Arsip Tag: UMKM eksportir

Ciptakan Ekosistem UKM Go Ekspor, KemenKopUKM Perkuat Kemitraan dengan Agregator

Jakarta :(Globalnews.id) – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) melalui Deputi Bidang UKM menggelar kegiatan Pengembangan SDM UKM Berbasis Kemitraan dengan agregator dan UKM ekspor di Tangerang, Banten, guna menciptakan ekosistem UKM Go Ekspor.

Asisten Deputi Pengembangan SDM Usaha Kecil dan Menengah Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Dwi Andriani Sulistyowati mengatakan, upaya ini dilakukan dalam rangka mendukung pencapaian target kontribusi UMKM terhadap ekspor nonmigas sebesar 17 persen pada 2024.

Diketahui capaian kontribusi UMKM terhadap ekspor nonmigas saat ini baru sekitar 15,7 persen di bawah kontribusi UMKM China, India, dan Vietnam.

“Pelaku UKM Go Ekspor membutuhkan pengetahuan tentang tren pasar produk ekspor, market intelegensi, dan pengembangan produk ekspor. Tentu dalam kegiatan ini, peran agregator sebagai narasumber dan pendamping UKM telah berbagi ilmu serta pengalamannya (transfer knowledge),” ucap Dwi dalam keterangan resminya, Sabtu (17/9).

_Transfer knowledge_ dilakukan melalui ulasan dan masukan langsung dari agregator, desainer produk, dan praktisi ekspor dari setiap produk yang dihasilkan dan dipresentasikan oleh masing-masing UKM.

Dengan begitu, dalam kegiatan pengembangan SDM UKM Berbasis Kemitraan antara agregator dengan UKM ekspor ini tak hanya diberikan teori penunjang, namun juga diberikan praktik langsung. ”Memang ada tahapannya, teori sekitar 30-40 persen. Kemudian kita ajak ke workshop langsung praktik, UKM mengamati, meniru, dan memodifikasi yang disebut ATM (Amati, Tiru, Modifikasi), ditambah adanya _success story_ dari para agregator yg juga sebagai pelaku UKM, untuk menyemangati mereka,” ucapnya.

Karena menurut Dwi, UKM masih memiliki kelemahan salah satunya dalam memproduksi produk tidak melihat tren. Maka perlu didatangkan pakar di bidang desain produk, agregator, dan buying representatif.

Kegiatan ini, katanya, merupakan wadah para pelaku UKM untuk berinteraksi dan saling mengenalkan usaha (_company profile_) masing-masing. Dengan membangun jaringan (networking) akan menjalin kolaborasi dan sinergi antar sesama pelaku UKM untuk menciptakan dan memproduksi produk-produk kreatif baru dengan kualitas ekspor.

“Hasil yang diharapkan adalah, para pelaku UKM juga dapat menjadi bagian dari rantai pasok agregator dan usaha besar berskala ekspor. Dengan melakukan kegiatan langsung di pabrik, para pelaku UKM mendapatkan pengalaman langsung bagaimana proses produksi,” kata Dwi.

Sehingga outcomenya nanti, UKM bisa memasarkan produknya sendiri terutama tidak melalui trading house. Dijelaskan Dwi, terdapat perbedaan antara trading house dengan agregator. Trading house sendiri merupakan perusahaan jasa yang bisa menyelesaikan administrasi tentang ekspor tapi dikenakan biaya.

“Ketika buyernya komplain, trading house tidak bertanggung jawab. Kalau agregator, mereka sebagai praktisi juga pelaku, memiliki pengetahuan tentang seni disain. Jadi ketika ada komplain, mereka dapat menampung terlebih dahulu, kemudian bisa diselesaikan bersama ditambah mereka juga melakukan pembinaan dan berkontribusi terhadap kemajuan UKM,” kata Dwi.

Senada, Pemilik PT Homeware Internasional Indonesia Edmond Setiadarma mengaku sangat _aware_ pada permasalahan UKM. Melalui perusahaannya, ia berkomitmen untuk membantu para pelaku UMKM dalam melakukan ekspor.

“Tidak semua UMKM memiliki akses pasar ekspor dan kapasitas produksi yang besar. Kami bantu mengumpulkan produk mereka supaya dapat memenuhi permintaan pembeli. Umumnya pesanan dari luar negeri memiliki spesifikasi permintaan yang tinggi, kami lakukan standardisasi produk,” kata Edmond.

Edmond menambahkan, hal yang sama terjadi dari sisi pembiayaan, tidak semua UMKM sanggup memenuhi mekanisme pembayaran dari pembeli luar negeri yang bisa mencapai 60 hari jatuh tempo. Hingga permasalahan yang sering dialami, belum semua UMKM memahami persyaratan dan perizinan ekspor.(Jef)

KemenKopUKM Gelar Business Matching Pertemukan Koperasi di Bali dengan Buyer Internasional

Bali:(Globalnews.id)- Dalam rangka mendukung sinergi kegiatan antar Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), Deputi Bidang Perkoperasian KemenKopUKM menggelar Business Matching untuk mempertemukan sejumlah pelaku koperasi di Bali dengan buyer dari luar negeri.

Asisten Deputi Pengembangan SDM Koperasi dan Jabatan Fungsional KemenKopUKM Nasrun Siagian dalam sambutannya pada acara Business Matching di Bali, Jum’at (9/9) mengatakan acara business matching diselenggarakan pada 8 – 9 September 2022 di Hotel Ibis Style, Tanjung Benoa, Nusa Dua, Bali.

“Kegiatan ini diikuti 60 peserta yang terdiri dari beberapa koperasi yang ada di Provinsi Bali, yaitu Koperasi Pemasaran Putri Ayu Sejati, Koperasi Konsumen Griya Mas Sedana, Koperasi Konsumen Agung Mandiri, Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK), Koperasi Produsen Cipta Wastra Sundara, KSP Bali Satya Madani, Koperasi Yastiti Rupa, KSU Dana Mandiri, dan KSP Jujur Utama Mandiri,” ucap Nasrun.

Dalam kesempatan tersebut hadir tiga buyer dengan bisnis berskala internasional, yaitu Steve Holloway dari Perusahaan Holloway Group yang basis perusahaannya ada di Canada, lalu Angela Holloway yang berasal dari Australia, dan Happy Posey dari Amerika Serikat.

Kegiatan Business Matching tersebut dilakukan berdasarkan klustering yaitu produk home decor; fashion accessories; dan tenun. Dalam temu bisnis itu langsung dilakukan kurasi dan interview antara pelaku dengan ketiga buyer tersebut.

Nasrun mengatakan UMKM untuk menjadi kuat harus bergabung dalam koperasi. “Manfaatnya pun sangat banyak bagi UMKM yang bergabung dalam koperasi, antara lain koperasi hadir sebagai offtaker pertama (aggregator) bagi produk anggota dan buyer menjadi offtaker kedua (seperti saat ini), dengan bergabung dalam koperasi maka akan memudahkan buyer yang berasal dari luar negeri untuk mencari mitra (koperasi) di dalam negeri, serta kemudahan-kemudahan dalam mengakses pemodalan, pelatihan, teknologi termasuk factory sharing,” ucap Nasrun.

Dalam kesempatan tersebut, Angela, salah satu buyer, memberikan masukan kepada para pelaku UKM dan koperasi yang hadir tentang cara melakukan ekspor.

“Masih banyak terjadi kegagalan dalam ekspor yang diakibatkan oleh masalah komunikasi kepada buyer tentang jadwal pengiriman barang. Di samping itu juga ketika ada kegagalan pada saat produksi maka calon eksportir harus berani menyampaikan secara jujur kepada buyer. “Kami pernah gagal transaksi dikarenakan produksi mereka gagal, tetapi mereka tidak berani mengatakan itu, bahkan sekadar mengangkat telepon saja tidak berani” ucap Angela.

Angela mengatakan, buyer mengharapkan gerak cepat yang dilakukan oleh offtaker bila terjadi kendala, agar buyer merasa puas dan dapat melakukan repeat order atau pemesanan kembali.

Angela juga merasa takjub dan merespons sangat baik atas apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam rangka mendukung para pelaku UKM dan koperasi yang ada di Indonesia. “Contohnya dengan diadakan Business Matching yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM ini sangat baik, sehingga dapat membantu para offtaker bertemu langsung dengan buyernya. Kami berharap agar kegiatan yang sama bisa dilakukan secara kontinyu,” tambah Angel.

Atas masukan-masukan dari buyer tersebut, Asdep Nasrun menyatakan akan menindaklanjuti permintaan dan masukan dari buyer tersebut. “Kami juga berencana mengagendakan kegiatan Business Matching di wilayah lain di Indonesia,” ujar Nasrun.(Jef)

KemenKopUKM Gelar Business Matching Pertemukan Koperasi di Bali dengan Buyer Internasional

Bali:(Globalnews.id)- Dalam rangka mendukung sinergi kegiatan antar Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), Deputi Bidang Perkoperasian KemenKopUKM menggelar Business Matching untuk mempertemukan sejumlah pelaku koperasi di Bali dengan buyer dari luar negeri.

Asisten Deputi Pengembangan SDM Koperasi dan Jabatan Fungsional KemenKopUKM Nasrun Siagian dalam sambutannya pada acara Business Matching di Bali, Jum’at (9/9) mengatakan acara business matching diselenggarakan pada 8 – 9 September 2022 di Hotel Ibis Style, Tanjung Benoa, Nusa Dua, Bali.

“Kegiatan ini diikuti 60 peserta yang terdiri dari beberapa koperasi yang ada di Provinsi Bali, yaitu Koperasi Pemasaran Putri Ayu Sejati, Koperasi Konsumen Griya Mas Sedana, Koperasi Konsumen Agung Mandiri, Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK), Koperasi Produsen Cipta Wastra Sundara, KSP Bali Satya Madani, Koperasi Yastiti Rupa, KSU Dana Mandiri, dan KSP Jujur Utama Mandiri,” ucap Nasrun.

Dalam kesempatan tersebut hadir tiga buyer dengan bisnis berskala internasional, yaitu Steve Holloway dari Perusahaan Holloway Group yang basis perusahaannya ada di Canada, lalu Angela Holloway yang berasal dari Australia, dan Happy Posey dari Amerika Serikat.

Kegiatan Business Matching tersebut dilakukan berdasarkan klustering yaitu produk home decor; fashion accessories; dan tenun. Dalam temu bisnis itu langsung dilakukan kurasi dan interview antara pelaku dengan ketiga buyer tersebut.

Nasrun mengatakan UMKM untuk menjadi kuat harus bergabung dalam koperasi. “Manfaatnya pun sangat banyak bagi UMKM yang bergabung dalam koperasi, antara lain koperasi hadir sebagai offtaker pertama (aggregator) bagi produk anggota dan buyer menjadi offtaker kedua (seperti saat ini), dengan bergabung dalam koperasi maka akan memudahkan buyer yang berasal dari luar negeri untuk mencari mitra (koperasi) di dalam negeri, serta kemudahan-kemudahan dalam mengakses pemodalan, pelatihan, teknologi termasuk factory sharing,” ucap Nasrun.

Dalam kesempatan tersebut, Angela, salah satu buyer, memberikan masukan kepada para pelaku UKM dan koperasi yang hadir tentang cara melakukan ekspor.

“Masih banyak terjadi kegagalan dalam ekspor yang diakibatkan oleh masalah komunikasi kepada buyer tentang jadwal pengiriman barang. Di samping itu juga ketika ada kegagalan pada saat produksi maka calon eksportir harus berani menyampaikan secara jujur kepada buyer. “Kami pernah gagal transaksi dikarenakan produksi mereka gagal, tetapi mereka tidak berani mengatakan itu, bahkan sekadar mengangkat telepon saja tidak berani” ucap Angela.

Angela mengatakan, buyer mengharapkan gerak cepat yang dilakukan oleh offtaker bila terjadi kendala, agar buyer merasa puas dan dapat melakukan repeat order atau pemesanan kembali.

Angela juga merasa takjub dan merespons sangat baik atas apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam rangka mendukung para pelaku UKM dan koperasi yang ada di Indonesia. “Contohnya dengan diadakan Business Matching yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM ini sangat baik, sehingga dapat membantu para offtaker bertemu langsung dengan buyernya. Kami berharap agar kegiatan yang sama bisa dilakukan secara kontinyu,” tambah Angel.

Atas masukan-masukan dari buyer tersebut, Asdep Nasrun menyatakan akan menindaklanjuti permintaan dan masukan dari buyer tersebut. “Kami juga berencana mengagendakan kegiatan Business Matching di wilayah lain di Indonesia,” ujar Nasrun.(Jef)

KemenKopUKM Tekankan Pentingnya Peran Agregator Konsolidasikan UMKM kriya-wastra Tembus Pasar Ekspor

Bali:(Globalnews.id) – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menekankan pentingnya peran agregator perusahaan besar yang selama ini sudah banyak berkontribusi dalam mengkonsolidasikan para pelaku UMKM untuk menembus pasar ekspor, khususnya di sektor kriya dan wastra.

Dalam rangkaian Cerita Kriya yang diselenggarakan oleh Dekranas dan KemenKopUKM di Bali, dihadirkan sejumlah perusahaan sekaligus agregator yang menjadi best practice membawa produk UMKM ekspor. Sebut saja PT Sarinah Indonesia (Persero), Alun-Alun Indonesia, Out of Asia, hingga Du’Anyam, yang membagikan strategi sukses mereka dalam mengantarkan UMKM naik kelas ke pasar ekspor global.

Terkait hal ini, Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menekankan, untuk mengembangkan kriya dan wastra memang tak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Oleh karena itu kehadiran agregator sangat diperlukan dalam mewujudkan UMKM ekspor dan agar UMKM berdaya saing tinggi.

“Saya kira apa yang sudah kita lakukan on the track. Konsolidasi dan koneksikan UMKM dengan market, serta pembiayaan tergabung untuk membangun seluruh ekosistem yang dibutuhkan,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam diskusi panel Cerita Kriya bertajuk ‘Akselerasi Kriya: Strategi dan Konsolidasi UMKM Naik Kelas Pasar Ekspor’ di Gedung Art Bali, Bali Collection, The Nusa Dua, Kamis (8/9).

Teten melanjutkan, ia tidak ingin UMKM hanya sekadar bertahan, namun bisa terus tumbuh dan berkembang. Indonesia memiliki kekuatan sumber daya manusia (SDM) yang inovatif dalam menciptakan suatu produk. “Saya sudah keliling daerah, sebagian besar para pelaku UMKM punya spirit untuk tumbuh dan bersaing,” ujarnya.

Sementara itu, Presiden Direktur Out of Asia Handaka Santosa membagikan pengalamannya dalam membangun Out of Asia sejak 15 tahun lalu, dan telah malang melintang di dunia ekspor produk-produk kerajinan tangan ke berbagai negara bahkan hampir di lima benua. Saat ini, Out of Asia juga telah menggandeng lebih dari 10.000 perajin dari empat pulau di Indonesia (Sumatra, Jawa, Bali, dan NTT).

“Out of Asia merupakan bagian dari MAP yang 100 persen usahanya ekspor. Kalau orang tahunya MAP itu Zara, Sogo, dan lainnya, Out of Asia justru hadir menjadi agregator produk kerajinan dalam negeri khususnya UMKM, yang kemudian dipasarkan ke luar negeri,” ucap Handaka.

Beberapa produk yang diekspor Out of Asia seperti kerajinan kayu dan enceng gondok. Produk-produk hasil olahan perajin ini juga dipamerkan di salah satu jaringan ritel MAP global seperti Zara Home Store dan beberapa instalasi target store vas kayu maupun keranjang di berbagai negara.

“Produk yang kami kurasi dari UMKM ini telah diekspor ke lebih dari 5.000 toko di 5 benua. Para pembelinya itu H&M Home, Marks and Spencer, Zara Home, The Body Shop, Dunelm, L&M Home, Pottery Barn, World Market, dan masih banyak lagi,” kata Handaka.

Out of Asia katanya, berkomitmen untuk memberdayakan potensi masyarakat dan UMKM dengan melakukan beberapa pelatihan pembuatan barang kerajinan untuk tujuan ekspor di beberapa wilayah. Seperti Kroya, Grobogan, Lombok, Kebumen, dan beberapa daerah di seputar Yogyakarta.

Di mana sasaran utamanya adalah masyarakat berpenghasilan rendah. Diharapkan program pelatihan tersebut akan meningkatkan penghasilan dan ekonomi rumah tangga mereka. “Kami selalu membuka diri terhadap apa yang kami bisa lakukan lebih lagi, bagi kemajuan UKM yang ada di Indonesia,” ucap Handaka.

Selanjutnya, Direktur Alun Alun Indonesia Kreasi Catharina Widjaja menceritakan, Alun Alun Indonesia merupakan retail modern yang mempunyai konsep one stop shopping experience, dengan suasana dan sentuhan budaya Indonesia.

Alun-Alun Indonesia menawarkan berbagai produk Indonesia yang berkualitas mulai dari produk fesyen, aksesoris, aneka kain nusantara, produk living, perhiasan, aneka produk spa, ragam produk antik, aneka makanan olahan, dan produk kriya lainnya. Total sekitar 80 persen merupakan produk UMKM dari perajin perempuan.

Di Jakarta, Alun-Alun Indonesia bisa dikunjungi di Grand Indonesia West Mall Level 3 dan Hotel Indonesia Kempinski. Sementara di Bali terdapat di SOGO Bali Collection.

“Akhir tahun ini, kami akan membuka satu toko di Hainan, China di mana kawasan Hainan ini mirip dengan Bali. Di sana kami akan membawa produk UMKM yang sudah dikurasi. Strategi kami dalam ekspor UMKM adalah dengan mengkurasi dan menyiapkan mereka cocok di tempatkan di negara tersebut. Memberi informasi dan pengetahuan, apa saja yang sedang dibutuhkan pasar,” katanya.

*Kurasi dan Pendampingan*

Direktur Utama Sarinah Indonesia Fetty Kwartati yang dianggap telah sukses melakukan berbagai transformasi, memastikan saat ini produk yang dijual di Sarinah 100 persen lokal. Menurutnya, dari awal Sarinah memang dibangun dengan tujuan membantu ekonomi rakyat dan mendorong UMKM naik kelas.

“Untuk itu kami terus menggandeng KemenKopUKM untuk mengurusi yang di hulu, sedangkan kami urus yang di hilirnya,” kata Fetty.

Tujuan transformasi yang dilakukan, kata Fetty, membuat Sarinah bukan lagi sebagai agregator saja bahkan menjadi super agregator yang memiliki brand pemersatu di Indonesia. “Sarinah bukan hanya pusat belanja, tapi Sarinah adalah gerakan formalitas Bangga Buatan Indonesia (BBI). Sarinah tak hanya hadir domestik tapi juga mancanegara,” katanya.

Fetty melanjutkan, Sarinah kini menjadi wajah modern Indonesia yang membangun ekosistem pengembangan UMKM unggulan Tanah Air menuju future retail modern dan pasar global. Tak hanya itu, Sarinah juga menyebut dirinya sebagai Community Mall yang menjadi melting pot untuk lintas generasi.

Dalam menerapkan strategi mendorong ekspor UMKM, kata Fetty, Sarinah sebagai retail operator menaungi jenama lokal unggulan melalui optimalisasi operasional ritel yang terintegrasi dan membentuk interaksi personalized customer experience.

Tak hanya itu, Sarinah juga menjadi retail operator untuk BUMN dan stakeholder lainnya. Sehingga dari sisi pembiayaan, Sarinah didukung pembiayaan oleh BUMN lain mulai dari LPEI hingga Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), serta memberikan pembinaan UMKM khususnya di bidang retail management, branding, hingga visualisasi produk.

Setelah transformasi, Sarinah kini dikunjungi 20.000-30.000 orang saat weekday, dan 40.000 pengunjung saat weekend.

Tak ingin ketinggalan, Co Founder Du’Anyam Hanna Keraf hadir menjadi usaha sosial (social enterprise) bidang kriya yang unggul karena sistem rantai pasok (supply chain) yang kuat dan terpadu bagi 1.400 lebih perajin yang telah dilatih di 54 desa yang berada di NTT, Papua, dan Kalimantan Selatan.

“Sebanyak 200 ribu produk anyaman khas kami telah terjual kepada lebih dari 500 pembeli yang berasal dari korporat dan hotel (business to business/B2B). Tak heran rata-rata peningkatan pendapatan perajin tumbuh 40 persen dan 105 persen terjadi peningkatan pendapatan penganyam,” kata Hanna.

Tahun depan kata Hanna, produk anyaman dari Flores rencananya akan diekspor meski jumlahnya memang belum terlalu banyak, mengingat sekitar 80 persen pembelinya masih datang dari pasar domestik. Du’Anyam menyasar pasar workshop, seminar (untuk keperluan godie bag), terutama amenities yang bisa dipasok oleh produk anyaman, sehingga tak heran anyaman bisa masuk ke berbagai segmen pembeli.

Di kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia (BI) Elsya Chani menyatakan, proses melakukan ekspor memang tidaklah mudah bagi UMKM secara individual. Itu mengapa diperlukan peran dari perusahaan atau lembaga besar sebagai agregator untuk hadir membantu.

“Ada kompleksitas dalam ekspor, maka dibutuhkan bantuan dari semua pihak agar ekspor UMKM berjalan baik. Dan yang paling penting adalah kurasi, literasi, dan pendampingan UMKM sebelum mampu melakukan ekspor secara mandiri,” kata Elsya.

Di satu sisi, BI juga telah meluncurkan BI Fast yang membuat tarif transfer antar bank menjadi sangat murah hanya dipatok seharga Rp 2.500 per transaksi. Di mana salah satu tujuannya adalah mendorong UMKM tak ragu lagi untuk go digital dengan melakukan pembayaran melalui QRIS.(Jef)

KemenKopUKM Gandeng Peritel Global Perluas Pasar Ekspor UKM

Jakarta:(Globalnews.id) – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) berkolaborasi dengan berbagai pihak, terutama bekerja sama dengan peritel global dari luar maupun dalam negeri untuk sebagai agregator, eksportir, sekaligus lembaga riset bagi produk-produk UKM lokal agar mampu menembus pasar ekspor.

Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Hanung Harimba Rachman mengungkapkan, rangking ekspor Indonesia di ASEAN berada di posisi ke-5. Sementara kontribusi UKM terhadap ekspor nasional tahun 2020 sebesar 15,69 persen. Di ASEAN, porsi ekspor UKM Indonesia mencapai 15,8 persen. Angka ini tercatat lebih rendah dibandingkan Malaysia sebesar 19 persen, Vietnam 20 persen, Filipina 20 persen, Sri Langka 20 persen, dan Thailand sebesar 29,5 persen.

“UKM menjadi salah satu sektor yang turut serta berkontribusi pada peningkatan kinerja ekspor Indonesia. KemenKopUKM terus mendorong pelaku UKM untuk bisa menembus pasar ekspor,” ucap Hanung dalam acara diskusi Indonesia Retail Summit 2022 bertajuk ‘Peningkatan Kolaborasi UKM dengan Retail Luar Negeri Untuk Produk-produk Baru’ di Sarinah, Jakarta, Senin (15/8).

Ia melanjutkan, beberapa strategi pun dilakukan dalam meningkatkan kontribusi ekspor UKM ini. Di antaranya, KemenKopUKM aktif melakukan identifikasi dan pemetaan potensi produk dan potensi pasar luar negeri.

Kemudian pihaknya juga memfasilitasi akses pembiayaan dan investasi bagi UKM ekspor melalui Lembaga pembiayaan Perbankan maupun Non Perbankan (Fintech, Peer to Peer Lending, dan SKOPI). Selanjutnya, perluasan pasar produk UKM ekspor bekerja sama dengan aggregator, eksportir, distributor, agen, maupun melalui fasilitasi pameran dalam dan luar negeri.

“Kami juga mendorong digitalisasi produk UKM ekspor baik dengan menggunakan website sendiri atau melalui online marketplace seperti Alibaba, dBay, Amazon, Etsy, Rakuten, dan lainnya,” ucap Hanung.

Terakhir, KemenKopUKM melakukan peningkatan kapasitas SDM dan produk UKM melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, capacity building, dan fasilitasi standarisasi sertifikasi. “Dengan strategi ini, kami optimistis target kontribusi ekspor UKM Indonesia tercapai secara bertahap yakni di 2022 sebesar 15,8 persen, tahun 2023 sebesar 16,4 persen, dan di tahun 2021 sebesar 17,0 persen,” ucapnya.

Selanjutnya sebagai upaya nyata dukungan KemenKopUKM mendorong kontribusi ekspor UKM, sepanjang 2021 pihaknya menggandeng berbagai perusahaan ritel besar mancanegara. Pada September 2021, KemenKopUKM memfasilitasi perjanjian kerja sama antara IKEA dengan PT Rumah Mebel Nusantara. Di mana hingga Juli 2022, sebanyak 40 UKM telah masuk dalam jaringan IKEA yang ada di Jakarta, Tangerang, dan Bali.

“Nanti juga akan dilakukan pembahasan menggunakan kerja sama dengan IKEA untuk memenuhi supply di luar negeri. Kerja sama ini sangat menguntungkan tak hanya bagi IKEA tapi juga UKM, mengingat pada 2021 pendapatan IKEA mencapai 42 miliar Euro di mana 70,7 persen penjualan terjadi di Eropa, 18 persen di Amerika, dan 11,3 persen di Asia, termasuk Indonesia,” kata Hanung.

Kemudian kolaborasi antara KemenKopUKM dengan PT Fast Retailing Indonesia (Uniqlo) pada 28 September 2021 tercatat sampai Juli 2022 sebanyak 196 UKM telah masuk dalam jaringan Uniqlo yang ada di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Bali, dan NTB.

Lalu bersama Lulu grup yang merupakan jaringan ritel terbesar di Kawasan GCC dan Asia yang menguasai 32 persen pasar ritel, KemenKopUKM mendorong UKM masuk dalam Lulu Group Riteil. “Setelah ini, akan dilakukan buyer session dengan pihak Lulu, untuk mempertemukan UKM dengan buyer (Lulu),” katanya.

Tak berhenti di situ, KemenKopUKM lanjut Hanung, turut melakukan pengembangan kawasan dan rantai pasok seperti PLUT sebagai pusat layanan pendampingan ekspor, insentif pengembangan usaha antara mitra usaha besar dengan UKM, serta korporatisasi petani.

Pihaknya juga melakukan peningkatan layanan dengan mempermudah pengurusan izin serta perolehan sertifikasi mulai dari ISO, HACCP, FSSC, BRC, Organic, dan lainnya. Ditambah ada upaya pemetaan buyer potensial sebagai bantuan kepastian akses pasar, dengan kolaborasi bersama ITPC, KBRI, Atase Dagang, dan SIPPO.

“Upaya kami untuk bagaimana membangun kerja sama dengan agregator dan buyer representatif untuk mendapatkan info buyer. Selain itu kami punya program logistik dengan kargo terjadwal, jika mengirim barang kecil, UKM sendiri-sendiri itu mahal, dan ini kita integrasikan supaya biayanya lebih murah,” ucap Hanung.

Di tempat yang sama Corporate Affairs Director Uniqlo Irma Yunita menambahkan, dalam mendukung UKM, sebanyak 25 toko dari total 50 toko Uniqlo di Indonesia sudah dibangun instalasi UKM dengan menampilkan produk-produk UKM lokal terpilih yang berasal dari wilayah lokasi toko Uniqlo berada. “Sisanya 25 toko lagi sedang kami kurasi produknya untuk dibangun instalasi UKM,” katanya.

Tak hanya itu, terkait rantai pasok, Uniqlo juga bekerja sama dengan 14 pabrik lokal dalam memproduksi pakaian untuk diekspor. Di mana saat ini produk-produk tersebut telah melakukan ekspor sebanyak 3 kali lipat, sehingga tak heran jumlah ekspor Uniqlo lebih besar mencapai Rp334 juta dibanding dengan impor yang mencapai Rp118 juta hingga pertengahan tahun 2022.

Dewan Penasehat Hippindo Tutum Rahanta berharap ke depan akan lebih banyak lagi pihak swasta seperti Uniqlo yang bisa memberikan fasilitas bagi UKM dalam memperluas aksesnya untuk pasar ekspor. Ia juga meminta, agar aturan Pemerintah yang ada mampu menguatkan produk lokal dalam negeri untuk UKM agar naik kelas.

“Welcome terhadap Uniqlo yang memberikan kesempatan kepada UKM untuk berkembang. Bisa dibilang, selama ini sulitnya produk UKM ekspor karena tak mampu bersaing dengan barang impor. Melalui kerja sama pihak ritel luar negeri, justru akan mendapatkan pengetahuan dalam pemenuhan standarisasi kebutuhan ekspor seperti apa,” ucapnya.(Jef)

MenKopUKM Dorong UMKM Jajaki Potensi Ekspor Tanaman Kratom ke AS

Jakarta:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mendorong pelaku UMKM dan petani untuk menjajaki potensi ekspor kratom sebagai produk yang dimanfaatkan untuk kebutuhan farmasi dan keperluan lainnya mengingat besarnya peluang tanaman tersebut di pasar Amerika Serikat (AS) maupun Eropa.

“Indonesia sebagai produsen kratom terbesar salah satunya diekspor ke AS. Kami melihat potensi ekonomi kratom sangat besar, di mana kratom tumbuh menyebar luas di beberapa pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam acara Round Table Discussion dengan Kamar Dagang, Asosiasi Kratom Amerika, Ahli Riset, Senator dan Representative (DPR) AS dan Koprabuh (Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau) yang bertajuk Urgensi Keberlangsungan Perdagangan Kratom, di Kantor KemenKopUKM, Jakarta, Rabu (10/8).

Kratom merupakan tanaman tropis dari famili Rubiaceae yang berasal dari Asia Tenggara (Thailand, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina), dan Papua Nugini. Di Indonesia, tanaman ini banyak tumbuh di Kalimantan Barat (Kalbar), Sumatra, sampai ke Sulawesi dan Papua di wilayah tertentu.

Di sisi lain kata MenKopUKM, di Indonesia belum banyak pemanfaatan kratom lantaran masih adanya benturan terkait regulasi bahkan sejumlah kalangan mengindikasikannya masuk dalam golongan narkotika, namun kratom masih legal untuk ditanam dan diperjualbelikan.

“KemenKopUKM punya rencana untuk mengembangkan kratom. Dan saat ini Koprabuh sudah bekerja sama dengan petani kratom di Kalbar. Nanti bisa dikembangkan budidaya kratom lewat perhutanan sosial,” katanya.

Namun sebelum itu kata Menteri Teten, setelah melihat potensi ekspor dan permintaannya yang sangat besar, maka perlu didorong dengan regulasi yang kuat demi keberlangsungan produk kratom di pasar global.

“Saya akan mengambil inisiatif berbicara dengan Kementerian Kesehatan, BNN, Kementerian Perdagangan, maupun BPOM. Saya optimistis Indonesia bisa memproduksi kratom dan melanjutkan perdagangan dengan Amerika dan negara lainnya,” kata Teten.

Tak hanya itu, MenKopUKM mengajak koperasi serta asosiasi kratom di Indonesia bersama-sama memperluas pemanfaatan kratom, diiringi dengan perlunya meningkatkan kualitas standar ekspor dari produk kratom. “Mungkin dengan KADIN AS juga perlu untuk meyakinkan manfaat kratom,” katanya.

Alternatif Penyembuhan
Dalam kesempatan tersebut, juga mengemuka diskusi terkait banyaknya penemuan dan hasil penelitian dari lembaga dan ilmuwan di Indonesia maupun Amerika terkait pemanfaatan kratom sebagai tanaman obat yang berkhasiat.

Tanaman kratom, dimanfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai obat tradisional untuk mengatasi diare, lelah, nyeri otot, batuk, meningkatkan daya tahan tubuh, menurunkan tekanan darah tinggi, menambah energi, mengatasi depresi, antidiabetes dan antimalaria, serta stimulan seksual.

“Memang banyak yang khawatir, tapi saya dapat masukan bahwa kratom aman didukung dengan penelitian secara ilmiah,” kata MenKopUKM.

Bahkan manfaat yang diberikan bukan hanya bagi petani, tetapi juga bagi ilmu kesehatan. Menteri Teten menyebut, misalnya hasil riset dari Jack Hennnlingfield, peneliti dari John Hopkins University yang menyatakan, kratom diperlukan untuk membantu masalah kesehatan di AS.

Senior Kebijakan Publik American Kratom Association (Senior fellow of public policy of AKA) Mac Haddow mengatakan, banyak penduduk Amerika yang membutuhkan pengobatan melalui kratom. Sehingga ekspor tanaman kratom dari Indonesia masih sangat dibutuhkan oleh Amerika Serikat.

“Kami menyambut baik dan terbuka untuk menjadi mitra Indonesia dalam mendapatkan sertifikasi FDA AS, untuk mencabut peringatan impor karena adanya larangan pada bahan kratom. Sehingga perluasan pasar kratom bukan hanya bermanfaat bagi 200 ribu petani di Indonesia tapi juga penduduk Amerika,” katanya.

Haddow menyebut, potensi perdagangan kratom sebelum pandemi sangat tinggi, namun saat ini terjadi evaluasi dampak ekonomi produk kratom di Amerika Serikat dan diperkirakan angkanya turun hanya mencapai 1,3 miliar dolar AS atau setara Rp 19,32 triliun dalam informasi perdagangan Amerika.

“Sebenarnya potensi perdagangan itu jauh lebih tinggi dari angka tersebut, mengingat ada sekitar 15 juta populasi pendudk Amerika, bahkan bisa jadi masyarakat dunia yang mengharap bantuan dari pengobatan ini, untuk menyelamatkan hidup mereka dan itulah yang terjadi di Amerika Serikat,” katanya.

Di kesempatan yang sama, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM Reri Indriani menyatakan, BPOM sangat terbuka mengawal inovasi atau pun perkembangan kratom untuk dilakukan penelitian lebih lanjut sebagai obat, sepanjang benefitnya melebihi risikonya.

“Sehingga harus ada mitigasi risiko saat peredarannnya nanti. Intinya kami siap mengawal penelitan dalam pengembangannya, yang juga merujuk kepada keputusan kementerian terkait sebagai leading sector, dalam hal ini Kemenkes dan BNN,” kata Reri.

Rekan Vendor Kratom AS Chris Japson mengaku, sejak dikenalkan tanaman kratom oleh rekannya sesama vendor Shawn Brady, Japson mengalami perubahan yang sangat signifikan pada penyakit nyeri punggung yang dialaminya bertahun-tahun.

“Setelah 17 kali bolak balik ke Indonesia, sampai datang langsung ke hutan bertemu petani untuk melihat kratom, saya mengalami kesembuhan. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk mengembangkan kratom sebagai pengobatan, agar orang lain yang juga merasakan sakit seperti saya bisa dibantu untuk sembuh,” katanya.(Jef)

BNI Siap Fasilitasi Pembiayaan UMKM agar Naik Kelas dan Go Global

.

Jakarta: (Globalnews.id)- Wakil Pemimpin Divisi SME PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Yessy Aktaina mengatakan, UMKM semakin memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, karenanya perlu untuk terus didorong agar bisa go internasional atau ekspor. DIa menegaskan, membuat UMKM naik kelas, merupakan focus BNI saat ini.

Yessy menuturkan, ada 3 Pilar Strategi Pemberdayaan UMKM BNI, pertama, BNI mendorong pelaku UMKM untuk Go Ekspor, kedua BNI fokus untuk meningkatkan bisnis Mitra BNI melalui value chain berbasis digital”, dan ketiga, “BNI fokus untuk pengembangkan ekosistem unggulan berbasis digital.
“Untuk ekspor BNI telah menyiapkan skema pembiayaan BNI untuk Produksi UMKM Naik Kelas antara lain Fast Trex & BWU Fast Trex (Fasilitas Transaksi Ekspor), untuk Nasabah Baru ataupun Existing berorientasi ekspor,” ujar Yessy. dalam FORWADA – MIKRO FORUM VIRTUAL
DISCUSSION SERIES 2022 – “Bagaimana G20 Perkuat UMKM dan Sendi-sendi Ekonomi Terpenting Pasca Pandemi?”, di Resto D’Kampoeng, Bogor, Jawa Barat, Kamis, (24/2/2022).

Yessy mengungkapkan, guna membantu UMKM go global, BNI telah menghadirkan Xpora, merupakan One Stop Solution Hub yang memberikan layanan bagi pelaku UMKM Indonesia agar dapat Go Productive, Go Digital, & Go Global serta menjadi pusat layanan bagi para pengusaha diaspora Indonesia yang berada di luar negeri.
Melalui Xpora, BNI ingin KCLN dan diaspora Indonesia untuk membantu ekspor UMKM. “Xpora merupakan orkestrator ekosistem UMKM yang mempertemukan penjual, pembeli (termasuk Diaspora) dan enabler ekspor,” tutur Yessy.
Ditambahkan, hinga saat ini Xpora Physical Hub tersedia di 7 Kota antara lain, Jakarta, Bandung, Surabaya, Solo, Denpasar, Makasar dan Medan. Selain itu BNI juga telah menyiapkan Skema Reguler Pembiayaan kepada UMKM, diantaranya, pendanaan UMK, Kredit Usaha Rakyat (KUR), BNI Wirausaha (BWU), dan Kredit Usaha Kecil dan Mengah.
Senada dengan Greatman Rajab, Yessi mengamini perlunya kolaborasi antar instasi/lembaga dalam membangun UMKM agar naik kelas. Yessi menyebut, UMKM Indonesia memiliki potensi yang luar biasa, hanya saja saat ini UMKM menghadapi beragan kesulitan berupa akses yang harus dibantu dan dipermudah baik secara regulasi maupun program dari instritusi.
“Kolaborasi penting, namun capacity building juga area yang harus dipikirkan oleh UMKM. Jadi penggerak ini utamanya dari UMKM, tidak hanya dipancing oleh institusi, UMKM harus punya willingness untuk expanded dirinya,” katanya.
“Kita punya banyak strategi, kita mau bikin ekpor itu lebih mudah untuk meningkatkan lebih banyak lagi menciptakan UMKM jadi naik kelas. Tapi UMKM itu sendiri harus punya eagerness mengembangkan dirinya,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Drektur Grup Kebijakan Sektor Jasa Keuangan Terintegrasi (GKKT) Otoritas Jasa Kuangan (OJK)/Wakil Satgas Syariah dan UMKM, Greatman Rajab mengatakan, salah satu peran penting UMKM bagi perekonomian Indonesia adalah dari aktivitas ekspor non migas yang mencapai 15,65 % dari total ekspor nasional.
Untuk itu, OJK terus mendukung pengembangan ekosistem UMKM yang mencakup sektor fashion, food, holtikultura, ekonomi kreatif, furnitur, dan pertenakan menjadi prioritas ekspor. Selain itu, akselerasi digital UMKM melalui kegiatan edukasi serta fasilitas on boarding business, business matching, dan capacity building.
“OJK juga mendirikan Kampus UMKM yang merupakan program kerjasama industri jasa keuangan dengan stakeholder terkait, seperti start up unicorn dan PTN/PTS untuk memberikan pelatihan end to end kepada kelompok UMKM agar siap-siap go global,” ujarnya.

Lebih lanjut Greatman Rajab menuturkan, UMKM harus dapat memanfaatkan presidensi G20 untuk mendorong peluang usaha di sektor hijau. Menurutnya, pandemi Covid-19 telah menjadi wakeup call untuk transisi menuju ekonomi hijau sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru yang berkelanjutan dan berorientasi ramah lingkungan. Ekonomi hijau ini dapat menjadi bagian dari proses recovery dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
“Data dari World Economic Forum, 2020, transisi hijau dapat menghasilkan peluang bisnis senilai USD 10,1 triliun dan 395 juta lapangan pekerjaan pada tahun 2030. Ini dapat mendorong terciptanya peluang usaha baru (green job) bagi para Pelaku UMKM termasuk milenial,” ungkapnya.

Saat ini, lanjut Greatman, hampir semua pihak punya niat baik untuk memajukan UMKM Indonesia. Namun, hanya satu yang kurang, yakni masalah bagaiman sinergi dan kolaborasi itu bisa dilakukan dengan baik. Sebab, jika berjalan sendiri-sendiri tidak akan memberikan added value yang bagus.

“OJK selaku regulator akan terus mendukung dari sisi kebijakan dengan mendorong industri jasa keuangan di Indonesia ini bisa terus mendukung pembiayaan khususnya bagi UMKM di Indonesia,” tegasnya. (Jef)

KemenKopUKM Apresiasi Ekspor 150 Kontainer Produk Sabun UMKM Ke Enam Negara

Jakarta:(GloBalnews.id)- Kementerian Koperasi dan UKM mengapresiasi PT Restu Graha Dana yang baru saja melakukan ekspor 150 kontainer sabun olahan UMKM ke enam negara di Afrika dan Timur Tengah. Diharapkan langkah ini menjadi semangat baru bagi para UKM untuk terus berdaya saing dan menembus pasar global.

“Ini salah satu prioritas kita agar UMKM masuk pasar global,” ungkap Deputi Bidang UKM, KemenKopUKM, Hanung Harimba Rachman dalam acara Peluncuran Ekspor 150 Kontainer Sabun Kolaborasi PT Restu Graha Dana, Kamar Dagang Indonesia (KADIN) , dan Komunitas UMKM Naik Kelas, Jakarta, Sabtu (15/1).

Lebih lanjut, Hanung menambahkan bahwa saat ini pemerintah ingin meningkatkan kontribusi ekspor UKM mencapai 17% di tahun 2024, di mana saat ini baru mencapai 15,6%.

Menurutnya, untuk memastikan target peningkatan kontribusi ekspor UKM ini, pelaku UKM nasional membutuhkan biaya logistik yang lebih murah dan pengurusan administrasi ekspor yang lebih cepat.

“Kelangkaan kontainer menjadi permasalahan utama untuk UKM. Akibatnya biaya pengangkutan mahal atau biaya yang naik 300% dan risiko kerusakan sangat tinggi karena lamanya penyimpanan produk,” tuturnya.

Selain kelangkaan kontainer, lanjut Hanung, kendala lainnya ialah pemetaan permintaan domestik atau tidak adanya market intelligence untuk menanggapi peluang produk, kapasitas produk, sertifikasi internasional, dan kemudahan pembiayaan ekspor bagi pelaku UKM.

Dia pun menegaskan bahwa kontribusi ekspor Indonesia masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Tiongkok yang memiliki kontribusi ekspor UKM sebesar 68% dan indeks kinerja logistik 3,61, serta India dengan kontribusi ekspor UKM 40% dan indeks kinerja logistik 3,18.

“Ini menunjukkan kurang efisiennya waktu dalam pemenuhan dokumen ekspor serta kurangnya dukungan infrastruktur bagi pelaku UKM Indonesia untuk eskpor produknya. Hal ini menjadi tanggung jawab kita bersama,” ujar Hanung.

Dalam membangun ekosistem ekspor yang kondusif bagi UKM, KemenKopUKM telah menyediakan berbagai program, di antaranya SMESCO Hub Timur untuk mengagregasi produk UMKM dan koperasi wilayah timur Indonesia, baik untuk target pasar di dalam dan luar negeri.

Selain itu, KemenKopUKM juga menyediakan SMESCO Labo untuk skill enrichment bagi semua pelaku usaha atau industri kecil dan menengah. Di dalam SMESCO Labo ini, tersedia beberapa fasilitas laboratorium yang sudah tersedia, seperti mechanical lab, photography lab, food lab, dan handycraft labo.

“Kita juga punya Rumah Produksi Bersama dalam komoditas produk nilam, rotan, biofarma, kelapa, dan sapi. Angkutan kargo terjadwal, dan logistik bersubsidi kolaborasi bersama Garuda Indonesia. Pembiayaan ekspor. Sertifikasi internasional, sertifikasi mutu ISO/HACCP, FSSC, BRC, Organik, dan SVLK. Satgas pengembangan ekspor. Agenda pameran internasional dalam G20 ada 150 side event yang bisa dimanfaatkan untuk promosi UMKM, juga MotoGP, Muslim Indonesia Fashion Festival, serta berbagai program lainnya,” ucapnya.

Di tempat yang sama, Komisaris PT Restu Graha Dana, Dian Prasetyo mengatakan bahwa acara kali ini menunjukkan bahwa pelaku UKM dapat ikut berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui ekspor.

“Kita bergandengan tangan untuk berkontribusi pada ekonomi Indonesia,” kata Dian.

Sementara itu, Ketua Umum Komunitas UMKM Naik Kelas, Raden Tedy menambahkan bahwa pelepasan ekspor ini menjadi bukti adanya sinergi antara UMKM dengan pelaku usaha untuk mengekspor sabun dengan bahan baku dari UMKM di seluruh Indonesia.

“Sabun ini ada yang bahan bakunya dari kelapa sawit, buah pala dan masih banyak lagi. Kita juga akan melakukan ekspor terhadap produk UMKM lain ke depannya,” tegas Tedy.

Ketua Umum Kadin Indonesia Eddy Ganefo menuturkan bahwa pihaknya bercita-cita untuk membuat UMKM menjadi pahlawan devisa negara. Dalam artian, dengan melakukan ekspor, UMKM dapat berkontribusi menyumbangkan devisa negara untuk kemajuan Indonesia.

“Kami bangga dengan KemenKopUKM dalam membina UMKM dan bersinergi dengan berbagai pihak untuk membina UMKM. Mudah-mudahan dengan langkah kita bersama, ekspor UMKM akan terwujud lebih masif. Cita-cita kami bahwa kami ingin jadikan UMKM pahlawan devisa. Artinya diharapkan mengisi devisa melalui ekspor. Kami berharap kerja sama dengan KemenKopUKM agar cita-cita ini dapat terwujud,” pungkas Eddy.(Jef)

KemenKopUKM Apresiasi Kolaborasi Sekolah Ekspor untuk Tingkatkan Kontribusi Ekspor UMKM

Jakarta:(Globalnews.id)- Jumlah ekspor nasional meningkat pada Triwulan III 2021 dengan nilai ekspor naik 22,71% dibanding Triwulan III 2020 sebesar 17,24%. Jumlah kontribusi ekspor UMKM juga naik dari 14,37% menjadi 15,69% di tahun 2020.

“Untuk itu, kami mengapresiasi Sekolah Ekspor yang selama ini berkontribusi untuk turut serta dalam meningkatkan ekspor nasional, melalui pendidikan calon eksportir di Indonesia,” ungkap Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Bidang Produktivitas dan Daya Saing Yulius saat mewakili Menteri Koperasi dan UKM pada acara peresmian Program Digital Export Summit 2022, secara daring di Jakarta, Jumat (7/1).

Di acara yang dihadiri Asdep Kemitraan dan Perluasan Pasar KemenKopUKM Fixy, Vice President Divisi Bisnis SME BNI Yessy Aktaina, Chief Marketing Officer PT Pos Logistic Indonesia Rulit Candra dan Kepala Sekolah Ekspor Handito Joewono, Yulius juga mengapresiasi BNI Xpora yang selalu mendukung upaya Kementerian Koperasi dan UKM dalam mendorong ekspor UMKM.

Namun demikian, Yulius mengakui, kenaikkan tersebut masih jauh dibanding beberapa negara lainnya, seperti Singapura 41%, Thailand 29%, atau Tiongkok mencapai 60%. “Target kontribusi ekspor UMKM kita harapkan meningkat menjadi 17% di 2024,” tandas Yulius.

Yulius menyebutkan, berbagai kendala masih dihadapi UKM untuk melangkah ke pasar ekspor. Diantaranya, minimnya pengetahuan tentang selera pasar (market intelligence) dan dokumen persyaratan di negara tujuan, kualitas produk yang tidak konsisten, kapasitas produksi yang terbatas dan kesinambungan produksi, serta biaya sertifikasi yang tidak murah hingga kendala logistik.

Untuk itu, lanjut Yulius, Kementerian Koperasi dan UKM akan mendorong lebih banyak UKM yang siap ekspor tahun ini. Antara lain, dengan memfasilitasi sertifikat dukungan ekspor bagi UKM, sekolah ekspor, pelatihan UKM ekspor, pembiayaan ekspor, sistem informasi ekspor, pameran berskala internasional, jadwal pengiriman kontainer, serta kerjasama peningkatan ekspor lainnya.

“Melalui sinergi kolaborasi dengan seluruh stakeholder, diharapkan kontribusi ekspor UMKM akan meningkat,” imbuh Yulius.

Yulius berharap, sinergi dan kolaborasi pemerintah, dunia usaha, dan akademisi di Sekolah Ekspor, akan melahirkan semakin banyak eksportir baru dari generasi Milenial dan generasi Z untuk menciptakan wirausaha dan eksportir baru yang sangat dibutuhkan Indonesia saat ini.

“Para mahasiswa, yang terlibat dalam program Kampus Merdeka dan melakukan magang atau studi independen melalui program Studi Independen Bersertifikat Menjadi Eksportir Baru 4.0 yang dilaksanakan Sekolah Ekspor, diharapkan akan benar-benar menjadi wirausaha pelaku ekspor,” papar Yulius.

Bagi Yulius, transformasi ekonomi ke industri 4.0, mendorong penggunaan teknologi dan digital. Sehingga, membuat pola konsumsi masyarakat beralih ke daring (online) dan mengharuskan UKM Indonesia untuk beradaptasi secara khusus apabila ingin menembus pasar ekspor serta bersaing dengan produk-produk dari luar negeri.

Dalam rangka mendorong ekspor produk UMKM, Kementerian Koperasi dan UKM juga melakukan sinergitas digitalisasi KUKM dengan melibatkan Kementerian/Lembaga. Antara lain, koordinasi dengan KBRI/KJRI, ITPC, dan Atase Perdagangan dalam membuat market intelligence, promosi luar negeri dan business matching, kolaborasi dengan GIZ melalui platform e-catalogue-Semesta KemenKopUKM serta ASEAN Access, dan kerjasama dengan SIPPO (Swiss Import Promotion Programme) untuk pengembangan natural ingredients/produk rempah.

“Saya berharap, platform digital untuk ekspor melalui inisiasi BNI Xpora bersama dengan KemenKopUKM dan Sekolah Ekspor ini dapat dimanfaatkan bagi pengembangan dan akselerasi ekspor pelaku usaha UMKM Indonesia,” pungkas Yulius.

Di waktu yang sama, Kepala Sekolah Ekspor Handito Joewono menyampaikan bahwa Sekolah Ekspor mendapat dukungan dari KemenKopUKM dan BNI Xpora dalam penyelenggaraan Program Exhibition dan Business Matching serta peresmian Digital Export Summit 2022. Program ini diharapkan dapat memberikan semangat awal tahun 2022.

“Diharapkan dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti ini, kolaborasi kita akan semakin erat dalam mencetak dan mendorong eksportir-eksportir baru,” ucapnya. (Jef)