Arsip Tag: Sertifikat Kompetensi

Tingkatkan Kompetensi Pengajar, BNI Bagikan Ribuan Sertifikasi Guru

Jakarta:(Globalnews.id)- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, membagikan ribuan sertifikasi untuk guru dalam rangka meningkatkan kompetensi pengajar Indonesia.

Program ini sejalan dengan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam mengembangkan kapasitas guru sebagai Guru Digital yang memberikan dampak positif secara berkelanjutan dalam sektor pendidikan.

Adapun program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengajar dalam penggunaan teknologi dan penerapan kurikulum Merdeka.

Sertifikasi guru tersebut akan diberikan kepada 1.000 guru di Provinsi Riau, DKI Jakarta, Bali, Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Selain itu, BNI juga memberikan literasi dan edukasi keuangan kepada siswa di salah satu sekolah di masing-masing provinsi.

Dalam sambutannya di acara Kick Off dan Press Conference BNI Berbagi Sertifikasi Guru Merdeka,  Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengungkapkan, program tersebut diberikan sebagai salah satu bentuk kepedulian BNI dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

“Ini merupakan salah satu bentuk kepedulian kami terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Semoga semakin banyak tenaga pengajar berkualitas sehingga mampu mencerdaskan lebih banyak anak bangsa,” ujarnya.

Okki melanjutkan, pelatihan bersertifikasi ini diberikan sebagai upaya untuk mendukung salah satu poin dalam Sustainable Development Goals (SDG’s) yaitu menjamin pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar untuk semua.

“Pelatihan sertifikasi ini diharapkan bisa meningkatkan mutu dan kualitas guru di Indonesia sehingga bisa memberikan materi pelajaran yang unggul untuk penerus bangsa agar bisa bersaing dalam skala global,” kata Okki.

Dalam acara yang sama, President Commissioner Orbit Future Academy Ilham Akbar Habibi mengatakan, kesempatan ini merupakan sebuah kehormatan bagi Orbit Future Academy untuk bisa ikut berpartisipasi meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia dalam jangka panjang.

Dia menjelaskan, setelah sukses dengan berbagai kurikulum peningkatan keterampilan di program-program sebelumnya, dan berkat kolaborasi bersama BNI, kini Orbit Future Academy kembali mendapatkan kepercayaan untuk membuktikan efektivitas program BNI Berbagi Sertifikasi Guru Merdeka.

“Dalam jangka panjang, program ini harus menjadi salah satu pilar penting pendukung Kurikulum Merdeka dan program Merdeka Mengajar Kemendibudristek, yang berkontribusi nyata bagi tercapainya visi Indonesia Emas 2045,” paparnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nunuk Suryani menambahkan, kolaborasi ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengimplementasikan tujuan bersama dalam meningkatkan kompetensi guru di Indonesia.

Menurutnya, semua perangkat yang tersedia dalam kurikulum Merdeka ini dapat menambah pengetahuan dan literasi finansial untuk guru di Indonesia.

“Terima kasih untuk Orbit dan BNI atas kolaborasi ini. Saya berharap kolaborasi seperti ini akan terus berjalan agar semakin banyak guru yang merasakan manfaatnya,” pungkasnya. (Jef)

KemenKopUKM Terus Perkuat Kompetensi SDM Pengawas Koperasi di Indonesia

Bandung:(Globalnews.id) Asisten Deputi Pengembangan SDM Perkoperasian dan Jabatan Fungsional Kementerian Koperasi dan UKM (KemenopUKM) Nasrun Siagian menegaskan bahwa dengan meningkatnya pemahaman dan kompetensi Pengawas Koperasi, maka akan berdampak terhadap pengawasan koperasi di Indonesia.

“Selanjutnya, akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap koperasi dan meminimalisir permasalahan yang akan terjadi. Untuk itu, peningkatan kompetensi mutlak diperlukan,” ucap Nasrun, pada acara Pelatihan Berbasis Kompetensi untuk Perkuat SDM Perkoperasian dan SDM Pengawas Koperasi, di Kota Bandung, Jawa Barat, beberapa hari yang lalu.

Pelatihan diikuti 120 orang secara luring dan daring, meliputi pelatihan bagi Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi, Pelatihan SDM Koperasi yang difasilitasi melalui Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI), Pelatihan Coaching Bisnis Perkoperasian, serta Pelatihan Kualitas/Kapasitas Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL).

“Pelatihan berbasis kompetensi bagi SDM Perkoperasian dan SDM Fungsional Pengawas Koperasi sangat strategis bagi pengembangan perkoperasian,” kata Nasrun.

Bagi Nasrun, kegiatan ini merupakan kesempatan yang sangat baik untuk meningkatkan kompetensi, kapasitas, profesionalitas, dan integritas bagi Pengawas Koperasi.

“Pelatihan bagi Pengawas Koperasi ini diharapkan memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kompetensi pengawas koperasi yang disinyalir lemah selama ini,” ungkap Nasrun, seraya menyebutkan, jumlah Fungsional Pengawas Koperasi saat ini sebanyak 1.044 yang tersebar di seluruh Indonesia.

Lebih dari itu, lanjut Nasrun, kegiatan ini juga
untuk mewujudkan SDM perkoperasian yang berkualitas dan memiliki daya saing yang sesuai dengan SKKNI. Yaitu, relevan, valid, aceptable, fleksibel, dan mampu telusur bagi manager/kepala cabang koperasi.

Terkait pelatihan Coaching Bisnis Perkoperasian, diselenggarakan dalam rangka meningkatkan tata kelola kelembagaan dan usaha koperasi dengan peserta berasal bagi pengurus dan pengelola koperasi yang bergerak di sektor riil.

Sementara itu, KemenKopUKM memiliki PPKL yang merupakan garda depan dalam penyuluhan koperasi. “PPKL menjadi penting dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab penyuluhan dan pemasyarakatan koperasi di masyarakat. Terlebih dalam era industri 4.0,” jelas Nasrun.

Ke depan, kata Nasrun, PPKL tidak hanya dituntut mendampingi dan mengawasi perkembangan koperasi mulai dari embrio hingga berdirinya koperasi, tetapi juga menjadi perantara koperasi dengan pasar potensial yang disesuaikan dengan jenis usaha koperasi,

Selain itu, PPKL juga harus dapat berperan sebagai Rebranding Ambassador dari koperasi guna menarik minat anak muda millenial untuk ikut terlibat secara aktif dalam membentuk suatu koperasi. “Ini yang nantinya mengubah wajah perkoperasian menjadi lebih menarik dan memenuhi kebutuhan anak muda,” kata Nasrun.

Sedangkan pelatihan terhadap SDM Perkoperasian dan Pembinanya (Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi dan PPKL), diharapkan memberikan dampak positif terhadap pengembangan koperasi modern yang menjadi fokus program kegiatan KemenKopUKM.

“Peserta pelatihan diharapkan dapat segera mengaplikasikan ilmu yang didapatkan sesuai dengan tugasnya masing-masing, demi kemajuan koperasi di Indonesia,” ucap Nasrun.(Jef)

KemenkopUKM Gelar Pelatihan Bidang Branding Usaha Mikro di Kota Tarakan

Tarakan:(Globalnews.id)— Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) mengadakan kegiatan pelatihan berbasis kompetensi bidang branding dan strategi pemasaran bagi pelaku usaha mikro di Kota Tarakan, Kalimantan Utara, beberapa hari yang lalu. Pelatihan kali ini melibatkan fasilitator dari LPK Kompetensi Indonesia, bersama Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan Kota Tarakan.

Sekretaris Deputi Usaha Mikro, KemenkopUKM, A.H. Novieta mengatakan kegiatan pelatihan ini mempunyai arti penting di tengah situasi dalam negeri yang masih dibayangi oleh pandemi Covid-19. Di sisi lain proses pemberdayaan UMKM khususnya usaha mikro di harus tetap berlanjut.

“Pemerintah pusat dan daerah harus ada dan berupaya untuk memberikan akses pengembangan kapasitas sumber daya manusia para pelaku usaha mikro, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya untuk memajukan bisnisnya. Terutama dalam hal ini melalui pelatihan branding dan pemasaran,” kata Novieta dalam sambutannya.

Untuk mengelola usaha dan menghasilkan produk yang berkualitas dibutuhkan SDM yang terampil dan kompeten. Pelatihan berbasis kompetensi ini merupakan pelatihan yang berorientasi praktis dengan menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja sesuai standar yang telah ditetapkan baik pengetahuannya, keterampilannya dan juga sikapnya.

“Kompetensi bidang branding dan strategi pemasaran yang menjadi topik pelatihan ini, sangat relevan dengan upaya memajukan usaha mikro. Pak kadis dan tim Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan mampu memotret potensi, permasalahan dan juga kebutuhan pelaku usaha mikro Kota Tarakan sehingga menjembataninya untuk sinergi kegiatan pelatihan ini,” ujar Novieta.

Meski demikian, ia mengakui bahwa bisnis UMKM tidak selalu berjalan mulus, sebab masih banyak hambatan atau kendala, yang harus dihadapi para pelaku UMKM terlebih disituasi sulit pandemi dua tahun belakangan dan sampai saat ini.

Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pemasaran menjadi kendala terbesar bagi pelaku usaha di masa pandemi. Persentasenya mencapai 58,94%. Disamping itu, masalah yang masih menjadi tantangan adalah pembiayaan, teknologi, bahan baku dan SDM.

“Kami mencermati SDM dan pemasaran sangat terkait, SDM usaha mikro yang terampil dan kompeten akan mendukung pengembangan jaringan usaha, pemasaran dan kemitraan usaha Bapak/Ibu. SDM yang dapat memanfaatkan dan menguasai teknologi akan memajukan usaha Bapak/Ibu,” ujar Novieta.

Novieta mengatakan pemerintah selalu berupaya untuk membantu UMKM menjawab tantangan itu, mulai dari sisi hulu (produksi) hingga hilir (pemasarannya). Maka pemerintah mengadakan program kegiatan meliputi pelatihan, pendampingan dan konsultasi usaha, akses legalitas usaha (NIB), peningkatan sertifikasi (merek, halal) dan standarisasi mutu produk, fasilitasi promosi dan pemasaran (online maupun offline) hingga fasilitasi onboarding pada platform digital, pemberian akses pembiayaan bagi usaha mikro, hingga bantuan hukum.

“Bahkan dengan kebijakannya pemerintah mendorong Gerakan BBI dan telah mengalokasikan 40% belanja barang/jasa untuk mendorong pemasaran dan penggunaan produk lokal UMKM (melalui aplikasi bela pengadaan dan e-katalog LKPP),” terang dia.

Potensi UMKM Tarakan

Kota Tarakan yang dikenal sebagai *Bumi Pagun Taka* perlu dibangun bersama karena bumi ini mempunyai potensi untuk pegembangan UMKM ada sumber daya perikanan dan kelautan (seperti rumput laut, ikan dan udang), industri, perdagangan dan pariwisata, juga sektor energi.

Selain itu, kata dia pengembangan ekonomi kreatif produk kerajinan tangan juga potensi untuk dikembangkan, dari referensi yang ada, produk dengan nuansa etnik Kalimantan berbahan dasar kulit kayu dan batik, yang berhasil dipasarkan pelaku UMKM Kota Tarakan.

“Kalau tidak salah trade mark “Marco Handmade” yang dirintis Agata Celsi dan berhasil dipasarkan hingga ke Amerika Serikat. Kemudian ada ibu Suhartatik dengan produk boneka rajut dengan kualitas terbaik,” katanya.

“Mencermati potensi yang baik ini, tentu kami berkeyakinan pelatihan branding dan strategi pemasaran ini akan memberikan bekal berharga bagi pengembangan usaha Bapak/Ibu. Branding menjadi penting karena Bapak/Ibu pelaku usaha mikro  perlu memahami fungsi branding sebagai salah satu sarana untuk menanamkan image dan citra produk maupun usaha secara positif,” tambahnya.

Menurut dia, branding produk, dapat membantu meningkatkan nilai jual dan menjadi pembeda dari pesaing dari usaha mikro sehingga lebih dikenal luas. Branding pun tidak hanya sebatas logo, label, atau packaging tapi utuh bisnis usaha mikro dari mulai produk yang berkualitas, sampai promosi dan layanan produk.

“Branding akan mendorong konsumen/pembeli untuk menentukan membeli produk Bapak/Ibu secara berulang,” ucap Novieta.

Begitu pun juga terang Novieta, strategi pemasaran menjadi penting di masa pandemi dan digitalisasi. Kombinasi strategi promosi dan pemasaran produk secara offline (toko/warung/tempat usaha lainnya) dan berbasis digital menjadi pilihan.

Hanya saja pelaku UMKM dituntut untuk mengoptimalkan pemasaran online dan digital marketing sebagai sarana komunikasi dengan target konsumen. Strategi pemasaranpun dimaksud tidak terlepas dengan branding, mulai dari promosi, kualitas produk, dan kemasan menarik.

“Paling mudahnya saat ini, strategi pemasaran melalui digital bisa dilakukan dengan memanfaatkan media sosial. Sebab sekarang media sosial bisa menjadi media agar produk dikenal luas-global, dan menjadi referensi utama untuk orang menentukan pilihannya,” tutupnya.(Jef)

KemenkopUKM  Dukung Peningkatan Kapasitas dan Kompetensi Pengurus Koperasi Sektor Riil menuju Entitas Bisnis Modern

Garut: (Globalnews id) – Kementerian Koperasi dan UKM-Deputi Bidang Perkoperasian mendukung peningkatan kapasitas dan kompetensi pengurus koperasi sektor riil menuju entitas bisnis modern.  Deputi Perkoperasian Ahmad Zabadi menegaskan bahwa kedepan koperasi harus dikelola sebagai entitas bisnis modern sehingga tidak terkesan jadul dan lemah. 

Hal ini diungkapkan Deputi Zabadi dalam pembukaan Bimbingan Teknis Penerapan Manajemen Koperasi Modern dan  Pelatihan bagi Pengurus Koperasi di Kampung Sumber Alam Resort, dan Hotel Aleiyra Garut, Jawa Barat beberapa hari yang lalu.

Deputi Zabadi menekankan bahwa mengurus koperasi adalah mengurus entitas bisnis, jangan lagi memperlakukan koperasi sebagai ormas atau lembaga sosial. Sebagai entitas bisnis tentunya harus dikelola secara professional dengan strategi bisnis  yang feasible. 

Untuk itu peran Pengurus sangatlah menentukan, dan menjadi kunci keberhasilan koperasi.  Pengurus adalah representasi dari anggota yang mempercayakan pengelolaannya kepada pengurus.  Pengurus harus mempunyai startegi bisnis terlebih menghadapi era digitaliasasi 4.0, mau tidak mau suka tidak suka untuk menghadapi persaingan bisnis koperasi harus masuk dalam ekosistem bisnis digital, tidak lagi gaptek. 

Pelatihan terhadap pengurus koperasi sangat penting untuk mengembangkan usahanya menuju koperasi modern baik itu dari aspek usaha, aspek kelembagan,  aspek keuangan dan teknologi informasi papar Zabadi.

Koperasi adalah solusi menuju demokrasi ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, namun manajemennya mengikuti manajemen kontemporer seperti pengelolaan perusahaan besar, tegas Zabadi.

Salah satu strategi bisnis menuju koperasi sebagai entitas bisnis modern adalah koperasi dapat melakukan merger atau istilah dalam perkoperasian amalgamasi.  Lebih baik jumlah anggotanya yang banyak, bukan jumlah koperasinya yang banyak.  Koperasi sedikit tapi dengan skala ekonominya besar, tambah Zabadi.

Deputi Zabadi tidak memungkiri bahwa salah satu kelemahan koperasi dalam mengembangankan produk adalah permodalan dan pemasaran, padahal terdapat banyak koperasi sektor pangan di Kabupaten Garut yang potensial untuk dikembangkan menjadi model bisnis berbasis komoditi unggulan seperti pisang, kopi, ternak domba, hortikultura dan bibit pohon kayu.  Dalam kesempatan ini akan disepakati kerjasama dan kemitraan  dengan BNI dan PT.Great Giant Pineapp dalam pengelolaan lahan yang sudah siap ditanami pisang dengan konsep Kemitraan antara Koperasi dengan offtaker.

Kegiatan ini dihadiri Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Garut, Suhartono, Kepala Dinas Kehutanan Prov. Jawa Barat, Epi Kustiawan, Asdep Pengembangan dan Pembaruan Koperasi, Bagus Rachman, Asdep Pembiayaan dan Penjaminan, Ari Gunawan, Asdep Pengembangan SDM perkoperasian dan Jabatan Fungsional,  Nasrun, Senior Vice President PT. Bank Negara Indonesia, Lodewyck Z.S. Pattihahuan, Vice President BNI, Ikhsan Sipayung, Asisten Vice President, Titin Kartini, Corporate Affairs Director PT. Great Giant Pineapple, Welly Soegiono, Penasihat Bisnis Agriterra, Arsiya Isrina Wenty Octisdah, dan CEO PT. CUSO Digital Indonesia, Hery Iskandar, dengan peserta Pengurus Koperasi Pangan di Kab. Garut. Kab. Bandung, Kota Tasikmalaya dan Kab. Subang.

Deputi Zabadi sela-sela acara mengatakan Sinergi dan kolaborasi seperti di Garut ini bisa menjadi role model dalam upaya percepatan realisasi pemanfaatan perhutanan social di yang dikelola oleh Koperasi Clasik Beans dan Leuit Sing Seungit yang akan mengkonsolidasikan lahan-lahan anggota koperasi untuk pengembangan budidaya pisang dan bermitra dengan Great Giant Pineapple.(Jef)

KemenkopUKM Dorong SDM Koperasi Memiliki Sertifikat Kompetensi

Kuningan:(Globalnews.id)- Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM Ahmad Zabadi mengakui, saat ini Koperasi Simpan Pinjam (KSP) menghadapi posisi sulit di tengah pandemi Covid-19 yang sudah hampir satu setengah tahun lebih.

“Oleh karena itu, profesionalitas manajer, ketua, dan pengelola koperasi, menjadi mutlak,” tegas Zabadi, pada acara pelatihan SDM Koperasi melalui SKKNI Kategori Perkoperasian, yang terdiri dari Manajer, Ketua dan Pengelola Koperasi di Cirebon dan Kuningan, Jawa Barat. Di Cirebon dilaksanakan pada 21-24 Agustus 2021 dan dilanjutkan di Kuningan pada 25-28 Agustus 2021.

Apalagi, lanjut Zabadi, positioning koperasi saat pandemi ini sangat sulit, dimana banyak usaha anggota koperasi terganggu. “Bahkan, ada diantaranya terhenti usahanya, omzetnya menurun. Sehingga, tidak dapat menenuhi kewajiban cicilan pinjaman, yang berdampak pada meningkatnya Non Performing Loan (NPL) koperasi di sebagian koperasi,” papar Zabadi.

Data menunjukkan, dampak pada koperasi, 41% diantaranya menimbulkan tekanan yang cukup pada KSP, yang mengganggu likuiditas pada KSP, adanya penarikan simpanan anggota pada satu sisi. “Di sisi lainnya, usaha anggota yang sumber pembiayaannya dari koperasi menurun bahkan diantaranya, terhenti usahanya,” ulas Zabadi.

Karena itu, menurut Zabadi, peningkatan SDM pengelola koperasi menjadi sangat penting, untuk memberikan kemampuan manajemen koperasi membaca perubahan lingkungan strategis dan mengelola koperasi dengan tata kelola yang baik (good cooperative governance). Sehingga, kepercayaan anggota tetap tinggi dan merasa simpanannya di koperasi terlindungi.

“Kami terus berupaya untuk memperkuat SDM koperasi, kompetensi manajer, ketua dan pengelola. Kami juga melakukan peningkatan kompetensi pengawas koperasi, karena salah satu isu yang mengemuka adalah pandangan bahwa pengawasan terhadap koperasi relatif masih lemah,” jelas Zabadi.

Zabadi menambahkan, salah satu permasalahan mendasar di KSP adalah rentannya penarikan simpanan anggota (rush). Sedikit saja ditiupkan isu negatif, bisa saja terjadi rush dan virus rush mirip pandemic, cepat menular, sehingga dapat berdampak pada KSP yang gagal bayar.

Menurut Zabadi, kasus seperti ini bisa terulang terjadi, karena tidak ada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) koperasi. “Keberadaan LPS bagi koperasi hemat kami, sudah sangat urgent dan merupakan sebuah keniscayaan. Hal ini untuk meningkatkan kepercayaan anggota dan masyarakat bergabung dalam koperasi dan menciptakan rasa aman anggota terhadap simpanan mereka di koperasi,” kata Zabadi.

Keberadaan KSP yang jumlahnya saat ini 17.737 unit, peranannya sangat strategi dalam memberikan akses UMKM terhadap permodalan.

Lebih dari itu, kata Zabadi, untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota, agar usaha-usaha anggota tidak hanya dapat difasilitasi pada aspek finansial, tetapi juga aspek non finasial, pihaknya mendorong koperasi yang telah bertumbuh besar, dengan jumlah anggota puluhan ribu bahkan puluhan ribu anggota, perlu melakukan terobosan bisnis dengan menginisiasi spin off. “Itu sebagai langkah strategis pemekaran koperasi, khususnya di sektor rill, seperti sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan,” ucap Zabadi.

Terlebih lagi, lanjut Zabadi, anggota koperasi banyak yang bergerak usahanya di sektor tersebut, dan di masa pandemi saat ini, juga prospek usaha ke depan, sektor pangan relative survival, dan koperasi hadir memperkuat ketahanan pangan nasional.

Zabadi mengatakan, Menteri Koperasi dan UKM dalam penyaluran dana bergulir LPDB-KUMKM diarahkan 100 persen kepada koperasi. Penguatan UMKM dikonsolidasi melalui koperasi. “Ini artinya kesempatan dan peluang diberikan kepada koperasi untuk memanfaatkan dana murah, mudah, cepat dan terjangkau, dibuka lebar,” imbuh Zabadi.

Bahkan, Zabadi mengingatkan kembali bahwa di era industri 4.0, manajerial koperasi harus adaptif, kapasitas dan kualitas manajer serta pengelola koperasi harus terus di upgrade dan tatakelola koperasi harus menerapkan Good Cooperative Governance (GCG).

Di samping penguatan regulasi, maka dalam rangka meningkatkan kualitas pengawasan, KemenkopUKM melakukan kerjasama dengan USAID-Economic Growth Support Activiti (EGSA), melalui pelatihan berbasis kompetensi pengawas koperasi.

Untuk angkatan I telah dilaksanakan pada 23- 25 Agustus 2021, diikuti sebanyak 20 orang di Bogor. Angkatan berikutnya direncanakan di Makasar, awal September yang akan datang.(Jef)