaan Jepang dan Asia. Selain itu, nasabah dapat mengidentifikasi kemitraan dan prospek pasca-COVID yang tidak diragukan lagi akan muncul dengan pembukaan kembali Indonesia dan kawasan sekitarnya. Investment Matching Fair untuk para start-up juga akan menjadi pembuka mata kita semua, dan kami berharap dapat bertemu dengan perusahaan-perusahaan menjanjikan yang dapat bekerja sama dengan Danamon di masa mendatang. Kami bertekad mewujudkan komitmen kami, yaitu tumbuh bersama nasabah kami dan membantu mereka menemukan peluang di mana mereka dapat memperkuat bisnis mereka melalui kolaborasi antara MUFG dan Danamon,” ujar Yasushi Itagaki, Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk.

Agenda Business Matching serupa juga diadakan di negara lain oleh mitra strategis MUFG lainnya, Krungsri (Bank of Ayudhya) di Thailand dan Security Bank di Filipina. Acara ini dapat memberikan kesempatan bagi nasabah Danamon untuk membangun koneksi bisnis dengan nasabah anak perusahaan MUFG dan mitra bank, serta korporasi di Jepang.

“Acara ini penting bagi MUFG dan Danamon karena mencakup dan memenuhi kebutuhan kedua sisi supply-demand chain dalam ekosistem MUFG. Business and Investment Matching Fair tahun ini bertujuan untuk menegaskan kembali komitmen kami, yakni tidak hanya mendukung dimulainya kembali geliat bisnis di sektor-sektor utama pasca pandemi, tetapi juga menyoroti kancah start-up yang menjanjikan di Indonesia. Bersama dengan Danamon dan mitra investment fund MUFG, kami berharap dapat terhubung dengan start-up Indonesia dan mengeksplorasi ide-ide baru untuk berkolaborasi dan membantu dunia usaha untuk mengambil langkah menuju pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujar Kazushige Nakajima, Executive Officer, Country Head of Indonesia, MUFG Bank, Ltd.“Danamon dan MUFG telah membangun basis yang kuat untuk mendukung investasi strategis di industri start-up digital Indonesia yang sangat kompetitif. Sebagai investor jangka panjang di Indonesia, MUFG menyediakan ekosistem yang memungkinkan Danamon menjalin kolaborasi antara investor strategis dan start-up dengan skala bisnis dan kapabilitas digital.

Kolaborasi ini memungkinkan Danamon untuk memperkuat penawaran produk, mengamankan akses ke basis nasabah yang lebih beragam, dan menumbuhkan industri keuangan melalui inovasi digital. Kami berharap para nasabah kami dapat memperoleh manfaat dari acara hari ini dan terus mempercayai Danamon sebagai mitra bank pilihan untuk membantu mereka memegang kendali atas kebutuhan dan tujuan keuangan mereka,” ujar Honggo Widjojo Kangmasto, Wakil Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk.

Kedua acara ini diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan nasabah Danamon dan MUFG dengan rantai nilai ekosistem MUFG. Melalui semangat “One MUFG”, MUFG dan Danamon berharap dapat memberikan pendekatan holistik bagi nasabah korporasi dengan pilihan produk dan layanan keuangan yang komprehensif, yang didukung oleh jaringan global MUFG. Dengan pendekatan ini, para nasabah diharapkan dapat mengembangkan bisnis mereka secara berkelanjutan untuk jangka panjang. (Jef)

KemenKopUKM Gelar Business Matching UKM Unggulan dengan Calon Investor

Jakarta:(Globalnews.id) – Dalam rangkaian acara Nusantara Festival Koperasi dan UKM 2022 di Jakarta, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) mempertemukan pelaku UKM unggulan dengan calon investor potensial, lembaga pembiayaan, buyer, dan mitra yang berasal dari dalam dan luar negeri melalui kegiatan business matching.

“Selain mengundang lembaga pembiayaan, buyer dan mitra potensial, kami juga mengundang investor dari dalam dan luar negeri diantaranya Saratoga Investama, Cyberport incubation hub, Findolainen business hub, Value for Women, Food story Group, PT anugrah pratama logistindo, Sampoerna Entrepreneurship Training Center, PT Prima Solusi Medika, BNI, Seed Uno dan Global Innovation & Technology Platform,” kata Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Hanung Harimba Rachman, di Jakarta, Rabu (7/12).

Hanung mengatakan peserta pitching adalah sembilan UKM yang telah melalui proses pendaftaran terbuka pada awal tahun 2022 dan melalui tahapan pendampingan oleh lembaga inkubator Inotek dan MBN Consultant.

Sembilan UKM tersebut bergerak di sektor teknologi dan makanan minuman, diantaranya SPD Speedometer, Botika Teknologi Indonesia, CV. Kirey Natural, CV Nusantara Jaya Food, ZEO Bent Indonesia, Martabak Hawaii, Markas Walet, PT. Bhinneka Karya Jaya Bersama, dan PT. Integrasi BIsnis Eksekutif.

Sebelum melakukan business matching, kata Hanung, pihaknya telah melakukan pendampingan untuk berbagai aspek dalam upaya menarik minat investor dan mitra potensial.

“Kami harapkan segera ada feedback, pertemuan dan diskusi lanjutan guna mencapai kerja sama berkelanjutan,” ucap Hanung.

Hanung juga meyakini dengan adanya business matching ini ke depan akan semakin memperkuat kolaborasi dan kapasitas UKM di Indonesia.

“Semakin kuat kolaborasi antara pemerintah, lembaga pembiayaan, usaha besar, media, dan lembaga inkubator maka semakin kuat UKM kita, dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Hanung.(Jef)

EFF 2022 Sukses Pertemukan 12 Startup dengan 42 Venture Capital Partners

Jakarta:(Globalnews.id)- Entrepreneur Financial Fiesta (EFF) 2022 yang diinisiasi Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) sejak Juni 2022 sukses mempertemukan 12 founder startup dengan 42 venture capital partners dalam 115 matchmaking.

“Matchmaking yang telah dilaksanakan diharapkan dapat membantu startup untuk membuka akses pendanaan yang dibutuhkan serta relasi bagi para founder untuk berbagi pengalaman berbisnis,” ucap Deputi Bidang Kewirausahaan, KemenKopUKM, Siti Azizah dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (25/11).

EFF 2022 menjadi solusi alternatif bagi Startup Inovasi Teknologi untuk mendapatkan akses pendanaan dan pengembangan bisnis yang terbagi pada sesi Matchmaking bersama venture capital partners dan Coaching dengan para ahli.

Ajang ini digelar Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) pada Juni 2022 dan dalam proses pelaksanaannya, EFF 2022 mampu menjaring 1.026 wirausaha. Dari jumlah itu didapatkan 10 Startup Inovasi Teknologi terpilih berdasarkan hasil kurasi oleh para narasumber ahli, mereka juga berkesempatan memaparkan produk pitchnya kepada Venture Capital Partners dalam rangkaian kegiatan Startup Showcase yang dilaksanakan.

Deputi Azizah menambahkan, Program Matchmaking EFF 2022 menjadi salah satu agenda dalam mendukung pemulihan transformatif sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 2 tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional.

“Salah satunya mendorong pembiayaan UMKM bergeser dari sektor perdagangan ke sektor riil,” ucapnya.

Lebih lanjut, EFF 2022 memberikan peluang besar bagi para startup di tahap Validated Business Model dengan traction yang baik pada early stage untuk mendapatkan jejaring venture capital.

Selain itu, para founder startup juga mendapatkan pelatihan intensif untuk memperbaiki proposal bisnisnya sebagai upaya dalam menarik investor agar mau memberikan pendanaan.

Pada kesempatan yang sama Founder Inspigo Tyo Guritno mengatakan program EFF 2022 memberikan banyak insight dan hasil coaching yang diberikan dapat membantu saat proses pitching dibandingkan dengan program lain.

“Materi diberikan oleh para ahli dan business analyst yang disesuaikan dengan bagaimana cara venture capital melihat bisnis startup,” ucap Tyo.

Pelatihan yang dilaksanakan terbagi dalam empat sesi yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para founder untuk memetakan business model, mempresentasikan produk saat pitching, hingga membuat analisis Cohort yang dibutuhkan oleh founder untuk menjelaskan traction. “Salah satu poin penting dari startup, mereka bisa mengakses venture capital partners,” katanya.

Menurut Founders Bangbeli Detha Fajri, program Matchmaking EFF 2022 merupakan program yang guidelinenya sangat sesuai dan on the track. “Penjadwalan program tertata dengan baik dibandingkan program lainnya yang pernah saya ikuti,” ucap Detha.

Natasha Gunawan dari Monk’s Hill Ventures turut memaparkan bahwa tim EFF 2022 bekerja dengan sangat baik dan Monk’s Hill Ventures bersedia mengikuti kegiatan EFF selanjutnya.

Kurasi yang dilakukan terhadap venture capital partners dilakukan secara masif dan terbuka, terlebih lagi para ahli juga menghubungkan venture capital dengan startup berdasarkan venture capital (VC) thesis, sehingga matchmaking yang dilaksanakan sesuai dengan keinginan.

Program EFF berlangsung selama 6 bulan dengan 7 tahapan yang dilakukan oleh 10 Startup terpilih. Penjadwalan yang diberikan tidak hanya terkait pelatihan melainkan juga matchmaking dengan venture capital partners yang difasilitasi oleh tim EFF.

Hal tersebut diupayakan sedemikian mungkin mengingat tujuannya adalah membuka akses pendanaan bagi startup pada tahap early stage untuk meningkatkan skala bisnis bagi para pelaku usaha inovasi teknologi.

Diharapkan nantinya, startup mendapatkan akses pendanaan dari venture capital partners yang telah bergabung dalam Program EFF 2022 dan juga dapat bersinergi dengan Kementerian Koperasi dan UKM untuk meningkatkan pengembangan bisnis UMKM sebagai satu ekosistem.(Jef)

Untuk Ketiga Kalinya, INSA dan JSMEA Gelar Indonesia-Japan Business Matching Forum

Jakarta:(Globalnews.id)- Untuk ketiga kalinya, Indonesian National Shipowners` Association (INSA) bersama Japan Ship Machinery and Equipment Association (JSMEA) menggelar Indonesia-Japan Business Matching Forum 2022 di Jakarta, Kamis(17/11/2022).

Sedikitnya 200 pengusaha perkapalan nasional dipertemukan dengan pabrikan mesin dan equipment kapal asal negeri sakura tersebut.

“Di forum bisnis ini para anggota berpeluang meningkatkan jaringan dan sekaligus bertemu langsung dengan pabrikan asal Jepang,” kata Ketua Umum DPP INSA Sugiman Layanto kepada awak media di sela-sela acara.

Menurut Sugiman, dengan betemu langsung dengan pabrikan yang selama ini memasok mesin dan berbagai peralatan kapal, para pengusaha kapal Indonesia dimungkinkan mendapat harga yang kompetitif dengan kualitas produk yang tetap tinggi.

Selain itu, lanjut Sugiman, pelaku industri perkapalan nasional juga melakukan penjajakan pengadaan mesin-mesin kapal yang ramah lingkungan.
“Tren global, termasuk Indonesia, ke depannya lebih berorientasi pada industri ramah lingkungan untuk menekan emisi gas buang. Apalagi pemerintah Indonesia telah menetapkan net zero emission pada tahun 2050 mendatang,” kata Sugiman.

Menurutnya, pabrikan-pabrikan Jepang saat ini mulai mengembangkan mesin-mesin kapal yang rendah emisi.Beberapa eksperimen sudah jalan. Ada yang memakai bahan bakar metanol dan amonia,” kata Sugiman.

Chairman JSMEA Kinoshita Shigeki mengatakan kegiatan Business Matching Forum ini merupakan yang ketiga kalinya di gelar di Indonesia. “Tujuannya untuk mempererat kolaborasi industri perkapalan kedua negara. Apalagi Indonesia merupakan pasar yang sangat penting bagi industri permesinan kapal di Jepang.

“Banyak kapal-kapal Indonesia yang mengguna mesin dari Jepang, terutama kapal tugboat, ferry, dan lainnya,” kata Kinoshita Shigeki.

Terkait dekarbonisasi, Kinoshita Shigeki menjelaskan bahwa Jepang saat ini sedang melakukan uji coba mesin kapal hybrid atau dual engine agar lebih ramah lingkungan.

Forum tersebut menghadirkan Director, International Affairs Office, Shipbuilding and Ship Machinery Division, Maritime Bureau Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism Mr. Maeda Takanori sebagai keynote speaker dengan tema For Enhancement of Cooperation between Japan and Indonesia in Maritime Sector.
Kemudian juga akan hadir Koordinator Industri Maritim, Direktorat Industri Maritim, Alat Transportasi dan Pertahanan, Kementerian Perindustrian RI Andi Komara.

Narasumber lainnya adalah Ketua Umum Indonesian National Shipowners` Association Sugiman Layanto yang mempresentasikan tema Present Market and Future Prospect of Indonesia Shipping Industries.

Ketua Umum Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (IPERINDO) Anita Puji Utami yang mempresentasikan tema Present Market and Future Prospect of Indonesia Shipbuilding and Offshore Industries

JSMEA merupakan sebuah badan nirlaba yang didirikan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, perbaikan dan penjualan mesin propulsi laut dan berbagai mesin kapal tambahan seperti pompa, kompresor udara, pembersih oli, penukar panas, kargo dan tambat derek, kerek jangkar, derek dek, roda gigi kemudi, alat bantu navigasi, perlengkapan dan aksesori.
Saat ini, JSMEA memiliki total 244 anggota korporat reguler dan 75 organisasi anggota pendukung. (Per Juli 2022).

Kegiatan organisasi JSMEA antara lain melakukan berbagai riset terkait administrasi bisnis dan teknologi di industri permesinan kapal dan kegiatan yang bersifat mempromosikan produk industri permesinan kapal ke pasar internasional maupun kegiatan lain seperti menghubungkan atau koordinasi dengan asosiasi perdagangan lain yang terkait dengan pembuatan kapal dan pembuatan mesin kapal.(Jef)

KemenKopUKM Gelar Business Matching Pertemukan Koperasi di Bali dengan Buyer Internasional

Bali:(Globalnews.id)- Dalam rangka mendukung sinergi kegiatan antar Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), Deputi Bidang Perkoperasian KemenKopUKM menggelar Business Matching untuk mempertemukan sejumlah pelaku koperasi di Bali dengan buyer dari luar negeri.

Asisten Deputi Pengembangan SDM Koperasi dan Jabatan Fungsional KemenKopUKM Nasrun Siagian dalam sambutannya pada acara Business Matching di Bali, Jum’at (9/9) mengatakan acara business matching diselenggarakan pada 8 – 9 September 2022 di Hotel Ibis Style, Tanjung Benoa, Nusa Dua, Bali.

“Kegiatan ini diikuti 60 peserta yang terdiri dari beberapa koperasi yang ada di Provinsi Bali, yaitu Koperasi Pemasaran Putri Ayu Sejati, Koperasi Konsumen Griya Mas Sedana, Koperasi Konsumen Agung Mandiri, Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK), Koperasi Produsen Cipta Wastra Sundara, KSP Bali Satya Madani, Koperasi Yastiti Rupa, KSU Dana Mandiri, dan KSP Jujur Utama Mandiri,” ucap Nasrun.

Dalam kesempatan tersebut hadir tiga buyer dengan bisnis berskala internasional, yaitu Steve Holloway dari Perusahaan Holloway Group yang basis perusahaannya ada di Canada, lalu Angela Holloway yang berasal dari Australia, dan Happy Posey dari Amerika Serikat.

Kegiatan Business Matching tersebut dilakukan berdasarkan klustering yaitu produk home decor; fashion accessories; dan tenun. Dalam temu bisnis itu langsung dilakukan kurasi dan interview antara pelaku dengan ketiga buyer tersebut.

Nasrun mengatakan UMKM untuk menjadi kuat harus bergabung dalam koperasi. “Manfaatnya pun sangat banyak bagi UMKM yang bergabung dalam koperasi, antara lain koperasi hadir sebagai offtaker pertama (aggregator) bagi produk anggota dan buyer menjadi offtaker kedua (seperti saat ini), dengan bergabung dalam koperasi maka akan memudahkan buyer yang berasal dari luar negeri untuk mencari mitra (koperasi) di dalam negeri, serta kemudahan-kemudahan dalam mengakses pemodalan, pelatihan, teknologi termasuk factory sharing,” ucap Nasrun.

Dalam kesempatan tersebut, Angela, salah satu buyer, memberikan masukan kepada para pelaku UKM dan koperasi yang hadir tentang cara melakukan ekspor.

“Masih banyak terjadi kegagalan dalam ekspor yang diakibatkan oleh masalah komunikasi kepada buyer tentang jadwal pengiriman barang. Di samping itu juga ketika ada kegagalan pada saat produksi maka calon eksportir harus berani menyampaikan secara jujur kepada buyer. “Kami pernah gagal transaksi dikarenakan produksi mereka gagal, tetapi mereka tidak berani mengatakan itu, bahkan sekadar mengangkat telepon saja tidak berani” ucap Angela.

Angela mengatakan, buyer mengharapkan gerak cepat yang dilakukan oleh offtaker bila terjadi kendala, agar buyer merasa puas dan dapat melakukan repeat order atau pemesanan kembali.

Angela juga merasa takjub dan merespons sangat baik atas apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam rangka mendukung para pelaku UKM dan koperasi yang ada di Indonesia. “Contohnya dengan diadakan Business Matching yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM ini sangat baik, sehingga dapat membantu para offtaker bertemu langsung dengan buyernya. Kami berharap agar kegiatan yang sama bisa dilakukan secara kontinyu,” tambah Angel.

Atas masukan-masukan dari buyer tersebut, Asdep Nasrun menyatakan akan menindaklanjuti permintaan dan masukan dari buyer tersebut. “Kami juga berencana mengagendakan kegiatan Business Matching di wilayah lain di Indonesia,” ujar Nasrun.(Jef)

KemenKopUKM Gelar Business Matching Pertemukan Koperasi di Bali dengan Buyer Internasional

Bali:(Globalnews.id)- Dalam rangka mendukung sinergi kegiatan antar Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), Deputi Bidang Perkoperasian KemenKopUKM menggelar Business Matching untuk mempertemukan sejumlah pelaku koperasi di Bali dengan buyer dari luar negeri.

Asisten Deputi Pengembangan SDM Koperasi dan Jabatan Fungsional KemenKopUKM Nasrun Siagian dalam sambutannya pada acara Business Matching di Bali, Jum’at (9/9) mengatakan acara business matching diselenggarakan pada 8 – 9 September 2022 di Hotel Ibis Style, Tanjung Benoa, Nusa Dua, Bali.

“Kegiatan ini diikuti 60 peserta yang terdiri dari beberapa koperasi yang ada di Provinsi Bali, yaitu Koperasi Pemasaran Putri Ayu Sejati, Koperasi Konsumen Griya Mas Sedana, Koperasi Konsumen Agung Mandiri, Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK), Koperasi Produsen Cipta Wastra Sundara, KSP Bali Satya Madani, Koperasi Yastiti Rupa, KSU Dana Mandiri, dan KSP Jujur Utama Mandiri,” ucap Nasrun.

Dalam kesempatan tersebut hadir tiga buyer dengan bisnis berskala internasional, yaitu Steve Holloway dari Perusahaan Holloway Group yang basis perusahaannya ada di Canada, lalu Angela Holloway yang berasal dari Australia, dan Happy Posey dari Amerika Serikat.

Kegiatan Business Matching tersebut dilakukan berdasarkan klustering yaitu produk home decor; fashion accessories; dan tenun. Dalam temu bisnis itu langsung dilakukan kurasi dan interview antara pelaku dengan ketiga buyer tersebut.

Nasrun mengatakan UMKM untuk menjadi kuat harus bergabung dalam koperasi. “Manfaatnya pun sangat banyak bagi UMKM yang bergabung dalam koperasi, antara lain koperasi hadir sebagai offtaker pertama (aggregator) bagi produk anggota dan buyer menjadi offtaker kedua (seperti saat ini), dengan bergabung dalam koperasi maka akan memudahkan buyer yang berasal dari luar negeri untuk mencari mitra (koperasi) di dalam negeri, serta kemudahan-kemudahan dalam mengakses pemodalan, pelatihan, teknologi termasuk factory sharing,” ucap Nasrun.

Dalam kesempatan tersebut, Angela, salah satu buyer, memberikan masukan kepada para pelaku UKM dan koperasi yang hadir tentang cara melakukan ekspor.

“Masih banyak terjadi kegagalan dalam ekspor yang diakibatkan oleh masalah komunikasi kepada buyer tentang jadwal pengiriman barang. Di samping itu juga ketika ada kegagalan pada saat produksi maka calon eksportir harus berani menyampaikan secara jujur kepada buyer. “Kami pernah gagal transaksi dikarenakan produksi mereka gagal, tetapi mereka tidak berani mengatakan itu, bahkan sekadar mengangkat telepon saja tidak berani” ucap Angela.

Angela mengatakan, buyer mengharapkan gerak cepat yang dilakukan oleh offtaker bila terjadi kendala, agar buyer merasa puas dan dapat melakukan repeat order atau pemesanan kembali.

Angela juga merasa takjub dan merespons sangat baik atas apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam rangka mendukung para pelaku UKM dan koperasi yang ada di Indonesia. “Contohnya dengan diadakan Business Matching yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM ini sangat baik, sehingga dapat membantu para offtaker bertemu langsung dengan buyernya. Kami berharap agar kegiatan yang sama bisa dilakukan secara kontinyu,” tambah Angel.

Atas masukan-masukan dari buyer tersebut, Asdep Nasrun menyatakan akan menindaklanjuti permintaan dan masukan dari buyer tersebut. “Kami juga berencana mengagendakan kegiatan Business Matching di wilayah lain di Indonesia,” ujar Nasrun.(Jef)

LKPP Terus Dorong Pencapaian Realisasi Target Belanja Produk Dalam Negeri

Jakarta:(Globalnews.id)-Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), Abdullah Azwar Anas, mengakui dari Rp529,1 triliun rencana umum pengadaan (RUP) yang dibuat pemerintah untuk belanja produk dalam negeri (PDN), baru Rp123,2 triliun yang terealisasi.

Untuk itu, dirinya mengimbau semua pihak yang terlibat, bahu membahu mewujudkan target belanja PDN yang menjadi arahan Presiden tersebut.

Dalam RUP, LKPP juga menyusun untuk belanja produk impor yang hanya sebesar Rp78,9 triliun. Sehingga total mencapai Rp608 triliun.

“Realisasi penggunaan PDN pada pengadaan barang dan jasa (PBJ) baru sebatas itu,” kata Azwar Anas saat menutup gelaran Bussiness Matching atau Temu Bisnis Tahap III bertajuk “Peran Rantai Pasok Dalam Negeri Untuk Mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, pada Selasa (31/5/2022).

Rincian yang telah dicapai adalah, realisasi PDN pada e-purchasing mencapai Rp16,5 triliun atau setara dengan 26 persen. Kemudian, realisasi PDN pada e-tendering sudah mencapai Rp86,2 triliun atau setara dengan 34,5 persen. Terakhir, realisasi lainnya yang sudah mencapai Rp13,5 triliun atau setara dengan 7,1 persen.

“Sisanya realisasi dari pengadaan langsung, penunjukkan langsung, dan belanja pengadaan darurat,” kata Azwar.

Dari nilai itu, realisasi penggunaan produk usaha mikro dan kecil (UMK), sudah mencapai sekitar Rp51,3 triliun. Nilai tersebut diambil dari tiga kategori yakni dari pertama, realisasi UMK pada E-purchasing sudah mencapai Rp3,6 triliun atau setara dengan 5 persen. Kedua, realisasi UMK pada e-tendering sudah mencapai Rp39,4 triliun atau setara dengan 11,2 persen. Ketiga, realisasi lainnya yang sudah mencapai Rp8,3 triliun atau setara dengan 4,4 persen.

“Realisasi masih jauh dari instruksi Presiden Joko Widodo yakni 40 persen,” kata Azwar Anas.

Pada rangkaian Business Matching atau Temu Bisnis yang telah digelar, tercatat 10 kementerian atau lembaga pemerintah yang sudah berkomitmen dalam membelanjakan anggarannya untuk produk lokal. Diantaranya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Kementerian Pertahanan (Kemhan), Kepolisian RI, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Pendidikan dan Riset Teknologi (Kemendikbud Ristek), Kementerian Pertanian (Kementan), dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Kemudian, ada 10 pemerintah daerah (Pemda) dengan komitmen yang sama, diantaranya, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Aceh, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Papua, Provinsi Banten, Provinsi Kalimantan Timur, dan Provinsi Sumatera Utara.

Presiden, lanjut Azwar, akan mengumumkan hasil dari kegiatan afirmasi belanja produk dalam negeri yang dilakukan dalam beberapa waktu belakangan. Beliau akan mengumumkan instansi pusat, daerah maupun BUMN yang telah memenuhi target belanja produk lokal. “Pada Oktober 2022, Presiden Jokowi akan mengumumkan serapan belanja PDN,” tutupnya.(Jef)

Pemerintah Dorong Kemandirian Kesehatan dengan Obat-obatan Tradisional

Jakarta:(Globalnews.id) – Penyusunan formularium fitofarmaka menjadi salah satu komitmen Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes), untuk mewujudkan ketahanan dan kemandirian kesehatan nasional di bidang farmasi. Pasalnya, bahan baku alami obat-obatan banyak tersedia di Indonesia.
Fitofarmaka merupakan obat tradisional dari bahan alami yang pembuatannya terstandarisasi dan memenuhi kriteria ilmiah.

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes, L. Rizka Andalucia, menjelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 3 Tahun 2022, tentang Petunjuk Operasional Penggunaan Dana Alokasi Khusus Fisik di Bidang Kesehatan, jika obat yang dibutuhkan tidak tercantum pada acuan kesehatan, dapat menggunakan obat lain termasuk tradisional, dalam hal ini Fitofarmaka dan obat herbal berstandar secara terbatas.

“Tentunya, harus sesuai dengan indikasi medis dan pelayanan kesehatan, dengan persetujuan kepala dinas kesehatan kabupaten atau kota,” katanya, Rizka Andalucia pada acara Business Matching Tahap atau Temu Bisnis III hari kedua bertajuk “Peran Rantai Pasok dalam Negeri untuk Mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Selasa (31/5/2022).

Kemudian Permenkes Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Penggunaan dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah.

Dalam Permenkes tersebut tertulis bahwa, dalam hal obat dan bahan medis habis pakai yang dibutuhkan tidak tercantum dapat menggunakan obat lain. Termasuk di dalamnya adalah obat tradisional Fitofarmaka dan obat herbal terstandar (OHT) secara terbatas, dengan persetujuan kepala dinas kesehatan kabupaten atau kota.

“Agar penggunaan obat Fitofarmaka dan OHT itu terarah dan ada rambu-rambunya maka kita menyusun formularium obat Fitofarmaka itu,” katanya.

Selanjutnya, penggunaan obat-obat tradisional dapat mengacu pada formularium yang nantinya akan lebih banyak ada di e-katalog.

Rizka menyebut, bahwa saat ini beberapa obat tradisional sudah ada yang masuk di e-katalog. Namun dengan adanya formularium Fitofarmaka nantinya akan ada lebih banyak obat tradisional yang tersedia di e-katalog sektoral.
“Sebelum me-launching Fitofarmaka ini kami juga sudah berkonsultasi dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), terkait dengan pengadaanya supaya nanti temen-temen di daerah lebih konfiden dalam penggunaan obat- obatan herbal itu,” sebut dia.

Ketersediaan Fitofarmaka
Pengembangan Fitofarmaka didasarkan atas ketersediaan bahan baku alam yang banyak diversitasnya di Indonesia.
Fitofarmaka tergolong ke dalam obat tradisional, seperti jamu atau obat herbal terstandar yang banyak ditemukan di Indonesia.

Produk ini banyak dihasilkan di Indonesia dengan berbagai inovasi yang dijalankan industri farmasi nasional untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebagai upaya pelayanan preventif dan promotif kesehatan.

Proses pembuatan fitofarmaka butuh analisis dan proses penelitian lain yang tidak singkat. Hal tersebut harus melibatkan banyak stakeholder dan kerja sama secara sinergis, baik dengan peneliti, industri, maupun dengan perguruan tinggi.

Beberapa fitofarmaka yang diproduksi di Indonesia antara lain immunomodulator, yakni obat yang dapat memodifikasi respons imun, menstimulasi mekanisme pertahanan alamiah dan adaptif, dan dapat berfungsi baik sebagai imunosupresan maupun imunostimulan. Ada pula obat tukak lambung, antidiabetes, antihipertensi, obat untuk melancarkan sirkulasi darah, dan obat untuk meningkatkan kadar albumin, dan beberapa obat herbal lainnya. (Jef)