Arsip Tag: koperasi produksi

Bidik Potensi Sektor Riil, LPDB-KUMKM Dampingi KSP Balo’ Toraja Garap Komoditi Vanili dan Kopi

Salah satu mitra Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM) di Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Tana Toraja yakni Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Balo’ Toraja tengah mengembangkan potensi sektor riil anggotanya yakni komoditi vanili yang disebut sebagai emas hijau dan juga perkebunan kopi.

Sebagai komoditi unggulan potensi ekspor, KSP Balo’ Toraja bersama LPDB-KUMKM telah melakukan pelatihan budidaya vanili kepada 80 dari 129 anggota petani vanili, yang pada hari Sabtu, 26 November 2022 dilakukan penanaman perdana pada lahan percontohan seluas 3.500 meter persegi. Tidak sampai disitu, pendampingan yang dilakukan oleh LPDB-KUMKM untuk memastikan ekosistem usaha hulu ke hilir dapat terbentuk, tidak hanya dibudidaya, perawatan, pengeringan, tapi juga mempertemukan dengan potensial buyer Vanili, UKM pengolah vanili yang ada di Bali.

Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo mengatakan, salah satu program LPDB-KUMKM yang diamanatkan adalah melakukan pendampingan baik kepada mitra maupun calon mitra.

“Pendampingan yang dilakukan tidak hanya sekedar untuk dapat mengakses pinjaman atau pembiayaan, tetapi juga bagaimana mengembangkan usaha koperasi maupun anggota, terutama di kegiatan sektor riilnya agar memiliki skala ekonomi yang cukup dan terhubung dari hulu sampai hilir, sehingga terbangun ekosistem usaha yang kontinyu,” kata Supomo di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Sabtu (26/11/2022).

Menurut Supomo, selain memberikan pembiayaan atau pinjaman, LPDB-KUMKM juga terus bersinergi dengan berbagai pihak guna menumbuhkan ekosistem bisnis koperasi maupun anggotanya, seperti dengan KSP Balo’ Toraja ini, LPDB-KUMKM intensif melakukan pendampingan dan pelatihan kepada petani kopi dan vanili.

“Tentunya kami bekerja sama dengan berbagai pihak, untuk memberikan pelatihan, manajemen produksi mulai dari pembibitan hingga pasca panen, kemudian manajemen pemasaran produk, sehingga ekosistemnya berjalan dengan baik, dan kesejahteraan para anggota juga terbangun, apalagi memiliki produk yang potensi ekspor,” kata Supomo.

Inspektur Jenderal Kementerian Koperasi dan UKM, Heru Berdikariyanto menambahkan, arah kebijakan pengembangan Koperasi dan UMKM tahun 2020-2024 salah satunya adalah modernisasi Koperasi.

“Modernisasi dilakukan antara lain dengan pemanfaatan inovasi teknologi dan juga bisa masuk ke rantai pasok industri. Kementerian Koperasi dan UKM tentu mengapresiasi upaya-upaya yang telah dilakukan oleh LPDB-KUMKM bersama KSP Balo’ Toraja dalam mengembangkan usaha anggota untuk menciptakan ekosistem sektor riilnya,” tambah Heru.

Heru berharap, upaya-upaya pendampingan yang sudah dilakukan oleh LPDB-KUMKM dapat dilakukan lebih luas lagi. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM juga mendorong Koperasi membentuk holding company dengan cara spin off atau pemekaran usaha pada sektor riil anggotanya.

“Dengan cara para petani berkoperasi, maka petani tidak lagi menjual hasil taninya secara sendiri-sendiri, tapi dapat dilakukan secara bersama sehingga mencapai skala ekonomi dan mempunyai daya tawar yang lebih tinggi,” kata Heru.

Sementara itu, Anggota Dewan Pengawas LPDB-KUMKM Nining Sri Astuti mengungkapkan, pihaknya sebagai anggota Dewan pengawas, terus melakukan pemantauan dan evaluasi setiap program dan aktivitas yang dilakukan oleh LPDB-KUMKM.

“Tentu saya juga minta kritik dan masukan dari para Koperasi mitra terkait layanan LPDB, guna perbaikan-perbaikan kedepan agar LPDB lebih baik dan manfaat bagi Koperasi dan UMKM,” jelas Nining.

Untuk program sinergi antara LPDB-KUMKM dengan KSP Balo’ Toraja, Nining menyambut positif, karena pengembangan ekonomi klaster-klaster petani akan meningkatkan kapasitas daripada anggota koperasi, dan juga bisa menjadi pengembangan entitas baru atau spin off koperasi produsen.

“Tentu saya sangat senang dan apresiasi apa yang sudah dilakukan oleh KSP Balo’ Toraja, semoga ini bisa menjadi contoh bagi KSP-KSP lain untuk melakukan pendidikan, pelatihan, dan pengembangan pada usaha-usaha anggotanya,” pungkasnya.

KemenKopUKM Perkuat Kualitas Koperasi Sektor Riil di Sumatra Utara

Padangsidempuan, Sumatra Utara:(Globalnews.id)- Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Riza Damanik menyebutkan bahwa Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) akan terus mengembangkan koperasi modern, terutama yang bergerak di sektor riil.

“Oleh karena itu, para kepala daerah di Tapanuli Bagian Selatan harus mampu menyiapkan minimal 3 calon koperasi modern di setiap kabupaten,” kata Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Riza Damanik pada acara pelatihan “Coaching Business” terhadap koperasi sektor riil terpilih, di Kota Padangsidempuan, Sumatra Utara, beberapa hari yang lalu.

Di samping itu, kata Riza, Pemerintah Daerah juga harus proaktif membangun komunikasi dengan Pemerintah Pusat, karena akan ada banyak pertukaran informasi dan isu-isu strategis, salah satunya potensi komoditas unggulan daerah yang bernilai ekonomi.

“Potensi komoditas unggulan daerah sudah saatnya harus kita kembangkan secara masif menjadi skala ekonomi,” kata Riza.

Untuk itu, Riza menyebutkan ada 3 program strategis yang siap digulirkan di sana. Pertama, pada 2023, akan dikembangkan Rumah Produksi Bersama pengolahan cabai di Kabupaten Batubara, Sumut. Karena, wilayah Batubara merupakan sentra cabai di Sumut.

“Pembangunan Rumah Produksi Bersama ini bertujuan agar petani-petani cabai yang kecil-kecil tersebut mendapatkan harga cabai yang stabil,” kata Riza.

Kedua, di seputaran pantai Timur Sumatra Utara akan dikembangkan minyak makan merah, tepatnya di wilayah di Asahan, Langkat, dan Deli Serdang, dengan membangun pabrik minyak makan merah oleh koperasi-koperasi sawit yang ada di sana. “Ada 3 koperasi yang akan menjadi piloting. Kalau berhasil akan dikembangkan di daerah lain,” ucap Riza.

Program strategis lainnya adalah yang berkaitan dengan kebutuhan nelayan akan BBM. Menurut Riza, karena ada dampak kenaikan BBM subsidi terhadap nelayan-nelayan, maka akan dikembangkan membuat SPBU Nelayan yang dikelola koperasi. Salah satunya, di Deli Serdang.

Di tempat yang sama, Asdep Pengembangan SDM Perkoperasian dan Jabfung KemenkopUKM M Nasrun Siagian mengatakan dari tiga hal tersebut, yang terlihat aktif yaitu di daerah pantai Timur Sumatra Utara. Padahal, seharusnya pembangunan itu merata.

“Maka, yang kami lakukan sekarang ini adalah mempersiapkan SDM yang baik di pantai Barat Sumatra Utara,” kata Nasrun.

Caranya, melalui pelatihan-pelatihan dengan fasilitator kapasitas terbaik untuk memberikan mentoring kepada pelaku-pelaku UMKM anggota koperasi. “Harapannya, agar menjadi koperasi yang kuat di pantai Barat Sumatra Utara,” ucap Nasrun.

Nasrun mengakui, selama ini koperasi banyak yang stunting, karena pengelolaannya sambilan, hingga SDM yang tidak mempunyai naluri bisnis, serta tidak memahami tata kelola koperasi yang baik dan benar.

“Ada juga koperasi tidak memiliki Standar Operasional Management/Standar Operasional Prosedur (SOM/SOP). Maka, lengkaplah permasalahan koperasi,” kata Nasrun.

Dalam sesi diskusi, masing masing perwakilan Pemerintah Daerah menyampaikan permasalahan koperasi, mulai dari SDM, kelembagaan koperasi, usaha yang tidak konsisten, sampai rendahnya partisipasi anggota, serta rendahnya minat masyarakat berkoperasi.

Sekretaris Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan M Frananda menginformasikan, ada koperasi di Tapanuli Selatan mengkonsolidasikan petani kopi, koperasi perajin pandai besi, dan koperasi pangan yang memenuhi kebutuhan beras OPD, namun belum maksimal. Salah satu kendalanya adalah kesulitan bahan baku.

Perwakilan Kabupaten Mandailing Natal Martuah menyebutkan, permasalahan koperasi yang klasif itu hampir sama dengan yang terjadi di Tapanuli Selatan, dimana banyak koperasi tetapi tidak berkualitas. Namun pihaknya tetap optimistis akan mampu menyiapkan calon koperasi modern.

“Kami akan tetap menyiapkan 3 calon koperasi modern, yakni Koperasi Sawit, Koperasi Nelayan, dan Koperasi Kopi,” kata Martuah.

Sementara Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Padanglawas, menyampaikan siap akan menyiapkan 3 calon koperasi modern yakni koperasi sawit.

Dalam pertemuan tersebut, juga dihadiri Miftahudin Shaf yang merupakan pelaku koperasi yang sukses dalam mengembangkan budidaya dan produksi pengolahan kopi dengan memberdayakan kelompok petani.(Jef)

MenKopUKM Identifikasi Koperasi yang Memungkinkan Produksi Minyak Goreng

Jakarta:(Globslnews.id)– Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki sedang terus mengidentifikasi koperasi-koperasi yang memungkinkan untuk memproduksi minyak goreng sehingga setidaknya bisa memberikan alternatif pasokan minyak goreng sawit di kalangan masyarakat.

“Kita sudah dan sedang terus identifikasi beberapa koperasi untuk produksi minyak goreng, nah standarnya yang harus dikecualikan ya,” kata Menteri Teten Masduki di Jakarta, Senin (16/5).

Menteri Teten menyadari bahwa memang akan membutuhkan waktu yang lama untuk mendorong koperasi bisa memproduksi minyak goreng dengan kuota yang cukup besar.

Namun Menteri Teten berharap usaha itu bisa segera diwujudkan tahun ini dan ia pun sangat optimistis.

“Memang butuh waktu, mudah-mudahan tahun ini bisa. Di Sumatra akan ada piloting,” kata Menteri Teten.

Lebih lanjut ia mengatakan minyak goreng yang diproduksi rakyat ternyata juga sangat sehat bahkan bisa dipakai untuk program stunting atau gizi buruk.

“Sekarang ini kan banyak kasus minyak gorengnya itu putih kan kayak dibleaching. Saya sedang mengusulkan minyak sawit diproduksi koperasi dan petani standarnya dibedakan, tidak harus putih, kuning, merah juga lebih sehat,” kata Menteri Teten.

Sehatnya minyak goreng buatan masyarakat itu kata dia juga bisa menjadi salah satu bahan pangan untuk mendukung program pemerintah dalam mengatasi stunting dan gizi buruk.

“Selain itu produksi minyak sawit enggak kemudian didominasi usaha besar tapi juga pelaku usaha kecil dan toh teknologi untuk produksi ini juga sudah murah kan,” kata Menteri Teten.(Jef)

KemenKopUKM Dorong Koperasi Sektor Produksi Bambu Kab. Ngada NTT

Ngada, NTT:(Globalnews.id)— Koperasi diharapkan mampu meningkatkan peran dalam perekonomian tanpa meninggalkan prinsip dan jatidiri koperasi, meningkatkan profesionalitas melalui modernisasi melalui penguatan kelembagaan, keuangan, dan usahanya.

Pemerintah mengupayakan pengembangan koperasi modern yakni koperasi yang menjalankan kegiatan dan usahanya dengan cara-cara baru dan menerapkan tata kelola koperasi yang baik (Good Cooperative Governance), memiliki daya saing, dan adaptif terhadap perubahan.

Dalam kesempatan dialog dengan Gerakan Koperasi dan UKM yang dilaksanakan di kantor Kopdit Sangosay Kab. Ngada, pada hari Kamis, (14/4), Ahmad Zabadi, Deputi Bidang Perkoperasian menekankan perlunya untuk meningkatkan kualitas pengurus dan pengawas koperasi dan koperasi juga harus hadir dan mampu untuk meningkatkan promosi ekonomi anggotanya yang ditunjukkan dengan naik kelasnya usaha anggota.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut Bupati Ngada Paru Andreas, Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo, dan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Silvya Pekudjawang, Ketua Kopdit Sangosay Petrus EY Ngilo Rato beserta pengurus dan pengawas koperasi.

Pemerintah melalui UU cipta kerja, telah membuka peluang yang sangat besar kepada pelaku usaha koperasi dan UKM untuk dapat mengikuti proses pengadaan pemerintah pusat dan daerah yang dialokasikan sebanyak 40 %.

Hal ini harus dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh koperasi dan UKM untuk untuk onboarding produknya ke Ekatalog LKPP, Kementerian Koperasi dan UKM dan Dinas Koperasi akan melakukan pendampingan untuk proses on boarding tersebut.

Kabupaten Ngada memiliki potensi 118 koperasi yang 80 % nya adalah Koperasi Simpan Pinjam. Salah satu koperasi besar yang ada yaitu Kopdit Sangosay, yang masuk kedalam koperasi dengan status Klasifikasi Usaha Koperasi (KUK) 4, hal ini berarti koperasi Sangosay termasuk kedalam koperasi yang memilki aset, omset dan anggota yang besar, tercatat Kopdit Sangosay memiliki asset diatas 1 triliun, 27 kantor cabang dan 93.683 orang anggota.

Pemerintah secara khusus mendorong koperasi simpan pinjam untuk tidak hanya menjadi  penyedia pembiayaan, namun harus lebih strategis dalam mengembangkan usahanya. Terlebih bagi koperasi yang mengalami kelebihan/over likuiditas.

Koperasi dituntut mampu menjadi pelaku usaha yang modern, bersaing, dan kontributif yang salah satunya dengan melakukan spin off masuk ke sektor produksi. Spin off bertujuan agar koperasi dapat memenuhi kebutuhan anggota dengan membeli produk sendiri dan menciptakan lapangan kerja.

Pengembangan kegiatan usaha koperasi melalui pendekatan komunitas, komoditas dan wilayah sebagaimana yang dikembangkan oleh KSP Sangosay terutama pada sisi  pembiayaan oleh koperasi. Hal ini menunjukan bahwa koperasi mampu hadir dan memberikan solusi pembiayaan bagi anggota UMKM koperasi yang biasanya mengalami kendala/kesulitan dalam mendapatkan akses pembiayaan perbankan karena kekurangan jaminan.

Kegiatan ini sejalan dengan program Kemenkop UKM yaitu pembentukan koperasi oleh masyarakat dari kalangan kelompok strategis, yang salah satunya adalah mama-mama pembibit dan penganyam bambu yang ada di Kabupaten Ngada ini, ujar Zabadi.

Lebih lanjut, terdapat potensi pengembangan bambu menjadi alternatif pengganti kayu untuk industri kreatif, dan mengingat potensi pasar yang sangat luas, dibutuhkan pembangunan pabrik bambu desa untuk pengolahan rough stick yang di kelola oleh koperasi dan dengan asistensi pembiayaan dari LPDB Kementerian Koperasi dan UKM. Soepomo menyampaikan bahwa, LPDB KUMKM 100 % untuk pembiayaan modal kerja dan invesrasi koperasi dengan akses yang lebih mudah.

Kami mendukung program pengembangan komoditas bambu ini untuk mendorong terciptanya  ekonomi hijau (Green Economy) di wilayah Provinsi NTT yang mencangkup 200 Desa Bambu Agroforestri Industri Rakyat Berbasis Desa, Pemberdayaan Perempuan, Konservasi, restorasi lahan kritis, dan mitigasi perubahan iklim dengan pendekatan Hutan Bambu Lestari dalam rangka mendukung ekonomi hijau (green economy) dan Strategi Nasional Pengembangan Bambu Terintegrasi (2021-2031).

Kami berharap bahwa koperasi mampu menjadi wadah yang menaungi para mama-mama bambu yang merupakan motor penggerak dalam ekosistem bambu di NTT.

Bupati Ngada Paru Andreas menuturkan, untuk bisa terus berkembang, koperasi juga perlu melakukan kolaborasi, bersinergi bersama membangun percepatan. “Di Ngada ini, koperasinya bisa muncul hingga ke pelosok desa. Kami berharap Kopdit Sangosay terus bekerja sama dan bermitra dengan pemerintah, guna mewujudkan komitmen pemerintah menjadikan Ngada sebagai kabupaten koperasi,” ucapnya.

“Ngada menjadi 1 dari 7 koperasi prospektif. Dan Kopdit Sangosay masuk dalam 100 koperasi besar di Indonesia. Ke depan, bagaimana memperbanyak pendampingan-pendampingan koperasi untuk membangun SDM mengingat potensi alam Bajawa yang sudah sangat kaya,” pungkasnya.

Kab. Ngada memiliki potensi bambu yang sangat besar, terdapat 96.000 rumpun di 10 kec ngada dengan 28 juta batang bambu, potensi inilah yang akan dikembangkan melalui koperasi, mama mama bambu akan di kolaborasikan dalam sebuah koperasi, sehingga akan lebih terintegrasi dari hulu hingga hilir dan akhirnya akan meningkatkan skala ekonominya. (Jef)

Koperasi Produsen di Garut, Ekspor 2 Kontainer Kopi ke Belanda Senilai Rp 4 Miliar

Garut:(Globalnews.id)-Kopi Indonesia kembali mendapat pengakuan dunia internasional. Hal itu tercermin dari permintaan kopi yang terus meningkat di pasar internasional. Yang membanggakan lagi adalah ekspor kopi ini dilakukan oleh koperasi. Contohnya adalah Koperasi Produsen Sari Buah Kopi dari Desa Mekarsari, Cikajang, Garut, Jawa Barat.

Koperasi ini mendapat pesanan kopi dari Belanda sebanyak 2 kontainer dengan nilai ekspor sebesar Rp4 miliar. Ekspor kopi dilakukan atas kerjasama yang baik antara PT Astra Internasional Tbk dan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Koperasi dan UKM, Luhur Pradjarto, mengapresiasi ekspor yang dilakukan oleh Koperasi Produsen Sari Buah Kopi tersebut. Menurutnya ekspor ini menjadi bukti bahwa dengan pengelolaan dan kerjasama yang baik oleh berbagai pihak, ekspor produk perkebunan bisa dilakukan oleh koperasi.

“Kegiatan pelepasan ekspor seperti ini diharapkan dapat berkelanjutan, tidak berhenti disini saja, agar menghasilkan nilai ekspor yang terus meningkat. Saya sangat bangga dan apresiasi sekali dengan optimisme para petani milenial ini untuk memajukan komoditas unggulan daerah khususnya kopi,” tutur Luhur dalam sambutannya pada acara Pelepasan Ekspor Kopi Binaan IPB University dan PT Astra Internasional Tbk di Garut, Jawa Barat, Rabu (2/3/2022).

Acara pelepasan ekspor kopi ini juga dihadiri oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Rektor IPB Arif Satria, Head of Social Engagement Astra Triyanto. Dalam acara ini juga dilakukan penyerahan secara simbolis bantuan sarana dan prasarana produksi kepada petani milenial Jawa Barat.

Luhur menambahkan bahwa permintaan kopi dunia saat ini trennya meningkat. Pada 2021 lalu volume ekspor kopi Indonesia mencapai 380,17 ribu ton atau naik sekitar 1,21 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 375,60 ribu ton. Sedangkan nilai ekspor kopi sebesar USD842,52 juta. Terdapat kenaikan sekitar 4,11 persen dibandingkan 2020 yang sebanyak USD809,20 juta.

Dengan permintaan pasar yang semakin besar, dia berpesan kepada Koperasi Produsen Sari Buah Kopi untuk memperhatikan standar kualitas produk dan aspek keberlanjutan. Selain itu diperlukan branding yang kuat melalui berbagai media yang dimiliki.

Untuk itu penting dilakukan penguatan, pendampingan serta market intellegent demi menjaga kepercayaan konsumen kopi baik di dalam atau luar negeri. Luhur berharap akan semakin banyak pihak yang terlibat dalam program pendampingan dan penguatan SDM dari para produsen kopi di Indonesia khususnya kepada anggota koperasi.

“Kehadiran IPB University dan Astra International juga menjadi tonggak sinergi bahwa kemajuan ekspor Indonesia bukan kerja sendiri tetapi kerja bersama dalam semangat kolaborasi dan kerja sama yang sejati. Dukungan berbagai pihak seperti ini sangat dibutuhkan,” lanjutnya.

Luhur menambahkan bahwa pengurus koperasi dan pelaku UMKM untuk memulai memanfaatkan teknologi untuk memasarkan produknya. Hal ini penting untuk dapat memperkenalkan produknya dengan pangsa pasar yang lebih luas. Pihaknya siap memberikan pelatihan pemanfaatan teknologi dalam proses produksi hingga ke pemasarannya. Pemerintah juga siap memfasilitasi para pelaku UMKM dan koperasi mendapatkan akses pembiayaan murah karena targetnya tahun 2024 sebesar 30 persen kredit perbankan untuk UMKM.

“Berikutnya adalah bagaimana UMKM kita bisa onboarding, kan sekarang zamannya digital. Dan tak kalah penting adalah korporatisasi petani. Koperasi nanti sebagai agregator,” pungkasnya.

Senada Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil juga mengatakan bahwa masa depan ekonomi Indonesia ditopang olah sektor pertanian dengan syarat harus dipadukan dengan teknologi. Oleh sebab itu dia berharap para lulusan perguruan tinggi dapat kembali ke desa untuk membangun ekonomi dengan konsep modern.

“Kalau ekonomi hijau dan ekonomi digital ini dipadukan, ini bisa menjadi masa depan ekonomi kita. Tapi itu tidak akan terjadi kalau kerjanya sendiri-sendiri, kuncinya untuk sektor pangan adalah berkolaborasi dengan teknologi,” ujar Ridwan Kamil.

Ridwan Kamil berharap apa yang dilakukan oleh petani milenial di dalam wadah Koperasi Produsen Sari Buah Kopi ini menjadi contoh bagi koperasi-koperasi pangan lainnya untuk mulai merambah pasar internasional. Dia optimis dengan kerjasama yang erat antar pemangku kepentingan dapat mendorong peningkatan kinerja sektor pertanian dan perkebunan di Jawa Barat.

“Ini bisa terwujud dengan kolaborasi pentahelix yang erat. Jawa Barat itu ekspor rata rata per tahun untuk produk pertanian Rp200 milar. Mudah mudahan bisa kita tingkatkan sampai triliun dengan praktik yang baik seperti har ini sehingga Jawa Barat bisa menjadi unggulan eksportir kopi di Indonesia,” tukasnya.

Rektor IPB, Arif Satria menyatakan pihaknya kini telah mendampingi 53 desa di Jawa Barat untuk mengembangkan produk lokalnya agar bisa menembus pasar ekspor. Di sektor pertanian, dia berharap para petani yang tergabung dalam wadah koperasi atau Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dapat mengaplikasikan teknologi inovasi yang dikembangkan oleh IPB agar produktivitasnya meningkat.

“Kita terus berupaya meningkatkan inovasi, alhamdulillah desa- desa yang kita dampingi mulai berkembang. IPB berusaha maksimal mendongkrak potensi desa terutama di masa krisis sektor pertanian selalu unggul tahan banting dan tidak pernah mengalami kontraksi,” ucapnya.

Sementara itu Ketua Koperasi Produsen Sari Buah Kopi, Juanda bersyukur bahwa perjuangannya untuk membangun koperasi produksi kopi akhirnya membuahkan hasil. Walaupun usia koperasi masih tergolong muda namun untuk pemrosesan dan produksi kopi sudah dilakukannya selama tujuh tahun. Selama itu, jatuh bangun membangun koperasi produksi kopi telah dirasakannya. Dan kini koperasi dengan luas lahan produktif sebesar 2.815 hektar ini akhirnya pecah telor mengekspor produk kopi atas nama koperasi.

“Peran koperasi ini sebagai agregator dari hasil produksi anggota. Jadi kami berjenjang tidak ujug-ujug langsung ada koperasi makanya kalau kita ngomong soal koperasi kami ini baru, tapi kalau kami bergerak di kopi sudah cukup lama,” katanya.

Juanda berharap kedepan ada dukungan dari pemerintah atau lembaga terkait lainnya untuk membantu koperasinya dalam hal peningkatan kapasitas SDM atau dukungan dalam bentuk lainnya. Sebab selain fokus pada usaha kopi, koperasi ini akan mengembangkan ecowisata dan juga usaha penyediaan madu alami.

Dari dua usaha lainnya ini diharapkan bisa menjadi sumber kekuatan baru bagi koperasinya. Sebab saat ini beberapa pihak mulai melirik produk ecowisata dan madu alami hasil dari koperasi tersebut. Koperasi ini dinilai unik karena seluruh proses produksi kopi dan madu benar-benar digarap dari tangannya sendiri tanpa mengandalkan bantuan dari pihak manapun. Ini terjadi karena dari hulu ke hilir seperti penyediaan bibit, pupuk hingga pemrosesan dilakukan dan disediakan oleh koperasi. Untuk itu perlu penguatan dari sisi SDM dan juga dari sisi marketing agar kedepan semakin dikenal oleh masyarakat luas.

“Kita bikin pupuk sendiri dari limbah kopi atau dari limbah masyarakat, kita ambil dan kita kasih duit dan tampung di sini. Jadi kita nggak pernah pusing mikirin harga pupuk mahal,” pungkasnya.(Jef)

Siap Dukung Pembiayaan, Menteri Teten Minta Lumajang Angkat Produk Unggulan

Lumajang:(Globalnews.id)-– Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendorong Kabupaten Lumajang mengangkat produk unggulan UMKM yang menjadi ciri khas daerah. Produk unggulan tersebut perlu dikelola dengan serius sehingga dapat berdaya saing tinggi di pasar domestik bahkan ekspor.

Menteri Teten mengatakan Lumajang sebenarnya memiliki berbagai produk unggulan seperti pisang dan susu kambing etawa.   “Di dunia, pisang yang bisa masuk ke pasar global hanya dua, yaitu pisang cavendish dan pisang mas kirana. Pisang mas kirana dari Indonesia yang diekspor dari Lampung. Sangat disayangkan pisang mas kirana yang asli sini, tapi eksportirnya dari Lampung. Kalau lihat produk pisang mas kirana di Singapura, eksportinya dari lampung,” kata Menteri Teten usai meresmikan gedung Koperasi Produsen Rumah Kita Berdaya di Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (22/01/2022). Turut hadir Deputi BIdang Perkoperasian KemenKopUKM Ahmad Zabadi dan Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo.

Menteri Teten juga mengatakan Lumajang memiliki produksi pisang agung yang dapat diolah menjadi bahan baku tepung, dapat menjadi substitusi tepung berbasis terigu yang merupakan bahan impor.  Begitu juga, produk susu kambing etawa Lumajang yang sudah dikenal di masyarakat dapat diperluas inovasi menjadi produk keju artisan yang bernilai mahal.

Menteri Teten mengungkapkan salah satu ciri produk unggulan daerah adalah didukung oleh suplai bahan baku, supaya terbentuk produksi dari hulu hilirnya, sehingga dengan demikian dapat menjadi kekuatan ekonomi di derah. 

“Saya juga mencicipi kopi dan markisa buatan UMKM Lumajang, markisanya sangat top. Ini daerah pertanian yang snagat subur kalau bahan baku dibesarkan akan bisa menjadi produk unggulan,” kata Menteri Teten.

Menteri Teten mengatakan, KemenKopUKM siap mendukung pembiayaan untuk pengembangan produk unggulan UMKM Lumajang.  Untuk itu, ia berharap agar UMKM dapat bergabung dalam koperasi sehingga pembiayaannya lebih mudah.

Dikatakan, melalui koperasi, pembiayaan dapat didukung oleh LPDB-KUMKM. Karena itu, KemenKopUKM akan memperhatikan kelayakan produk yang nantinya masuk dalam skema pembiayaan. Selain itu, pembiayaan modal ventura kini juga semakin banyak yang siap membiayai produk unggulan inovatif.

Untuk mendapatkan pembiayaan, Menteri Teten mendorong agar Koperasi Produsen Rumah Kita Berdaya dapat menjadi agregator kepada pelaku UMKM yang menjadi anggotanya. Ia menegaskan koperasi tidak lagi hanya melakukan konsolidasi  produk anggotanya, tapi harus menjadi pendamping dan melakukan pemberdayaan untuk meningkatkan kualitas, standarisasi, dan pemasaran. 

“Koperasi Rumah Kita Berdaya agar menjadi agregator bagi produk UMKM. UMKM tidak  bisa lagi sendiri-sendiri dan kecil-kecil. Produknya kecil tapi punya brand sendiri, jangan sampai ke depan antar usaha mikro bertarung sendiri. Lebih baik satu brand,” kata Menteri Teten.

Ketua Koperasi Produsen Rumah Kita Berdaya  Bahrul Wahid mengatakan koperasi dibangun dengan konsep bisnis untuk menghubungkan mitra yang tertarik untuk berinvestasi dengan UMKM, menjadikan satu ekosistem koperasi. 

“Koperasi Rumah Kita Berdaya diperkuat dengan pembangunan unit-unit usaha untuk memunculkan kekuatan ekonomi bersama,” kata Bachrul.

Dikemukakannya, Rumah Kita Berdaya ingin menggambarkan kepada publik sebuah konsep transformasi ke arah digitalisasi koperasi. Melalui Rumah Kita Berdaya ini, juga ingin menarik kaum milenial bergabung dan berkreatifitas.(Jef)

MenKopUKM: Pemerintah Akan Lakukan Revitalisasi Koperasi Berbasis Sektor Produksi

Pekanbaru:(Globalnews.id) – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan bahwa pemerintah akan melakukan revitalisasi koperasi berbasis sektor produksi yang memiliki komoditas unggulan. Hal ini dilakukan agar koperasi dapat menjadi besar dan mampu unggul baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

“Saya ditugaskan Bapak Presiden untuk melakukan revitalisasi koperasi. Kita ingin fokus untuk membangun koperasi sektor produksi, baik itu yang misalnya berbasis komoditas, perkebunan atau sektor kelautan termasuk memproduksi alat pertanian dan alat kesehatan,” ungkapnya dalam acara Dialog Interaktif Menteri Koperasi dan UKM dengan Pengurus Koperasi, Asosiasi dan Pelaku UMKM Provinsi Riau, Pekanbaru, Riau, Sabtu (27/11).

Lebih lanjut, Teten menambahkan bahwa revitalisasi koperasi berbasis sektor produksi dilakukan karena saat ini Indonesia masih mengandalkan impor untuk berbagai produk yang sebetulnya dapat diproduksi di dalam negeri. Mulai dari alat kesehatan, alat pertanian, jagung, beras, kedelai, daging dan lainnya saat ini masih sangat mengandalkan impor.

Menurutnya, hal ini terjadi karena berbagai produk unggulan di Indonesia masih dilakukan oleh perorangan. Dengan memproduksi produk secara perorangan, menurutnya produk unggulan di Indonesia menjadi tidak efisien.

“Kenapa koperasi perlu diperkuat? Karena misalnya di sektor pertanian itu kepemilikan lahan dibawah setengah herktare, tidak mungkin kita bisa membangun korporat tani seperti di negara maju Austria, New Zealand, Amerika mereka ribuan hektare satu kebun. Kita ga mungkin pertahankan sistem kecil ini karena nggak produktif dan kurang efisien. Ini yang kita revitalisasi lewat koperasi,” ujar Teten.

Teten menegaskan, Indonesia harus membangun konsolidasi koperasi besar yang masuk dalam skala bisnis. Beberapa contoh yang dapat dijadikan motivasi untuk membangun koperasi besar ialah New Zealand yang memiliki koperasi susu terbesar di dunia dan juga Australia yang memiliki koperasi gandum terbesar didunia.

“Jadi kebijakan kami adalah mendorong pelaku usaha untuk bergabung di koperasi seperti di luar negeri. Ini awalnya mereka juga kecil, tapi jadi besar. Koperasi kita yang besar itu hanya KSP (Koperasi Simpan Pinjam), tapi koperasi produksi itu masih kurang,” tuturnya.

Teten menekankan, saat ini di seluruh dunia tengah mencari keunggulan domestik untuk dikembangkan dan diperdagangkan. Ini menjadi peluang bagi Indonesia karena Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah dan mampu dikembangkan menjadi produk unggulan yang mendunia.

Oleh karena itu, menurutnya koperasi jangan lagi hanya fokus dalam wilayah sendiri, tapi harus mengembangkan diri memasuki industri manufaktur berbasis bahan baku.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Provinsi Riau, Asrizal menuturkan bahwa Provinsi Riau memiliki sumber daya alam unggulan yang dapat dikembangkan lebih lanjut.

“Kita punya kebun kelapa sawit sebesar 4,2 juta hektare, kebun karet, kebun kelapa, kebun sagu dan lainnya. Ini potensi yang besar. Kita juga punya ikan patin, udang vaname dan masih banyak lainnya yang jadi komoditas unggulan dan bisa dikembangkan ke depan,” pungkas Asrizal.(Jef)

MenkopUKM Dorong Koperasi Simpan Pinjam Lakukan Spin-off Masuk Sektor Produksi

SIKKA:(Globalnews id)- Untuk memperkuat perekonomian rakyat,  Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendorong koperasi simpan pinjam (KSP) melakukan spin off untuk masuk ke sektor produksi.

“Kami sangat senang sekali menyaksikan gerakan koperasi yang terus berkembang. Koperasi simpan pinjam masuk ke sektor produksi. Kami sedang mendorong koperasi-koperasi masuk ke sektor produksi,” tegas MenkopUKM Teten Masduki, usai melakukan penanaman perdana cabai dan tomat Koperasi Pintu Air Pertanian, di Maumere, Sikka, NTT, Kamis (20/5/2021).

Turut hadir dalam acara tersebut Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM Ahmad Zabadi, Wakil Bupati Sikka Romanus Woga, dan Ketua Kopdit Pintu Air Yacobus Jano.

Teten mengatakan, saat ini, koperasi simpan pinjam harus melakukan inovasi diversifikasi jenis usaha. Untuk itu, spin off masuk ke sektor produksi menjadi pilihan. Menurutnya, koperasi produksi dapat memenuhi kebutuhan anggota dengan membeli produk sendiri serta dapat menciptakan lapangan kerja.

“Sekarang harus masuk ke sektor produksi karena selain memenuhi kebutuhan anggota, tidak harus membeli produk dari luar dan dapat menikmati hasilnya, juga dapat menciptakan lapangan kerja,” katanya.

Ia mencontohkan, banyak koperasi-koperasi besar di Indonesia seperti Pintu Air, Obor Mas di Maumere NTT, dan Swasti Sari di Kupang telah memiliki tabungan yang sangat banyak dan over likuiditas. Bahkan, katanya, ada pembatasan simpanan. Untuk itu, KemenkopUKM mendorong koperasi itu untuk masuk ke sektor produksi.

“Kita masih banyak produksi pangan yang harus diimpor. Mulai dari garam, kedelai, jagung, beras. Jika bisa diperkuat koperasi masuk di sektor produksi, ini akan menjadi kekuatan ekonomi rakyat yg sangat kuat,” tegas MenkopUKM.

Sementara itu, Wakil Bupati Sikka Romanus Woga menjelaskan, Kopdit Pintu Air mendukung pemerintah dengan melakukan spin off, dari sebelumnya hanya bergerak sebagai Koperasi Simpan Pinjam, kini telah melebarkan sayap ke Koperasi Sektor Produksi, yaitu dengan membentuk swalayan dan bergerak di Sektor Pertanian.

“Kita buktikan dengan spin off dari Koperasi Simpan Pinjam ke Sektor Produksi, Koperasi bisa tumbuh besar,” katanya.

Romanus Woga yang juga tokoh Koperasi di NTT ini menambahkan, Kopdit Pintu Air kini tengah mengembangkan swalayan dan pertanian dengan menanam cabai dan tomat. Menurutnya, pertanian yang diterapkan adalah dengan memanfaatkan lahan kering dengan sentuhan teknologi yang dapat dikontrol melalui smartphone dan dikenal sebagai Smart Farming.

“Usaha seperti ini untuk kesejahteraan anggota. Memanfaatkan lahan yang sebelumnya tumbuh rumput menjadi lahan pertanian dengan sentuhan teknologi seperti yang dikembangkan di negara negara maju,” tambahnya. (Jef)