Arsip Tag: UKM eksportirir

MenKopUKM Paparkan 6 Kemudahan Tingkatkan Ekspor Produk UMKM

Makassar:(Globalnews.id) – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki memastikan bahwa pemerintah terus memberikan berbagai macam kemudahan untuk mendukung upaya peningkatan ekspor produk UMKM salah satunya terkait pembentukan ekosistem ekspor.

“Di dalam ekosistem ekspor ini mempertemukan aggregator dan pelaku UMKM ekspor yang didukung lembaga pembiayaan ekspor seperti Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan BNI Xpora, termasuk business matching antara aggregator dengan UKM,” kata MenKopUKM Teten Masduki pada penutupan acara Xpora International Logistic & Trade Expo 2022, di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (14/12).

Kedua, capacity building yang terkait pengembangan kapasitas dan kemampuan ekspor UMKM disertai dengan pendampingan dan fasilitasi standardisasi. “Begitu juga dengan sertifikasi ekspor produk UMKM seperti organic, HACCP, BRC, ISO, hingga pembentukan Rumah Produksi Bersama,” kata Menteri Teten.

Ketiga, fasilitasi buyer mapping dan market intelligence untuk produk natural ingredients ke pasar Eropa. “Kami sudah bekerja sama dengan Swiss Import Promotion Program atau SIPPO. Kita akan kloning apa yang sudah dilakukan SIPPO,” ucap MenKopUKM.

Keempat, kolaborasi perluasan pasar dengan Diaspora Indonesia yang menjadi aggregator. Di antaranya, Pasar Norwegia, kerja sama dengan Kadin dalam bentuk Indonesia Trading House di Swiss hingga kolaborasi antara KemenKopUKM, Kementerian Agama, Kementerian Perdagangan, dan Kadin, untuk pemenuhan kebutuhan jemaah haji dan umroh.

Kelima, perluasan pasar melalui platform e-commerce seperti shopee, Lazada, dan Amazon. Keenam, adanya katalog promosi digital UKM potensial ekspor melalui website https://smesta.kemenkopukm.go.id.

“Mengingat banyaknya jumlah UMKM dan tidak semua UMKM memiliki kapasitas SDM yang memadai untuk mengekspor produk, maka KemenkopUKM menekankan pengembangan agregator. UMKM yang berhasil mengekspor produk didorong untuk menjadi agregator agar membantu UKM lainnya dalam mengekspor barang,” ucap Menteri Teten.

Menteri Teten menambahkan, pemerintah menargetkan kenaikkan kontribusi ekspor UMKM nasional di kisaran 17 persen pada 2024. Target tersebut, tentu memerlukan kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak seperti yang saat ini dilakukan BNI Xpora dan Bea Cukai untuk mendorong kontribusi ekspor UMKM di Indonesia.

“Saya berharap Xpora International Logistic & Trade Expo 2022 dapat menjadi model yang diterapkan di daerah lain dan memacu semangat UMKM untuk melakukan ekspor,” ucap MenkopUKM.

*Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas*

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Kanwil Bea Cukai Sulbagsel Nugroho Wahyu Widodo menyatakan, seluruh pelaku UKM jangan sibuk berkompetisi, tapi harus mulai berkolaborasi. “Karena, saat ini, kita menghadapi 3 hal yang harus segera kita pastikan. Yakni, kualitas produk harus bagus, kuantitas harus lebih banyak, dan kontinuitas” kata Nugroho.

Oleh karena itu, kata Nugroho, untuk bisa memenuhi pasar internasional, tiga hal tersebut harus segera diwujudkan.

Nugroho pun mengajak para pelaku UKM yang menghadapi kendala atau masalah saat melakukan ekspor, datang ke Bea Cukai untuk dicarikan solusinya. “Karena, pemerintah harus menjadi solusi bagi UKM, khususnya yang ada di Sulsel,” kata Nugroho.

Ia juga menyebutkan, hingga November 2022 terjadi peningkatan ekspor dari UKM lebih dari 50 persen.

Ke depan, Nugroho berharap kolaborasi antara Bea Cukai, Kementerian/Lembaga, Karantina, Imigrasi, Pelindo, dan sebagainya, harus lebih ditingkatkan lagi. “Termasuk dengan perbankan, sebagai wadah pembiayaan ekspor,” ucap Nugroho.

Sebelumnya, Kepala Kantor Pelayanan Bea Cukai Makassar, Andhi Pramono menjelaskan, Xpora International Logistics and Trade Expo merupakan kolaborasi dan sinergi pemerintah dan BUMN, yakni Bea Cukai Makassar dan BNI 46 Wilayah 7 Makassar. Nama Xpora akronim dari Export Assistance Bea Cukai Makassar.

Xpora International Logistic and Trade Expo merupakan ekspo pertama yang menghadirkan seluruh unsur dalam kegiatan ekspor. Mulai dari instansi karantina perikanan, karantina pertanian, FTA Center Kementerian Perdagangan, Sertifikasi Halal Kementerian Agama, HAKI Kementerian Hukum dan HAM, serta tempat pembuatan paspor dari Ditjen Imigrasi. Kemudian, ada lembaga pembiayaan yakni BNI.

Adapun program export assistance merupakan terobosan one stop service dalam suply chain ekspor, dimana UMKM terhubung langsung dengan seluruh pihak, terkait dalam kegiatan ekspor (logistic, buyer, pembiayaan).

UMKM dapat mengurus izin dan konsultasi di satu tempat, seperti perizinan karantina, halal, paten produk, kepabeanan, dan juga terkait pengurusan paspor.

“Ouput dari kegiatan itu adalah penandatangan kesepakatan pengembangan UMKM bersama eksportir penerima fasilitas fiskal, dan investasi ke beberapa UMKM,” kata Andhi.

Hadir pada kesempatan itu Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman.
(Jef)

KemenkopUKM Terus Perkuat Pengembangan SDM UKM Ekspor Berbasis Kemitraan

Solo:(Globalnews.id) – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) terus memperkuat pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang bergerak pada UMKM ekspor dengan basis kemitraan.

KemenKopUKM mencatat saat ini, kontribusi UMKM terhadap ekspor non migas masih di posisi 15,7 persen. Jumlah ini masih rendah dibandingkan beberapa negara lainnya, seperti Singapura 41 persen, Thailand 29 persen, atau Tiongkok mencapai 60 persen.

“Salah satu penyebab masih rendahnya persentase tersebut di antaranya karena di sisi produk tidak terpenuhi standar untuk pasar ekspor, khususnya untuk tingkat standar keamanan produk di negara tujuan,” kata Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Hanung Harimba Rahman pada pembukaan acara Pengembangan SDM UKM Berbasis Kemitraan dengan Aggregator dan UKM Ekspor Melalui Vocational Keterampilan Teknis Produksi bagi UKM, di Kota Solo, Jumat (14/10).

Kegiatan yang dilaksanakan selama 3 hari, dimulai pada 14-16 Oktober 2022, juga dihadiri para aggregator dari beberapa usaha besar.

Hanung mengatakan target kontribusi UKM tehadap ekspor non migas produk UMKM ditargetkan mencapai 17 persen pada 2024. Untuk itu, pemerintah berupaya melakukan program atau kegiatan yang mendorong percepatan pencapaian target tersebut.

“Salah satunya dengan kegiatan sekarang, yaitu pengembangan SDM UKM berbasis kemitraan. Hal ini bertujuan untuk mendorong kemampuan SDM UKM unggul go ekspor,” kata Hanung.

Hanung menambahkan, kegiatan pengembangan SDM UKM ini untuk mendukung sekaligus ikut serta menjadi bagian dari rangkaian program Solo Great Sale 2022 di Kota Solo.

“Maka sangat penting kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi SDM UKM dalam memenuhi standar produk, sehingga akan berdampak pada peningkatan kapasitas usahanya,” kata Hanung.

Hanung berharap kegiatan pengembangan SDM UKM berbasis kemitraan ini peserta dapat memperoleh pengetahuan dan kemampuan.

Diantaranya, mengetahui tren dan peluang pasar tahun 2023, standar produk ekspor yang harus dipenuhi terhadap kuantitas dan kualitas produk, hingga quality control produk, serta bagaimana negosiasi yang baik dengan buyer.

“Tak kalah penting adalah jejaring usaha dan informasi dengan sesama peserta kegiatan dan para narasumber serta fasilitator yang juga siap melakukan pendampingan untuk mewujudkan produk yang memenuhi standar ekspor, berkualitas, dan berdaya saing,” ucap Hanung.

Yang pasti, Hanung memastikan bahwa kegiatan ini sebagai solusi terhadap permasalahan yang sedang dihadapi pelaku UKM dengan masuk ke dalam ekosistem Cluster UKM Ekspor.

Pasar Eropa

Dalam kesempatan yang sama, Director of Marketing and Business Development PT Laras Tjipta Kreasi Tophan Anggoro Putro menjelaskan bahwa pihaknya sebagai aggregator berposisi sebagai Sourcing Lead untuk Indonesia sejak 2005 bagi perusahaan furnitur retailer berbasis web seller. “Kami berkantor pusat di Prancis,” kata Tophan.

Tophan menambahkan, hingga saat ini, pihaknya sudah beroperasi di 7 negara Eropa. “Kita mendukung program KemenkopUKM untuk pertumbuhan para pelaku UKM,” ujar dia.

Tophan menganggap Indonesia sebagai negara strategis. Pasalnya, sekitar 50 persen produk yang dijualnya berasal dari Indonesia. “Maka, kami berkepentingan menjaga agar UKM di Indonesia terus tumbuh,” kata Tophan.

Dari forum atau kegiatan semacam ini, Tophan berharap keinginannya tersampaikan. Terutama, dalam hal seperti apa standar produk hingga social combine yang berlaku di Eropa.

“Kami juga berharap bisa bertemu dengan UKM-UKM baru untuk bisa menjadi suplier kami,” kata Tophan.

Terlebih lagi, tahun depan, pihaknya akan merambah ke sektor home decor. “Saya akan paparkan apa yang menjadi tren dan dicari pasar, khususnya pasar Eropa,” kata Tophan.(Jef)

KemenKopUKM Gandeng SIPPO Kembangkan Ekspor ke Eropa

Bandung:(Globalnews.id) – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menggandeng Swiss Import Promotion Program (SIPPO) dalam upaya pengembangan ekspor UKM ke Swiss dan negara Eropa lainnya seiring dengan kick off kerja sama Indonesia-Swiss.

Pada kesempatan rangkaian acara tersebut, Deputi Bidang UKM KemenKopUKM menggelar pertemuan yang berjudul “Pengembangan ekspor UKM: Strategi Menembus Pasar Swiss dan Eropa untuk Produk Natural Ingredients” yang berlangsung di Bandung, Jawa Barat dan diselenggarakan secara hybrid beberapa hari lalu.

“Pertemuan ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing UKM Indonesia, di pasar global, khususnya di Swiss dan wilayah Eropa lainnya, serta membantu UKM dalam memenuhi permintaan pasar dunia terhadap produk natural ingredients yang saat ini menjadi sektor unggulan Indonesia, sekaligus persiapan untuk UMKM bertemu dengan pembeli global yang akan dilaksanakan tahun 2023,” kata Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Hanung Harimba Rachman.

Pertemuan ini diikuti lebih dari 30 UKM binaan di sektor natural ingredients yang hadir secara fisik terdiri dari perusahaan kategori turunan kelapa, cokelat, kayu manis, lada, dan pala.

Hadir pada pertemuan ini baik secara daring maupun luring, Duta Besar RI di Swiss Muliaman Hadad, Atase Perdagangan RI di Jenewa Danang, Head of SECO Philipp Orga, SIPPO Head of Operation Monika Geissberger, Wakil Ketua KADIN Komite Bilateral Swiss Debora, Kepala Bidang Usaha Kecil Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Barat Tatang Suryana.

Sementara itu, Asisten Deputi Kemitraan dan Perluasan Pasar Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Fixy menyampaikan bahwa pengembangan market intelligence merupakan komponen penting dalam upaya peningkatan daya saing UKM saat ini khususnya untuk masuk ke dalam pasar global.

Setelah kegiatan ini berlangsung akan dilanjutkan dengan bentuk peningkatan kapasitas dari Kementerian Koperasi dan UKM yang kemudian akan menjadi pendamping para UKM untuk masuk ke pasar Eropa, dan rangkaian yang akan didukung dengan adanya business match making yang mempertemukan UKM Indonesia dengan buyer Swiss dan Eropa.

“Dengan pengembangan market intelligence dalam perluasan akses pasar produk UKM Indonesia dapat digunakan sebagai salah satu alat dalam memperkuat kapabilitas UKM Indonesia sehingga terjadi peningkatan pengetahuan terkait persyaratan pasar, tren pasar, dan regulasi untuk masuk pasar Swiss dan Eropa pada umumnya,” kata Fixy.

SIPPO Head of Operation Monika Geissberger mengatakan SIPPO bekerja di 11 negara dan mencakup 6 sektor perdagangan kategori, ia juga menyatakan Indonesia merupakan mitra penting dalam hubungan perdagangan bilateral, khususnya dengan Swiss.

SIPPO memberdayakan BSO dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM dengan memberikan peningkatan kapasitas layanan teknis agar BSO untuk bisa memberikan pelayanan mengakses pasar yang mumpuni. Komitmen bersama ini memungkinkan terfasilitasnya UKM untuk mengakses pasar Eropa secara umum, dan Swiss khususnya.

“Perluasan akses pasar merupakan salah satu tantangan, dan dukungan dari BSO adalah salah satu inisiatif kerja sama yang dilakukan bersama-sama antara Indonesia dengan SIPPO,” kata Monika.

SIPPO merupakan organisasi independen internasional yang memiliki mandat dari Kementerian Koordinator Perekonomian Swiss (SECO) dalam kerangka kerja sama pembangunan ekonomi. Tujuan dari program SIPPO adalah untuk memperkuat dan mempermudah integrasi negara berkembang masuk dalam perdagangan dunia.(Jef)

UKM Masuk Pasar Ekspor, KemenKopUKM Dorong Pembentukan Ekosistem Kondusif Koperasi dan UKM

Jakarta:(Globalnews.id)– Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) terus mendorong pelaku UKM agar masuk pasar ekspor. Salah satunya dengan cara membentuk ekosistem kondusif bagi pelaku koperasi dan UKM, melalui kebijakan UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan PP Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM.

Berdasarkan data BPS pada tahun 2021, Ekspor nasional meningkat, pada triwulan III 2021 pertumbuhan mencapai 22,71% (q to q), dengan negara tujuan utama China, Amerika, dan Jepang.

Deputi Bidang UKM kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba Rachman menyampaikan, Kenaikan kinerja ekspor ini salah satunya disebabkan oleh peningkatan ekspor non migas sebesar 6,75%, dengan produk-produk utama seperti lemak dan minyak hewani/nabati, besi dan baja, alas kaki, ampas dan sisa industri makanan serta berbagai produk kimia.

“UMKM merupakan salah satu sektor yang turut serta berkontribusi mendorong peningkatan kinerja ekspor Indonesia. Untuk mendukung dan memfasilitasi UMKM, Pemerintah telah memberikan afirmasi kebijakan melalui UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan PP Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM,” ungkap Hanung Harimba Rachman Saat memberikan keterangan pers secara daring, Jumat, (26/11).

Hanung menjelaskan, Peraturan tersebut juga memberikan Insentif Kepabeanan bagi UMK berorientasi ekspor, memberikan kemudahan impor bahan baku dan bahan penolong industri. Pelaku UKM juga didorong untuk memanfaatkan peluang kemitraan dengan usaha besar sehingga tercipta rantai pasok yang kuat.

“Akses pembiayaan juga dimudahkan, koperasi dan UKM yang berorientasi ekspor dapat mengajukan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat Berorientasi Ekspor (KURBE) yang disalurkan oleh LPEI/Eximbank dengan plafon pinjaman sebesar Rp50 miliar dengan suku bunga ringan. Selain itu, tahun ini kami juga memberikan standarisasi internasional kepada 185 UKM, yang terdiri dari sertifikasi ISO, HACCP, SNI, FSSC/BRC, Organic, dan SVLK ” katanya.

Hanung menambahkan, Dalam kegiatan perluasan promosi dan akses pasar UKM, KemenKopUKM melalui Deputi Bidang UKM, pada Tahun 2021 berpastisipasi dalam pameran internasional yaitu, Specialty Coffee Expo (SCE) tahun 2021 yang dilaksanakan di New Orleans, dalam ajang tersebut tercatat potensial order yang diperoleh UKM senilai Rp. 105,4 miliar dengan volume lebih dari 922 ton, Dubai Expo 2020 yang menampilkan lebih dari 300 produk UMKM siap ekspor dari seluruh dunia, tercatat potensial order selama event berlangsung senilai Rp. 21,6 miliar, dan Ultimate Women’s Expo yang dilaksanakan di Atlanta, Expo terbesar di Amerika Serikat.

Selain itu, Kementerian Koperasi dan UKM berkolaborasi dengan GIZ mengembangkan platform SMEsta (Small Medium Enterprise station) yang terhubung dengan ASEAN Access, sebagai e-katalog produk UMKM serta menjadi layanan informasi untuk UKM Indonesia di pasar ASEAN.

Kementerian Koperasi dan UKM juga melakukan inisiasi untuk pembentukan SATGAS Percepatan Ekspor bagi UKM, dengan berkolaborasi dengan Kementerian/Lembaga untuk memberikan solusi permasalahan ekspor dan upaya percepatan ekspor produk UKM Indonesia ke pasar global.

“Beberapa contoh pelepasan ekspor UKM di tahun ini antara lain PT Galasari Gunung Sejahtera asal Gresik mengekspor buah mangga dengan brand Mangga Sultan ke Singapura sebanyak 1 ton, PT Daya Gagas Indonesia yang merupakan perusahaan startup fishOn telah mengekspor produk tuna sashimi dan katsuobushi skipjack sebanyak 15 ton ke Malaysia dan Jepang, dan CV. Coconut Internasional Indonesia mengekspor tiga kontainer briket tempurung kelapa ke Arab Saudi dan Jordania dengan nilai US$ 35.000 per kontainer. Ekspor briket merupakan salah satu potensi ekspor UMKM karena pasarnya ada di seluruh dunia,” tambahnnya.

Sebagai informasi, Pemerintah, BUMN, Asosiasi dan seluruh stakeholder terus membentuk ekosistem yang kondusif bagi Koperasi dan UKM, sehingga Koperasi dan UKM semakin eksis, maju dan berdaya saing. (Jef)

Dorong UKM Go Ekspor, KemenKopUKM Fasilitasi Sertifikasi HACCP

Jakarta:(Globalnews id) – Untuk Mendorong pelaku UKM Go Ekspor, Kementerian Koperasi dan UKM telah memfasilitasi 17 pelaku UKM di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali untuk memperoleh Sertifikasi Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP).

Sertifikat HACCP adalah sistem pengawasan dan pengendalian keamanan pangan yang secara preventif bersifat ilmiah, rasional dan sistematis, dengan tujuan untuk mengidentifikasi, memonitor dan mengendalikan bahaya (hazard) mulai dari bahan baku, proses produksi/pengolahan, manufacturing, penanganan, distribusi, pemasaran hingga sampai kepada pengguna akhir.

Deputi Bidang UKM Kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba Rachman menyampaikan,  Dengan memperoleh sertifikasi HACCP maka pelaku UKM dapat mengekspor produknya ke luar negeri.

“Untuk mendukung pelaku UKM naik kelas dan go ekspor Kementerian Koperasi dan UKM terus berupaya memberikan berbagai dukungan, salah satunya melalui sertifikasi HACCP kepada pelaku UKM. Sertifikat HACCP merupakan salah satu syarat keamanan pangan oleh buyer. Selain itu, sertifikat HACCP telah diakui otoritas Food and Agriculture Organization (FAO) dan World Health Organization (WHO),” tegas Hanung dalam keterangannya, di Jakarta, Kamis, (11/11).

Pelaku UKM yang mandapatkan Sertifikasi HACCP telah melakukan ekspor ke beberapa negara antara lain Eropa, Saudi Arabia, Mesir, Senegal, China, Qatar, Amerika dan beberapa negara ASEAN dan Timur Tengah.

Hanung menceritakan, salah satu UKM yang telah menerima Sertifikasi HACCP yaitu UKM Restu Mande yang berada di Kabupaten Bandung. UKM ini memproduksi makanan olahan seperti rendang, dendeng, bumbu masakan padang.

Pada tahun 2021 pelaku UKM Restu Mande diikutsertakan dalam pameran Dubai Expo 2020 dengan memperkenalkan produknya di Restoran Indonesia di Dubai guna mendukung pagelaran Spice Up The World serta mendapatkan kerjasama berkelanjutan dengan restoran yang ada di Riyadh.

“Kami berharap, pelaku UKM yang telah mendapatkan sertifikasi HACCP,  dapat lebih meningkatkan kapasitas usaha nya, untuk senantiasa adaptif, inovatif dan memanfaatkan teknologi dalam menjalankan usahanya, sehingga dapat bersaing di pasar global,” pungkas Hanung. (Jef)

MenKopUKM: Perlu Membangun Infrastruktur Logistik Terpadu Dongkrak Ekspor UKM

Jakarta:(Globalnews id)- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan perlu adanya inovasi kebijakan untuk mendorong ekspor nasional. Di antaranya, membangun infrastruktur logistik terpadu di dekat klaster UKM.

Teten mencontohkan India yang memiliki 150 klaster UKM dan logistik di seluruh negara potensial ekspor. Hal itu diungkapkan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, pada acara Temu Bisnis UKM untuk mendorong UKM berdaya saing dan memperluas pasar ekspor, yang diselenggarakan Masyarakat Universitas Gadjah Mada, secara daring, Rabu (10/11/2021).

“Saat ini, ekspor UMKM sebesar 15,65%, masih jauh dibanding beberapa negara lainnya, seperti Singapura 41%, Thailand 29%, atau Tiongkok yang mencapai 60%. Target kontribusi ekspor UMKM meningkat menjadi 17% di 2024,” tegas Teten.

Langkah lainnya adalah pemberdayaan UMKM perempuan pelaku ekspor ditingkatkan. Teten merujuk Vietnam yang memberikan subsidi 50-100% biaya kursus/pelatihan kewirausahan bagi pengusaha perempuan.

“Termasuk mengoptimalkan kerja sama dagang luar negeri dengan negara tujuan ekspor terkait penurunan tarif dan kemudahan logistik,” tegas MenKopUKM.

Teten menyebutkan, program KemenKopUKM dalam mendorong UKM siap ekspor tahun ini, antara lain fasilitasi standardisasi internasional bagi UKM, sekolah ekspor, pelatihan UKM ekspor, pembiayaan ekspor, sistem informasi ekspor, dan pameran berskala internasional, hingga kerja sama peningkatan ekspor lainnya.

Bagi MenKopUKM, peran kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, BUMN, perbankan, dan segenap stakeholder, sangat dibutuhkan dalam membangun ekosistem yang kondusif ini, untuk mendorong UKM go global.

Teten berharap Temu Bisnis UMKM ini menghasilkan gagasan baru dan kolaborasi dalam akselerasi peningkatan daya saing ekspor, baik kuantitas dan kualitas. Sehingga, UMKM ekspor dapat berkontribusi terhadap perekonomian nasional secara berkelanjutan.

“Saya juga berharap Universitas Gadjah Mada juga dapat menjadi inkubator wirausaha, mendorong mahasiswa dapat mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan bisnis, serta membangun jaringan bisnis,” tukas Teten.

Teten juga menyebut faktor penunjang ekspor UMKM suatu negara meningkat dapat dilihat dari kinerja Indeks Kinerja Logistik (LPI).

“Terkait optimalisasi ekspor, perlu upaya menekan biaya logistik, mempersingkat waktu pengurusan dokumen ekspor, dan kewajiban pabean,” pungkas MenKopUKM.(Jef)

Pelaku UKM: Agresifitas BNI Bantu Buka Pasar Baru

PELAKU usaha kecil dan menengah (UKM) merasa sangat terbantu dengan agresifitas perbankan yang memberikan bantuan dalam membuka pasar baru. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh BNI yang telah mengundang beberapa UKM untuk memajang produk unggulannya di Al Jaber Gallery di Mall of Dubai, Uni Emirat Arab, salah satu mall terbesar di negara jazirah Arab tersebut.

Reaksi positif diungkapkan oleh UKM yang diajak ke Dubai, seperti Founder Keewa Shoes Dani Ika Suryandari dan Founder Borneo Queen Kiki Aprilia di Dubai, akhir pekan lalu. Keduanya menjadi UKM yang diajak PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI untuk menjajakan produk unggulannya di Mall of Dubai.

Dani Ika Suryandari mengapresiasi langkah proaktif BNI yang terus mencari peluang pertumbuhan bagi para pelaku UKM. Dia optimistis usahanya akan mendapat apresiasi pembelian yang sangat besar dengan masuk di pasar Dubai dan sekitarnya.

“Sebetulnya kami pun tak menyangka upaya BNI seagresif ini. Benar-benar tak menyangka produk kami dijual di Al Jaber Gallery yang sangat eksklusif itu. Pokoknya keren banget lah,” katanya.

Dia menuturkan Rumah Keewa sudah berjalan selama 6 tahun. Dia bersama pengrajin yang lain berupaya menciptakan produk unik tradisional berkualitas yang mampu dicintai oleh semua orang Indonesia termasuk di luar negeri.

“Kami tentu yakin usaha kami akan semakin lebih meningkat lagi. BNI juga terus memberi bimbingan dan aktif mengajak kami untuk banyak program pembelajaran. Kami juga diberi banyak tips terkait ekspor dan sosial media,” katanya.

Founder Borneo Queen Kiki Aprilia pun sangat mengapresiasi upaya BNI untuk menjual produk dari Kalimantan Tengah ini tembus ke Dubai.

“Seneng banget. BNI sangat setia membina kami para pelaku UMKM. Dari awal bisnis kami selalu mendapat support sehingga mampu menembus pasar ekspor seperti saat ini. Tentu kami pun bangga,” sebutnya.

Dia menyampaikan usahanya kini terus menambah jumlah pengrajin untuk menjawab permintaan yang terus meningkat. Kiki akan terus mempertahankan usaha dengan konsep kerajinan tangan agar keunikan produk dapat terjaga.

“Memang permintaan kami itu sudah meningkat hingga 5.000 hingga 7.000 per bulan. Sebelumnya sedikit sekali. Kedepannya tentu akan naik, dan kami akan terus tambah pengrajin. Sekarang saja sudah pengrajin 1 kampung kami berdayakan,” imbuhnya.

Komitmen Pemerintah

Pelaku UKM juga terus mendapatkan dukungan signifikan demi memperkuat daya tembus ke pasar internasional dan memiliki fundamental bisnis yang stabil. Salah satu dukungan yang diberikan adalah komitmen pemerintah untuk membeli produk UKM, terutama untuk pembelian barang atau jasa di bawah Rp 14 miliar.

Hal tersebut diutarakan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara RI Erick Thohir pada saat menghadiri pembukaan pameran produk UKM Indonesia di Al Jaber Gallery, Mall of Dubai, Uni Emirat Arab.

Erick mengatakan, dukungan pemerintah melalui belanja produk UKM juga akan terus ditingkatkan. Dengan demikian, pelaku UKM mendapat pasar tetap yang dapat dijadikan basis pendapatan untuk berkembang lebih tinggi.

“Pokoknya di bawah Rp 14 miliar, pemerintah belanja melalui UKM. Itu besar lho. Dan ingat, itu harus terdaftar melalui OSS,” imbuhnya.

Sementara itu, Abdulla Jaber Belshalat, sebagai pemilik Al Jaber Gallery di Mall of Dubai, Uni Emirat Arab, menyampaikan bahwa pihaknya telah mengkurasi 30 produk UKM yang merupakan mitra dalam program BNI Xpora. BNI Xpora merupakan solusi digital yang dikembangkan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI dengan dilengkapi portal. Portal ini didedikasikan untuk pelaku UKM yang ingin meningkatkan kapasitas bisnis.

Dia kagum melihat produk Indonesia memiliki kualitas serta tingkat kerumitan yang tinggi pula. “Ini sangat bagus. Kualitasnya sangat bagus. Kami tentu akan mendorong pelanggan kami membeli produk Indonesia,” imbuhnya.

Dia berharap produk-produk Indonesia ini mampu menjaga kualitasnya ke depan. Pasalnya, dari titik ini permintaan pelanggan akan lebih tinggi. Terlebih, Al Jaber akan mulai menempatkan produk-produk UKM ke seluruh outlet Aljaber di Dubai dan Abu Dhabi.

“Kedepannya kami juga menjalin kerja sama langsung dengan para pelaku UMKM Indonesia agar pengadaan barang dilakukan lebih cepat,” imbuhnya.(Jef)

BNI dan Shopee Buka Jalan Ekspor Bagi 10.000 UKM Indonesia

Jakarta:(Globalnews.id)- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menggandeng Shopee, e-commerce terkemuka di Indonesia, untuk membuka jalan bagi usaha kecil dan menengah (UKM) agar lebih mudah mengekspor produk-produknya ke berbagai negara. Program Ekspor Shopee – BNI ini memungkinkan terbukanya akses pasar ke Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, hingga ke Brasil, bagi sekitar 10.000 UKM yang terdaftar di dalam program ini.

Kerja sama kedua belah pihak akan memberikan 3 keuntungan bagi UKM yang terpilih untuk bergabung di dalam program, yaitu peningkatan visibilitas produk ekspor UKM terpilih pada marketplace Shopee, dalam cakupan Asia Tenggara, utamanya Taiwan. Selain itu, UKM terpilih akan mendapatkan pelatihan dan edukasi untuk bisa berkembang di dalam platform digital yang akan di berikan oleh Shopee. Yang terakhir, UKM terpilih juga akan didaftarkan dalam Program Ekspor Shopee yang akan membuka toko mereka dalam aplikasi Shopee dapat dilihat dan diakses oleh pengguna Shopee di berbagai negara lainnya di dunia.

“Sebagai Bank asal Indonesia yang memiliki banyak Kantor Cabang di Luar Negeri, BNI melihat bahwa saat ini UKM memiliki peluang ekspor ke berbagai negara, mulai dari pasar Brasil, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, hingga Taiwan. Pembeli dari negara – negara tersebut dapat memesan produk UKM Indonesia yang terdaftar di dalam program yang kami buat bersama Shopee,” ujar Direktur Bisnis UMKM BNI Muhammad Iqbal.

Direktur Eksekutif Shopee Indonesia Christin Djuarto, menjelaskan misi Shopee dalam membangun UMKM Indonesia yang memiliki daya saing. “Kami sangat senang dengan kerja sama bersama BNI, yang sejalan dengan misi #ShopeeAdaUntukUMKM. Melalui Program Ekspor Shopee, kami telah membantu lebih dari 180.000 UMKM lokal untuk bisa melakukan ekspor hingga pertengahan tahun ini. Shopee akan terus mendukung pertumbuhan UMKM agar mampu bersaing di kancah global melalui berbagai pengembangan inovasi dan program. Kami berharap, dapat menjadi mitra UMKM untuk bertumbuh dalam kuantitas dan kualitas, baik secara lokal maupun global dan produk dalam negeri bisa terus diminati dan dicari,” jelasnya.

Melalui Program Ekspor Shopee, Shopee ingin membantu lebih banyak UMKM lokal untuk bisa menjangkau pasar global. Hingga Juli 2021, beragam produk lokal laris di pasar internasional, dengan total penjualan harian sebanyak 50.000 produk setiap harinya melalui platform Shopee. Berbagai program dari hulu ke hilir dihadirkan untuk mendorong dan mendukung UMKM dapat ekspor, mulai dari edukasi, pelatihan, dan pendampingan secara online melalui program Kampus Shopee, dan juga pembangunan Kampus UMKM Shopee Ekspor di Solo, Bandung dan Jakarta, serta Kampus UMKM Shopee di Semarang.

Kerja sama BNI dengan Shopee ini sejalan dengan pengembangan aplikasi dan program terintegrasi yang memudahkan ekspor, yaitu Xpora. Untuk memperkuat program ini, BNI menjadikan Xpora sebagai Orkestrator Ekosistem UMKM yang akan mempertemukan UMKM di dalam negeri dengan calon buyer internasional. BNI menyiapkan Xpora di 7 kota dengan memaksimalkan lokasi – lokasi terbaik di kantor cabang BNI, yaitu di Jakarta, Solo, Bandung, Denpasar, Surabaya, Medan, dan Makassar.

Kerja sama dengan Shopee ini akan berpadu dengan kekuatan jaringan kantor cabang yang dimiliki BNI di 6 pusat keuangan dunia, yaitu Singapura, Hong Kong, Seoul, Tokyo, New York, dan London. Melalui kantor – kantor cabang tersebut, BNI aktif melakukan B2B Business Matching untuk membuka peluang bisnis baru bagi UKM yang akan melakukan ekspor, agar mendapatkan pembeli secara langsung.

Penguatan kapasitas UKM, seperti yang dilakukan bersama Shopee ini merupakan salah satu strategi bisnis BNI untuk memberikan pendampingan bagi UKM dari hulu ke hilir secara berkelanjutan. Program ini disiapkan agar UKM langsung terintegrasi dalam mengakses pasar regional hingga internasional sesuai dengan target nasional untuk mendukung upaya pemerintah mencetak 500.000 UKM eksportir baru pada tahun 2030. Dimana program tersebut telah dimulai sejak Maret 2021 atas dukungan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, serta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

Temukan informasi lengkap dan cara bergabung di https://www.bni.co.id/id-id/bisnis/xpora/tentangxpora (Jef)

Meski Merupakan Pelaku Mayoritas, Namun Kontribusi UMKM Terhadap Nilai Ekspor Masih Kecil

Jakarta:(Globalnews id)- Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi mengungkapkan, pemerintah terus menggenjot UMKM eksportir, terutama dari sisi nilai ekspornya. Pasalnya, meskipun 85 persen eksportir adalah UMKM, namun dari sisi nilai ekspor relatif masih kecil kontribusinya.

” Pasalnya 85 persen eksportir yang meurpakan UMKM itu, nilai ekspornya hanya berkisar 5 persen dari total ekspor non migas, ini berarti ada tantangan yang harus diperbaiki oleh UMKM eksportir kita,” kata Mendag Lutfi dalam peluncuran laman Inaproduct.com sebagai katalog UMKM Indonesia, di Jakarta, Kamis (28/10/2022).

Mendag menyebut tiga tantangan yang dihadapi para UMKM di Indonesia saat ini adalah, pertama kurangnya pengalaman, jadi agak sulit beradaptasi. Kemudian yang kedua, adalah kurangnya jaringan atau networking, yang menyulitkan untuk berkompetisi, dan ketiga, kurang pendanaan,” papar Mendag

Ketiga permasalahan tersebut, menurut Mendag, menyebabkan UMKM Indonesia belum mempunyai daya saing yang baik. Karena itu pihaknya menegaskan siap membantu Kemenkop UKM untuk bersama-sama meningkat kan daya saing UMKM Indonesia, antara lain dengan adanya platform inaproduct.com sebagai direktori produk Indonesia. Platform ini dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM di Tanah Air untuk menjalankan bisnis mereka.

Sementara itu MenkopUKM Teten Masduki mengatakan di tengah peringatan hari Sumpah Pemuda, akhirnya harapan untuk punya direktori digital mengenai produk Indonesia terlaksana.

Teten mengaku menyambut baik kerja sama dengan Ina Product Indonesia dalam mendukung digitalisasi, produksi, dan pemasaran produk UMKM melalui inisiasi platform direktori Produk Indonesia, inaproduct.com. Dengan adanya Inaproduct.com ini, ia berharap nantinya UMKM kita semakin mudah terhubung dengan pembeli di seluruh negeri.

Kementerian Koperasi dan UKM awalnya berniat membuat platform direktori produk Indonesia. Namun hal ini diurungkan. “Saya bilang ini harus dibikin oleh swasta, sehingga bisa berkelanjutan dan terus berkembang, karena ini juga harus dikelola secara bisnis, bukan secara birokrasi,” ujarnya.

Kementerian Koperasi dan UKM sejak awal membuka kerja sama seluas-luasnya dengan berbagai pihak dengan prinsip transparan, akuntabel, dan semata-mata demi memajukan koperasi dan UMKM di Tanah Air.
Kementerian Koperasi dan UKM sejak awal membuka kerja sama seluas-luasnya dengan berbagai pihak dengan prinsip transparan, akuntabel, dan semata-mata demi memajukan koperasi dan UMKM di Tanah Air.

Menanggapi masukan dari Mendag RI, MenkopUKM Teten Masduki mengakui bahwa masih banyak catatan terkait kekurangan UMKM Indonesia. “Tetapi masih ada kehebatannya, yaitu UMKM ini tahan banting,” jelas Teten Masduki.

“Dari berbagai krisis ke krisis, UMKM bisa menyelamatkan ekonomi nasional. Karena itu, kita semua harus berterima kasih kepada UMKM, dan karenanya kita harus mendukung mereka untuk bangkit,” pungkasnya. (Jef)

MenkopUKM: Permintaan Ekspor Produk UMKM Tinggi Saat Pandemi

Purworejo:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan, di tengah pandemi Covid-19 sebenarnya permintaan ekspor terhadap produk UMKM sangat tinggi. Hanya saja, berbagai kendala mulai dari kapasitas produksi hingga ketersediaan kontainer masih menjadi persoalan.

“Walaupun sebenarnya permintaan ekspor juga banyak seperti produk-produk furniture, kopi, buah-buahan tropik dan macam-macam kuliner. Tetapi kita terkendala kontainer,” kata Teten dalam kunjungan kerjanya ke Purworejo, Jawa Tengah, Sabtu (28/8).

Kelangkaan kontainer masih menghantui permasalahan logistik saat ini, khususnya di perdagangan ekspor impor. Jika pun bisa diusahakan, mesti ada tambahan biaya pengiriman yang cukup mahal. Kondisi ini tak hanya dihadapi oleh pengusaha besar, tetapi juga UMKM yang berorientasi ekspor.

Secara khusus terkait biaya pengiriman tersebut, menurut Teten hal itu masih dibicarakan dan dirumuskan oleh Komite PEN lintas kementerian. Sehingga belum ada skema yang tepat.

“Saya sedang pelajari bagaimana di negara lain. Memang harus dihitung jika ada biaya tambahan kontainer seberapa besar kebutuhannya. Dan berapa kali lipat dari nilai subsidi nanti bisa diberikan kepada transaksi ekspornya,” jelas Menteri Teten.

Ia bilang, saat ini sedang membidik UMKM potensi ekspor, yang market demand-nya ada, tetapi supply chainnya masih berantakan. “Misalnya soal briket dari tempurung kelapa dan gula semut, saya baru tahu kalau permintaannya dari luar negeri itu besar dan di Indonesia bisa diekspansi lagi,” ungkapnya.

Meski permintaan dua produk itu tinggi, namun sayang dari hasil pantauannya di Sulawesi dan Jawa Barat, UMKM nya tidak bisa memenuhi permintaan karena berbagai kondisi. Mulai dari kapasitas produksi sampai manajemennya. Sementara saat ini kontribusi ekspor UMKM masih rendah di angka 14,37 persen.

Yang memungkinkan di kondisi sekarang lanjut Menteri Teten, UMKM juga fokus untuk pasar dalam negeri yang bisa mensubstitusikan produk impor. Seperti buah-buahan, maupun fesyen muslim yang dibatasi impornya.

Dikatakan Teten, jika nanti ekonomi bisa segera pulih seutuhnya, ia berharap sektor konsumsi dalam negeri yang bisa terus naik. Pasalnya, ekonomi Indonesia ditopang konsumsi rumah tangga hingga 53 persen. Adanya pelonggaran PPKM, ia optimistis kegiatan ekonomi segera terdongkrak.

“Jadi sekarang program kami terus memikirkan bagaimana UMKM survival, dan menyiapkan juga transformasi UMKM pasca Covid-19 nanti,” imbuh Menkop.

Diakuinya, bertahan menjadi salah satu strategi yang bisa dilakukan para pelaku UMKM dalam menghadapi ancaman Covid-19 yang belum kunjung usai.

Di saat yang sama, pemerintah bersama Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) juga terus menjalankan strategi pemulihan ekonomi nasional (PEN), dengan berbagai kebijakan yang mengakomidir kepentingan UMKM. Mulai dari restrukturisasi hingga Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro (BPUM).

“Strategi kita saat ini adalah bagaimana untuk bertahan lebih dahulu. Daya beli masyarakat turun, sementara kebutuhan masyarakat prioritas pada kebutuhan pokok. Jadi sektor ini (UMKM) di masa survival yang terus kita dorong,” tegas Teten.

Dari UMKM orientasi ekspor yang dikunjungi Menkop di Purworejo mengamini. Martini, pemilik usaha Martini Natural yang memproduksi berbagai kerajinan mulai dari sandal, rajut, homedecore dan tas anyaman ini, memang merasakan betul kesulitan ketersediaan kontainer di saat pandemi.

Sehingga kegiatan ekspor produk Martini ke Kanada, Amerika Serikat jadi ikut terganggu. Ditambah tokonya tutup, karena ada pembatasan aktivitas masyarakat. “Sekarang tinggal memenuhi permintaan lewat online saja. Sambil menunggu ada harapan soal ketersediaan kontainer,” ucap Martini yang sebelumnya memenuhi permintaan 22 kontainer sandal untuk ekspor.

Senada, Ketua Koperasi Srikandi Sri Susilowati menyampaikan keluhannya terkait ekspor. Namun saat ini ia masih terus memenuhi permintaan dalam negeri. Diketahui Koperasi Srikandi ini memproduksi olahan dari kelapa berupa gula semut dan gula cair. Negara-negara yang menjadi pasar ekspornya adalah Rusia, Belanda, Amerika Serikat hingga Israel.

“Paling banyak itu permintaan gula cair. Bisa sampai 168 ton saat ekspor. Dan kapasitas produksi kami ini bisa sampai 200 ton gula per minggu. Kami memberdayakan para petani dan sumber daya lokal,” cerita Sri.

Koperasi Srikandi yang kini bertransformasi menjadi badan usaha dengan kapasitas yang besar, mempekerjakan 208 perempuan dan mengandeng 2 ribu petani lokal. Yang terbaru, Koperasi Srikandi melaunching produk barunya berupa sirup botolan yang juga akan diekspor. (Jef)