Arsip Tag: inkubator wirausaha

MenKopUKM Ajak Talenta Kreatif Kelola Potensi Ekonomi Digital di Tanah Air

Bali:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengajak para talenta kreatif Indonesia termasuk mereka yang sudah berkarir di dunia digital tingkat internasional untuk bersama-sama mengelola potensi ekonomi digital di Tanah Air.

MenKopUKM Teten Masduki dalam acara Demoday Inkubasi Usaha bertajuk, Connecting Pentahelix, Build Networking, dan Infuse Smart Solution Technology to The Society di Denpasar Selatan, Bali, Sabtu (12/11), mengatakan perlunya menggarap sektor ekonomi digital di Indonesia mengingat potensinya yang diproyeksikan bisa mencapai Rp4.531 triliun pada 2030.

“Ini tantangan bagi kita. Sebelumnya kami telah membicarakan dengan Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, kuncinya bagaimana Indonesia mampu melahirkan talenta digital. Baik talenta digital dunia yang didatangkan ke Indonesia atau pun talenta Indonesia di tingkat dunia. Bukan hanya diasporanya saja tapi juga talentanya,” kata MenKopUKM Teten Masduki.

Hadir pula dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah, Kepala Dinas Koperasi UKM Provinsi Bali I Wayan Ekadina, dan Rektor Institut Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali Dadang Hermawan.

MenKopUKM mengatakan, harus diakui banyak industri e-commerce yang ada saat ini memanfaatkan tenaga talenta digital dari India.

“Ke depan kita harus punya target apalagi ternyata selama ini Bali menjadi tempat tinggalnya talenta dunia. Karena laporan dari idEA (Indonesian E-Commerce Association), talenta digital dunia tinggal di Bali. Ini harus kita lacak karena mestinya mereka bukan hanya tinggal tapi bisa membangun ekosistem digital kita. Saya kira ini menjadi target kita terkait dengan kekuatan ekonomi digital,” kata Teten.

Ia menegaskan, market Indonesia memang sangat besar. Terbukti dengan capaian pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2022 yang tumbuh 5,7 persen dan konsisten di kuartal II sebesar 5,4 persen. Banyak lembaga dunia memprediksi Indonesia pada 2045 menjadi empat kekuatan ekonomi dunia setelah AS, China, dan India.

“Di era digital, saya kira para talenta digital seperti startup hadir dengan semangat untuk menjadi pemenang. Kita tidak boleh punya mental nomor dua. Karena kita akan menjadi empat leader dunia. Mental kita harus disiapkan. Mental mau kalah harus dibuang,” kata MenKopUKM.

Dalam kaitannya dengan UMKM kata Menteri Teten, pihaknya memiliki program untuk melibatkan kampus dalam melakukan evolusi UMKM, salah satunya dengan pengembangan produk UMKM berbasis kreativitas dan teknologi.

Kalau soal kreativitas kata Teten, Indonesia bisa dikatakan sangat unggul. Sebab, Indonesia memiliki kekayaan alam yang mampu menjadi inspirasi dalam menciptakan kreasi produk apa pun. “Saya melihat ada beberapa kampus di luar negeri yang menjadi penggerak evolusi UMKM baik kualitas produk dan lainnya. Ada di Korea, Inggris, dan lainnya. Coba kita pelajari bagaimana mereka menjadikan kampus untuk mendorong evolusi UMKM,” ujarnya.

Bukan cuma itu, evolusi UMKM juga penting dalam upaya menaikkan target persentase kewirausahaan, yang saat ini baru 3,47 persen dari total UMKM 64,2 juta. Bahkan sekitar 60 persen di antaranya masih menjadi ekonomi subsisten.

“Minimum bisa menjadi negara maju harus 4 persen, rata-rata negara maju itu persentasenya mencapai 12-14 persen. Singapura saja sudah 8,6 persen, Malaysia dan Thailand di atas 4 persen. Makanya kita punya program kewirausahaan, di mana angkanya kita perlu menambah 1 juta wirausaha baru sampai 2024,” kata MenKopUKM.

Terakhir, target digitalisasi tahun 2024, diharapkan 30 juta UMKM sudah onboarding ke layanan digital, yang saat ini baru mencapai 20,5 juta. “Sudah banyak aplikasi-aplikasi baru yang bagus dan memberikan ruang bagi UMKM yang tidak bisa mengakses digital, maka dibantu ke market yang lebih besar lagi. Saya kira ini cukup positif. KemenKopUKM pun sudah dua kali menyelenggarakan ajang Pahlawan Digital 2020, yang tujuannya untuk mengembangkan inisiatif baru,” katanya.

*Pengembangan Startup*

Sementara itu, Rektor Institut Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali Dadang Hermawan menambahkan, ia berkolaborasi dengan berbagai pihak, serta melakukan hilirisasi dalam bidang teknologi, salah satunya pengembangan startup.

“Jumlah mahasiswa kami ada sekitar 6 ribu orang. Lebih dari 70 persen dari Bali, dan sekitar 30 persennya di luar Indonesia, seperti Jepang, Jerman, dan sebagian lainnya dari Timur Leste,” katanya.

Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah menambahkan, bisnis startup di Indonesia berkembang cukup pesat dalam beberapa tahun belakangan. Meski demikian, ada sejumlah permasalahan yang dihadapi perusahaan rintisan tersebut.

Berdasarkan hasil riset Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) pada tahun 2021, sebanyak 34,1 persen persoalan utama adalah modal.

Sebesar 13,3 persen mengalami masalah regulasi, dan 12,9 persen menghadapi masalah pasar, sebanyak 12,3 persen startup di Indonesia memiliki masalah strategi, 18,7 persen menyatakan akses sumber daya manusia (SDM) menjadi permasalahan utama mereka, dan 8,8 persen memiliki masalah terkait fasilitas.

“Berdasarkan hasil riset tersebut, program Peningkatan Kapasitas Startup tahun 2022 menjadi salah satu upaya Pemerintah melalui KemenKopUKM, dalam membantu pembinaan dan pengembangan startup di Indonesia yang melibatkan Lembaga Inkubator di daerah sebagai mitra dalam implementasi programnya,” kata Azizah.

Menindaklanjuti arahan MenKopUKM pada Rapat Koordinasi Bidang Koperasi dan UMKM tahun 2021 yang lalu di Yogyakarta, ada tujuh target KemenKopUKM di tahun 2024, meliputi peningkatan kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 65 persen, peningkatan kontribusi koperasi terhadap PDB menjadi 5,5 persen, dan peningkatan kontribusi ekspor UMKM menjadi 17 persen.

Selain itu menargetkan akan melahirkan 3500 startup berbasis teknologi dan informasi, melahirkan 500 koperasi modern, menjadikan lebih dari 10 juta usaha mikro bertransformasi ke sektor formal, dan peningkatan rasio kewirausahaan menjadi 4 persen.

Lalu, dengan terbitnya Perpres Nomor 2 Tahun 2022, tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional Tahun 2021-2024, Peraturan ini bertujuan untuk melahirkan sebanyak-banyaknya wirausaha muda yang produktif dan kreatif, menghasilkan UMKM Indonesia yang inovatif, kompetitif, siap dan tangguh baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri untuk menyiapkan Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045.

Adapun rangkaian dari pada program Peningkatan Kapasitas Startup tahun 2022 ini meliputi, Kurasi Lembaga Inkubator, Seleksi Tenant, Bootcamp, Coaching Clinic, Workshop, Mentoring dan Monitoring, serta Demoday.

Selain itu, dalam Peningkatan Kapasitas Startup tahun 2022, dari target 100 Startup telah terjaring sebanyak 125 Startup yang berasal dari tujuh mitra Lembaga Inkubator yaitu, Inbistek STP-Universitas Andalas (15 Startup), Skystar-Universitas Multimedia Nusantara (16 Startup), Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi-Institut Pertanian Bogor/IPB (15 Startup), Oorange-Universitas Padjajaran (18 Startup), Inbistek Technopark-UPN Veteran Jawa Timur (23 Startup), IBISMA-Universitas Islam Indonesia (22 Startup), dan Inkubator Bisnis-STIKOM Bali (16 Startup).(Jef)

MenKopUKM: Perguruan Tinggi Harus Mampu Mengevolusi Produk Dalam Negeri

Garut:(Globalnews.id) – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan perguruan tinggi harus mampu mengevolusi produk dalam negeri dan menghadirkan inovasi kreatif di bidang kewirausahaan yang bermanfaat bagi masyarakat.

MenKopUKM Teten Masduki dalam acara Peresmian Gedung Fakultas Kewirausahaan Universitas Garut, Jawa Barat, Sabtu (8/10), mengatakan banyak kisah sukses kampus di luar negeri yang dapat menghadirkan inovasi kewirausahaan melalui perguruan tinggi dan hal ini bisa dijadikan contoh bagi kampus-kampus di Indonesia.

“Saya berharap banyak, salah satunya kepada Universitas Garut. Banyak kampus di luar negeri itu mampu menghadirkan inovasi kewirausahaan. Banyak universitas di luar negeri punya laboratorium inovasi yang dapat mengevolusi produk dalam negeri,” ucap MenKopUKM.

Ia mengatakan, kehadiran Gedung Fakultas Kewirausahaan Universitas Garut diharapkan dapat berkontribusi untuk mencetak para jagoan wirausaha di Indonesia.

Lebih lanjut, Menteri Teten menambahkan beberapa negara yang dapat dicontoh ialah Korea Selatan yang mampu membangun industri riset lewat perguruan tingginya sehingga mampu meningkatkan omzet pelaku usaha lebih dari 40 persen.

“Jadi ini (Universitas Garut) kita bisa besarkan menjadi center of excellence untuk mengevolusi kewirausahaan. Karena sekarang itu yang penting bukan produknya, tapi mengembangkan model bisnis termasuk mengembangkan digitalisasi,” kata Menteri Teten.

Menteri Teten menuturkan Presiden Joko Widodo juga telah memberikan tugas untuk mencetak 1 juta wirausaha mapan baru pada 2024. Hal ini berkaitan dengan persentase kewirausahaan di Indonesia yang baru mencapai 3,47 persen.

Dengan mencetak 1 juta wirausaha mapan baru, diharapkan pada 2024 nanti persentase kewirausahaan dapat meningkat menjadi 3,95 persen.

“Bahkan kalau memungkinkan bisa mencapai 4 persen di 2024 nanti,” katanya.

Menteri Teten menegaskan, saat ini perguruan tinggi bukan lagi menjadi tempat untuk menjadikan lulusannya menjadi pegawai pemerintah atau swasta karena generasi muda saat ini berkeinginan untuk menjadi wirausaha, bukan lagi hanya menjadi pegawai.

“Dari survei kami, 73 persen dari anak muda ingin jadi pebisnis. Kalau kampus tidak mengubah konsepnya, kampus akan ditinggalkan,” ucap Menteri Teten.

Di tempat yang sama, Bupati Garut Rudy Gunawan berharap kehadiran Universitas Garut dapat menjadi tempat untuk memberdayakan masyarakat nantinya.

“Semoga Universitas Garut bisa ikut memberdayakan masyarakat dan semakin sukses ke depannya,” ucap Rudy.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Rektor Universitas Garut Abdusy Syakur Amin, Dekan Fakultas Kewirausahaan Universitas Garut Sukma Nugraha, Ketua Umum Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Poppy Dharsono, Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim, dan Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah.
(Jef)

Kolaborasi KemenKopUKM, Telkomsel, dan Emtek Ciptakan Ekosistem Wirausaha yang Kondusif

Jakarta:(Globalnews.id)- Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) berkolaborasi dengan Telkomsel dan Emtek Group sepakat untuk menciptakan ekosistem kewirausahaan yang kondusif, untuk mendukung penumbuhan calon wirausaha menjadi wirausaha pemula dan akhirnya menjadi wirausaha mapan sebagaimana amanat Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional Tahun 2021-2024 yang telah diundangkan pada tanggal 3 Januari 2022.

“Ini merupakan peluang besar yang perlu kita manfaatkan. Untuk mencapai hal ini tentu kita perlu meningkatkan literasi digital UMKM baik dari proses produksi, distribusi, hingga pemasaran,” kata Asisten Deputi Pengembangan Ekosistem Bisnis Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Irwansyah Putra, pada acara Kick Off Digital Creative Entrepreneur (DCE), secara daring, di Jakarta, Rabu (24/8).

Oleh karena itu, lanjut Irwansyah, diperlukan adanya enabler dalam hal ini adalah ekosistem pendukung yang dapat memberikan pendampingan kepada UMKM secara menyeluruh. “Sehingga, dapat mengoptimalkan potensi untuk mendapatkan hasil berupa pertambahan nilai,” kata Irwansyah.

Bagi Irwansyah, literasi digital diperlukan tidak hanya untuk menghasilkan pertambahan nilai, tapi juga untuk mentransformasi UMKM menjadi wirausaha.

Terlebih lagi, Presiden Jokowi telah mengamanatkan untuk mendorong percepatan transformasi digital UMKM Indonesia dengan 30 juta UMKM ditargetkan onboarding ke ekosistem digital pada 2024 serta 1 juta UMKM onboarding platform pengadaan barang dan jasa pemerintah (LKPP).

Selain itu, Kementerian/Lembaga dan BUMN juga diminta untuk memprioritaskan penggunaan produk dalam negeri.

“Hal ini menjadi panduan bagi kami dalam mempersiapkan program-program transformasi digital yang utuh, dari hulu ke hilir, serta melibatkan semua stakeholder terkait,” ucap Irwansyah.

Menurut Irwansyah, kegiatan ini sebagai bentuk nyata kolaborasi pemerintah, dunia usaha, serta berbagai pihak, untuk mendukung peningkatan kompetensi UMKM Indonesia. “Khususnya, dalam transformasi digital,” katanya.

Di waktu yang sama Vice President Corporate Communication Telkomsel Saki Bramono menyampaikan melalui program DCE ini bisa menjadi penyemangat bagi para entrepreneur untuk terus tumbuh menginspirasi dan menghadirkan inovasi dalam setiap proses bisnis yang akan dilakukan.

“Pentingnya digital pola pikir untuk mendorong kemajuan dan akselerasi pertumbuhan UMKM terutama dalam era transformasi digital,” kata Saki.

“Kami harap DCE dapat menjadi referensi akselerasi transformasi digital sektor UMKM sekaligus menjadi dampak positif untuk pemberdayaan UMKM dan tumbuh berkembangnya entrepreneur di Indonesia,” ucapnya.(Jef)

MenKopUKM: Inkubator Bisnis Jadi Mesin Pencetak Wirausaha Baru dari Kampus

Jakarta:(Globalnews.id)- Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan inkubator bisnis menjadi mesin pencetak wirausaha baru dari kalangan kampus atau perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan jumlah pengusaha di dalam negeri.

“Kami di Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bersama kementerian/lembaga lainnya sedang bekerja sama dengan berbagai perguruan tinggi dalam menghadirkan inkubator bisnis di kampus. Inkubator bisnis ini menjadi mesin dalam mencetak entrepreneur baru yang kompetitif dan inovatif,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam sambutannya di acara Kongres VI Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia bertajuk ‘Meneguhkan Kiprah Alumni UPI Membangun Negeri,’ secara daring, Rabu (24/8).

MenKopUKM mengatakan, penciptaan wirausaha baru dari kampus, tidak bisa dilakukan dengan cara konvensional. “Ini perlu dierami, ditetaskan, dan dibesarkan dalam inkubator bisnis,” katanya.

Sehingga upaya ini yang menurut Menteri Teten penting dibahas dalam kongres ini, bagaimana UPI bisa memiliki inkubator bisnis yang bisa mencetak anak-anak muda menjadi entrepreneur.

Di saat yang sama, Pemerintah juga sedang mendorong digitalisasi, ditambah pembangunan infrastruktur internet yang terus dilakukan. “Bahkan laporan dari e-commerce, sekitar 97 persen wilayah Indonesia sudah bisa dilayani e-commerce. Target 30 juta UMKM terhubung digital di 2024 diharapkan bisa terwujud, karena saat ini baru 19,5 juta UMKM,” ucapnya.

Diakui Menteri Teten, pandemi COVID-19 mempercepat akselerasi UMKM Indonesia untuk go digital yang sebelumnya hanya 8 juta selama usia 10 tahun e-commrerce ada di Tanah Air. “Dengan pandemi lebih cepat, naik hingga 130 persen UMKM go digital hanya dalam waktu 2,5 tahun,” kata MenKopUKM.

Namun sayangnya di sisi lain, produk yang diperjualbelikan di e-commerce itu banyak merupakan produk impor. Sehingga bagaimana pendidikan bisa melahirkan entrepreneur bukan hanya pedagang tapi juga harus kuat di sektor produksi.

“Memang dulu ini sarekat dagang bukan sarekat produksi, tapi itu harus diubah saat ini mindset-nya sekarang kita ini juga sarekat produksi. Kita harus mengambil peluang ekonomi digital Indonesia yang diprediksi tahun 2030 menjadi terbesar di dunia atau mencapai Rp4.500triliun,” kata Menteri Teten.

Hal tersebut kata Menteri Teten, menjadi pengungkit agar kongres VI Ikatan Alumni UPI sehingga mampu memperkuat kolaborasi antara alumni dan perguruan tinggi, guna membangun ekosistem pemuda pengusaha yang mampu meningkatkan inovasi dan keragaman produk usaha.

MenKopUKM mencontohkan, Indonesia bisa belajar dari Nottingham Trent University yang memfasilitasi para mahasiswa untuk belajar membangun _sustainability in Enterprise_.

“Terutama ranah UMKM serta memberikan dana hibah kepada kelompok alumni yang mendirikan usaha berlandaskan ekonomi hijau dan produk berkelanjutan,” ucapnya.

Selain itu, bisa juga menjadikan University of Melbourne sebagai praktik terbaik yang telah menghadirkan Business Innovation Lab yang berfokus pada pengembangan UMKM, serta pelatihan desain _thinking_ bagi para mahasiswa untuk mengembangkan usahanya. Mulai dari studi kelayakan bisnis, pengembangan produk, hingga international shipping atau ekspor yang didukung oleh alumni sebagai mentor.

Berbagai dukungan dari UPI dan para alumni dibutuhkan, guna mendukung lahirnya kreativitas dan inovasi berbagai produk dan model bisnis UMKM yang berkelanjutan.

“Saya kira UPI sudah banyak alumninya yang menjadi pebisnis seperti Pak Enggartiasto Lukita yang juga mantan Menteri Perdagangan ini, untuk sama-sama kita membangun inkubator bisnis, dengan mengambil benchmark beberapa contoh sukses kampus luar negeri seperti Nottingham maupun University of Melbourne,” ucap MenKopUKM.

Tak hanya itu, dukungan ini kata Menteri Teten, diharapkan mampu meningkatkan peringkat Indonesia dalam Global Innovation Index tahun 2021, di mana Indonesia menempati posisi 87 dari 132 negara dalam inovasi wirausaha.(Jef)

LPDB-KUMKM Akselerasi Penyaluran Dana Bergulir Melalui Inkubasi

Lampung:(Globalnews.id)-Program Inkubator Wirausaha dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM) memberikan fasilitasi akses pembiayaan dana bergulir melalui program inkubasi kepada koperasi potensial.

Seperti di Provinsi Lampung, salah satu lembaga inkubator yang bekerja sama dengan LPDB-KUMKM yakni Siger Innovation Hub melakukan inkubasi dan pendampingan kepada Koperasi Sarana Bangun Lampung (Sabalam).

Selain dengan Siger Innovation Hub, LPDB-KUMKM juga melakukan pendampingan dengan berkolaborasi bersama pemerintah daerah provinsi dan kabupaten yang membidangi sektor koperasi dan pertanian.

Koperasi Sarana Bangun Lampung (Sabalam) Lampung mendapatkan pinjaman dana bergulir dengan jumlah total plafon sebesar Rp4,5 miliar.

Adapun dana bergulir tersebut akan digunakan oleh Koperasi Sabalam untuk penguatan modal kerja, termasuk budi daya tanaman porang yang saat ini menjadi salah satu komoditi ketahanan pangan nasional dan berorientasi ekspor.

“Inkubasi LPDB-KUMKM memberikan kemudahan dalam hal akses pembiayaan dana bergulir, inkubasi juga mendukung kinerja penyaluran dana bergulir,” ujar Direktur Utama LPDB-KUMKM, Supomo, di Kantor Siger Innovation Hub, Kota Bandar Lampung, Kamis (23/6/2022).

Menurut Supomo, saat ini pembiayaan kepada koperasi sektor riil yang memiliki bidang usaha atau produk berorientasi ekspor terus ditingkatkan mulai dari sektor pangan, perikanan, peternakan, hingga perkebunan.

Hal ini dilakukan agar membantu pertumbuhan perekonomian nasional, mendorong program ketahanan pangan nasional, subtitusi impor bahan pangan, dan pengendalian laju inflasi yang berdampak pada neraca perdagangan nasional hingga nilai tukar rupiah.

Seperti yang dilakukan Koperasi Sabalam adalah pengembangan bisnis komoditas porang yang saat ini memiliki nilai ekonomi tinggi, dan menjadi komoditas unggulan ekspor.

Melalui lembaga inkubator Siger Innovation Hub, Koperasi Sabalam juga akan dikembangkan untuk menjadi bagian dari rantai pasok atau (value chain) untuk wilayah Sumatera.

“Dampak ekonomi ini yang akan terus kami hasilkan melalui guliran pembiayaan dari LPDB-KUMKM, dengan bisnis koperasi maju dan berkembang akan banyak pelaku UMKM terbantu akses permodalan dan menghasilkan peningkatan kesejahteraan masyarakat, perluasan lapangan pekerjaan, dan
pengentasan kemiskinan sesuai prinsip koperasi yakni gotong royong,” terang Supomo.

Selain itu, lanjut Supomo, keberhasilan inkubasi LPDB-KUMKM ini merupakan implementasi dari mandat Peraturan Menteri Koperasi Nomor 04 Tahun 2020 mengenai penyaluran dana bergulir dan juga pendampingan.

“Ini merupakan salah satu keberhasilan dari program inkubasi kami, sebab selain fasilitasi akses pembiayaan, ada juga pendampingan dari sisi tata kelola manajemen usaha, kelembagaan, hingga pemasaran,” pungkas Supomo.

*Koperasi Sabalam Apresiasi Pendampingan LPDB-KUMKM*

Sementara itu, Ketua Koperasi Sabalam Lampung Supriyanto menyampaikan apresiasinya terhadap program inkubasi dan pendampingan yang dilakukan oleh LPDB-KUMKM, Siger Innovation Hub, dan Pemerintah Daerah.

“Kami sebagai koperasi sangat terbantu sekali dalam pemberkasan terkait beberapa persyaratan dan juga legalitas yang harus dipenuhi oleh calon mitra LPDB-KUMKM, kami sudah membuktikan bahwa berbagai persyaratan yang diajukan tidak sulit dipenuhi,” ujar Supriyanto.

Menurutnya, berbagai persyaratan yang dipersyaratkan oleh LPDB-KUMKM dalam pengajuan pinjaman merupakan hal yang sangat baik untuk kemajuan koperasi itu sendiri.

“Jadi memang berpikirnya harus jernih, bahwa persyaratan daei LPDB-KUMKM ini demi kebaikan dan kemajuan koperasi dari sisi legalitas, kepengurusan, hingga manajemen usahanya, dan kami sangat bersyukur sudah terbantu,” jelas Supriyanto.(Jef)

KemenKopUKM Gencarkan Sosialisasi Pendirian Lembaga Inkubator di Kabupaten Banyumas

Purwokerto:(Globalnews.id)- Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menggelar kegiatan Sosialisasi Pendirian Lembaga Inkubator, yang diikuti perwakilan dari Dinas Koperasi dan UKM, Bappeda, dan Perguruan Tinggi se Kabupaten Banyumas

“Untuk meningkatkan daya saing nasional perlu ditumbuh kembangkan wirausaha yang tangguh, kreatif dan profesional.
Inkubator bisnis merupakan wahana yang efektif untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan, kemampuan, jejaring, dan wawasan berusaha,” ujar deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah, saat membuka kegiatan ini, di Purwokerto beberapa waktu lalu.

Kegiatan sosialisasi ini juga sebagai dukungan rangkaian acara Paten Goes To Campus di Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan Universitas Peradaban di Bumiayu.

Siti Azizah memaparkan jumlah UMKM di Indonesia hingga saat ini sebanyak 64,2 Juta Unit. Namun dari jumlah tersebut, hanya 17,45% yang memiliki jiwa kewirausahaan, sedangkan sisanya 82,15% belum memiliki jiwa kewirausahaan. “Hal ini menunjukkan kualitas UMKM Indonesia masih harus ditingkatkan,” ungkap Siti Azizah.

Terlebih lanjut Deputi Siti Azizah, hasil survei World Economic Forum pada bulan Agustus 2019 menyebutkan sebanyak 35,5% pemuda usia 15-35 tahun di Indonesia ingin menjadi wirausaha, atau 1 dari 3 di Indonesia pemuda ingin menjadi wirausaha.

Dengan adanya peluang bonus demografi dari kalangan Pemuda Indonesia pada Tahun 2030, maka pemerintah berusaha untuk mengembangkan potensi besar tersebut melalui pemberdayaan dan pengembangan kepemudaan di bidang Kewirausahaan. Salah satunya melalui penyelenggaraan inkubasi bisnis melalui lembaga inkubator.

“Inkubator Bisnis merupakan tuntutan dari perkembangan ekonomi global yang terjadi karena adanya perubahan yang cepat dan signifikan di bidang teknologi, telekomunikasi, digitalisasi, dan adanya deregulasi dan globalisasi,” kata Deputi Bidang Kewirausahaan Siti Azizah.

Menurut Siti Azizah, perubahan tersebut memaksa adanya perubahan pada setiap pelakunya mulai dari skala negara, perusahaan/organisasi, dan individu.

Lebih lanjut Azizah mengatakan bahwa saat ini jumlah lembaga Inkubator dan tenant yang sudah mendaftarkan diri melalui Sistem Pendaftaran Informasi dan Evaluasi Inkubasi (SIPENSI-KUMKM), data pertanggal 2 Juni 2022 terdaftar sejumlah 134 lembaga Inkubator dan 824 tenant binaan.

Dari jumlah tersebut, sekitar 90% lembaga inkubator yang berdiri di Indonesia didirikan oleh Perguruan Tinggi dan Swasta. Sementara PP 7/2021 mengamanahkan bahwa Pemerintah Daerah harus membentuk dan mengembangkan lembaga inkubator paling sedikit 1 (satu) lembaga inkubator oleh Pemprov dan 1 (satu) lembaga inkubator oleh Pemda Kab/ Kota, serta memfasilitasi Inkubasi minimal 50 Tenant/Tahun oleh Pemprov dan 20 Tenant/Tahun oleh Pemda Kab/Kota.

“Sehingga harapannya dengan adanya Sosialisasi ini, bisa segera menjalankan amanat PP 7/2021 untuk membentuk dan mengembangkan lembaga inkubator dan tenant,” kata Siti Azizah.

Dengan terbitnya PP 7/2021 dan Permenkop UKM Nomor 3 Tahun 2021, maka Kemenkop dan UKM diamanatkan menjadi leading sector dalam pengembangan Inkubator di Indonesia. Pada pasal 135 ayat 2 menyatakan: Pemerintah Pusat (Kemenkop dan UKM) menyelenggarakan pengembangan Inkubasi secara terpadu. Artinya KemenKopUKM dalam menyelenggarakan program dan kegiatan pengembangan Inkubasi harus bersinergi dengan semua stakeholder penyelenggara inkubasi di Indonesia, termasuk Lembaga Inkubator di Pemeritah Daerah Perguruan Tinggi maupun Swasta.

Azizah menambahkan, saat ini pihaknya telah bersinergi dengan 11 Lembaga Inkubator dari 8 Perguruan Tinggi dan 3 Pemda terpilih melalui program Fasilitasi Pengembangan Lembaga Inkubator dan Fasilitasi Inkubasi usaha bagi Start-Up yang menginkubasi sekitar 284 Tenant.

Sedangkan Untuk Tahun 2022 ini Deputi Bidang Kewirausahaan direncanakan akan bersinergi dengan 32 Lembaga Inkubator yang dibagi kedalam 2 kegiatan, yaitu 10 lembaga Inkubator bersinergi untuk menginkubasi 100 StartUp, dan 22 Lembaga Inkubator bersinergi untuk pengembangan lembaga inkubatornya.

Siti Azizah berharap, dengan banyaknya Lembaga inkubator yang berdiri, dan bersinergi dengan KemenKopUKM, maka akan dapat menginkubasi sebanyak mungkin tenant/start up yang tangguh, kreatif, dan profesional. “Dan dengan banyaknya tenant/start up yang tumbuh diharapkan target pemerintah dalam RPJMN 2020-2024 terkait pertumbuhan wirausaha baru 4% dan peningkatan Rasio kewirausahaan nasional 3,95% di tahun 2024 dapat tercapai,” pungkas Siti Azizah.(Jef)

KemenKopUKM Ajak Pemda & Stakeholder Fasilitasi & Bina Startup Melalui Lembaga Inkubator

Yogyakarta:(Globalnews.id)- Bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada 20 Mei, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menggelar Program Fasilitasi dan Pembinaan Startup melalui Lembaga Inkubator di Indonesia, khususnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Upaya ini dilakukan agar UMKM mampu menangkap momentum kebangkitan ini sebagai langkah bagi kita semua dalam mempercepat pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19.

Pemprov DI Yogyakarta juga gencar melakukan transformasi digital terhadap UMKM, melalui program seperti pembuatan platform (SiBakul Jogja) dan Smart Traditional Market (Semar). Hal ini mendorong pertumbuhan indikator rasio pekerja yang menggunakan internet dalam pekerjaan utama.

Dalam sambutannya, Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah mengajak pemerintah daerah beserta stakeholder lainnya, untuk melakukan fasilitasi dan pembinaan startup secara komprehensif dan berkesinambungan melalui Lembaga Inkubator.

“Mari kita berkolaborasi dalam melakukan pembinaan startup melalui Lembaga Inkubator. Besar harapan kami dari kegiatan ini muncul solusi terbaik terkait cara yang paling optimal dalam Pembinaan, Pelatihan, Pendampingan, dan Pengembangan pelaku usaha Startup yang inovatif, produktif dan kompetitif untuk membantu percepatan pemulihan ekonomi nasional,” ucap Azizah dalam Forum Group Discussion (FGD) Fasilitasi & Pembinaan Startup di Yogyakarta, Jumat (20/5).

Penyelenggaraan FGD ini merupakan lanjutan dari kegiatan serupa yang telah dilakukan di Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Mei 2022 yang lalu. Rencananya setelah Provinsi DI Yogyakarta, akan dilanjutkan pelaksanaannya di Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 25 Mei 2022 bersama Dinas yang membidangi Koperasi & UKM. (Jef)

Kolaborasi dengan PUM Belanda, Inkubator ALEC Perkuat Program Inkubator Wirausaha LPDB-KUMKM

Jakarta:(Globalnews.id)- Program Inkubator Wirausaha Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM) terus diperkuat dengan kerja sama antar pihak yakni antara Inkubator Alif Learning Center (ALEC) dengan Progamma Uitzending Manajer (PUM) Netherlands Senior Experts.

PUM Netherlands Senior Experts merupakan salah satu lembaga non pemerintah dari Belanda yang konsen terhadap pengembangan UMKM dan kewirausahaan di berbagai negara termasuk Indonesia.

Direktur Utama LPDB-KUMKM, Supomo menyambut baik kerja sama yang dilakukan oleh ALEC sebagai salah satu inkubator yang tergabung dalam Program Inkubator Wirausaha LPDB-KUMKM Tahun 2022 yang juga merupakan Inkubator Wirausaha dari mitra LPDB-KUMKM yakni Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al-Ittifaq.

Menurut Supomo, perkembangan model bisnis agrikultur daripada Kopontren Al-Ittifaq sudah sangat baik dan menjadi role model atau contoh pengembangan bisnis pondok pesantren dengan prinsip syariah dengan badan hukum koperasi di Indoesia.

“Inilah pengembangan model bisnis yang berkesinambungan antara aspek hulu hingga hilir, fungsi ekonomi dari pada koperasi menjadi optimal, dan fungsi pembinaan dijalankan melalui lembaga inkubator. Bahkan hal ini dijadikan contoh bagi pertanian di Indonesia, yaitu korporatisasi pertanian dan holding melalui pesantren,” ujar Supomo di Jakarta.

Selain itu, dengan tergabung Program Inkubator Wirausaha LPDB-KUMKM, maka Inkubator Alif Learning Center bisa terus berkembang, dan melakukan inkubasi kepada koperasi-koperasi maupun tenant-tenant untuk meningkatkan kapasitas bisnis atau usahanya dan diharapkan kedepan bisa mengakses pembiayaan dana bergulir dari LPDB-KUMKM.

“Sektor pertanian bukan seperti kue yang bisa langsung dicetak dan terlihat hasilnya, melainkan harus matang disiapkan dari sisi SDM yakni petani, juga dari sisi komoditi dan teknologi budidayanya dan sidang sangat tepat bekerja sama dengan PUM Belanda, dan ini semakin memperkuat program Inkubator Wirausaha LPDB-KUMKM,” kata Supomo.

Terkait peningkatan kapasitas bisnis dari Kopontren Al-Ittifaq ke depan, lebih lanjut Supomo menjelaskan, LPDB-KUMKM akan selalu hadir mendampingi dari sisi bisnis dan kelembagaan koperasi sehingga dibentuklah Alif Learning Center (ALEC), sehingga akses pasar bukan hanya disupport dari sisi Ittifaq sendiri, namun juga dari pesantren-pesantren lain agar kemitraan dapat berkembang.

“Yang perlu kita lembagakan di antaranya cara bercocok tanam dan cara budi dayanya agar sama dan seragam dapat diserap oleh market,” jelas Supomo.

Selain dukungan kelembagaan, LPDB-KUMKM juga melakukan bimbingan teknis (bimtek) secara langsung, baik pendampingan secara administratif, maupun pendampingan dari sisi bisnis.

*Kerja Sama Strategis*

Sementara itu, Irvan Sadikin, Chief Financial Officer (CFO) Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al Ittifaq mengatakan, kerja sama dengan PUM Belanda sudah terjalin erat sejak tahun 2017 lalu antara Kopontren Al-Ittifaq dengan PUM Belanda.

“Kemudian di tahun 2019 kami juga berkunjung langsung ke belanda untuk melihat dan belajar bagaimana pengelolaan bisnis proses sektor pertanian dari hulu ke hilir terkait . Dan tahun 2020 Al-Ittifaq membentuk Alif Learning Center (ALEC) dan kerja sama itu berlanjut hingga melakukan remote coaching atau pelatihan jarak jauh terhadap para tenant inkubator Alec mulai dari semangat kewirausahaan, manajemen prngembangan bisnis, hingga teknik budidaya pertanian dengan total 16 pertemuan dengan para ahli dari PUM Belanda dan Alif Learning Center,” ungkap Irvan.

Kemudian, pada 2022 ini dengan tergabungnya Inkubator ALEC ke dalam Program Inkubator Wirausaha LPDB-KUMKM semakin memperkokoh kerja sama tersebut dalam hal pendampingan dan transfer knowledge.

“Dengan PUM Belanda, dan juga LPDB-KUMKM, serta Bank Indonesia, kerja sama ini ditargetkan para pondok pesantren mitra dari Kopontren Al-Ittifaq mendapatkan pelatihan dan pendampingan yang lengkap dari para ahli. Goalsnya dari kerja sama ini adalah memberikan pelatihan dan pendampingan secraa lengkap termasuk perdagangan agar para tenant inkubator ALEC dan juga mitra Kopontren Al-Ittifaq bisa meningkatkan kapasitas bisnisnya dan menjadikan kemandirian ekonomi pesantren menjadi terwujud,” papar Irvan.

Irvan berharap, kedepan kemdirian ekonomi pesantren bisa terwujud dan membuktikan diri bahwa ekonomi pondok pesantren juga bisa berkembang dengan pesat dengan sentuhan teknologi terkini, dan manajemen bisnis yang baik dan optimal.

“Harapannya kedepan bagaimana kedepan pesantren bisa berkembang secara bisnis dan juga berkembang dari sisi pengetahuan dengan teknologi terkini, dan juga berkesinambungan,” ujar Irvan.

*Kunjungan Bisnis*

Kemudian, pada pertengahan Tahun 2022, Kopontren Al-Ittifaq, bersama Inkubator ALEC, LPDB-KUMKM, dan juga Bank Indonesia akan melakukan lawatan bisnis ke Belanda.

Lawatan ke negara kincir angin tersebut untuk melakukan bussiness deals antara Kopontren Al-Ittifaq dengan perusahaan pembibitan terbesar di dunia, dan juga mengaktifkan kegiatan vokasi yakni pembelajaran di Belanda.

“Vokasi ini untuk memperdalam secara lengkap dan menyeluruh terkait manajemen bisnis dan budidaya pertanian. Jadi kunjungan bisnis dan transfer knowledge ini untuk memperdalam pengembangan bisnis pertanian dari hulu hingga hilir,” jelas Irvan.(Jef)

KemenKopUKM Dorong Kabupaten/Kota Lakukan Inkubasi untuk Tumbuhkan Wirausaha Baru


Mojokerto:(Globalnews.id)- Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim memberikan apresiasi kepada Walikota Mojokerto Ika Puspitasari, yang dengan suka cita dan semangat memberikan dukungan penuh kepada UMKM di kota Mojokerto, sehingga pada masa sulit ini bisa bertahan bahkan tumbuh melalui inkubasi bisnis penerima BPUM (Banpres  Produktif Usaha Mikro), yang dilakukan dalam upaya mencetak wirausaha baru.

“Inkubasi dalam upaya menumbuhkan  wirausaha memang sangat penting, mengingat kita memiliki  banyak sumber daya, namun sumber daya wirausaha masih kurang,” kata SesmenKopUKM Arif Rahman Hakim, dalam sambutannya pada EXPO Hasil Inkubasi Wirausaha UMKM dan Koperasi Kota Mojokerto 2021, di Sunrise Mall, Selasa (7/12/2021).

Arif mengatakan dalam rencana pembangunan periode 2020-2024, target rasio kewirausahaan mendekati 4 persen, tepatnya  3,97 persen. ” “Sekarang ini kita ada di 3,5 persen, masih dibawah Malaysia, Thailand maupun Singapura” katanya.

SesmenKopUKM menilai kegiatan EXPO yang dilakukan Pemkot Mojokerto ini sangat bagus dan  bisa didorong untuk bisa dilakukan di Kabupaten/Kota lain, agar wirausaha produktif atau wirausaha baru  bisa tumbuh, sesuai dengan target dimana harus melahirkan 500 ribu wirausaha baru pertahunnya agar bisa tercapai rasio wirausaha sekitar 4 persen di 2024.

“Minimal mereka atau para wirausaha baru ini bisa menyediakan pekerjaan untuk dirinya sendiri, syukur-syukur bisa menyerap tenaga kerja,” jelas SesmenKopUKM.

Untuk bisa melahirkan wirausaha baru ini, tentunya pendampingan harus tetap dilakukan  secara berkelanjutan.  “Kami bersyukur dalam program inkubasi di kota Mojokerto ini, ada  ekosistem pembuatan misalnya dari Bank Jatim maupun PNM (Pembiayaan Nasional Madani) yang memiliki skim kredit untuk wirausaha pemula,” kata Arif.

Lebih lanjut Arif mengharapkan, selain kegiatan kewirausahaan, pemerintah Kabupaten/Kota juga melakukan penguatan kegiatan yang  sejalan dengan kegiatan nasional. 

“Apa saja itu, ada empat. Pertama, kegiatan transformasi UMKM dari informal ke formal. Saat ini dari sekitar 65 juta pelaku UMKM baru 5 persen saja yang  mempunyai legalitas usaha. Minimal punya NIB (Nomor Induk Berusaha), PIRT (Pendaftaran Industri Rumah Tangga), juga  sertifikasi dasar yang dibutuhkan sesuai ketentuan,” terang Arif.

Kedua, lanjut Arif, kegiatan untuk mendorong agar generasi muda mau menggunakan Badan Hukum Koperasi sehingga generasi muda bisa memanfaatkan manajemen koperasi modern. Ketiga, kegiatan untuk mengembangkan kewirausahaan. Dan keempat  menciptakan ekosistem atau keterkaitan antar usaha.

“Jadi usaha mikro bisa menjadi rantai pasok usaha yang sudah berkembang,” pungkas Arif.

*Pengembangan Kedepan*

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Pemprov Jatim, Andromeda Qomariyah juga memberikan apresiasi kepada Walikota Mojokerto, yang disebutnya sebagai inovator dan kreator dalam rangka peningkatan dan pemberdayaan UMKM khususnya di kota Bumi Majapahit ini.

“Bu Walikota ini tidak saja mendampingi UMKM namun ikut juga mempromosikan dan memasarkan produk UMKM di Mojokerto,” kata Andromeda.

Andromeda menjelaskan, UMKM memiliki peran penting dalam perekonomian Jatim mengingat  kontribusinya terhadap PDRB Jatim mencapai 57,25 persen.

Menurut Andromeda, apa yang diterapkan di Kota Mojokerto ini bisa dicontoh Kabupaten/Kota lain sehingga  perekonomian Jatim khususnya UMKM bisa bangkit.

Andromeda menambahkan, pengembangan UMKM kedepan harus bisa melakukan adaptasi, karena selama pandemi ada perubahan lifestyle masyarakat, dimana semua kegiatan kini dilakukan secara online e-commerce dan cashless atau non tunai.

“Ini juga perlu disiapkan UMKM nya. Kami ada pondok kurasi, rumah digital dan kegiatan kolaborasi yang kini mutlak diperlukan agar UMKM bisa menjadi lebih kuat,” ungkapnya.

Sementara itu Walikota Mojokerto Ika Puspitasari mengatakan sejak diluncurkan pada 2019 lalu, inkubasi wirausaha Pemkot Mojokerto sudah menjaring 4.100 peserta, dimana mereka dididik untuk menjadi wirausaha baru. 

” Sudah banyak beragam jenis produk yang dihasilkan mulai dari kuliner, kerajinan, batik, sepatu dan alas sepatu. Dari ratusan produk  ini udah di sinergikan dengan beberapa marketplace baik lokal maupun melalui laman LKPP.,” jelas Walikota yang akrab dipanggil Ning Ita.

Sejauh ini Pemkot Mojokerto sudah melakukan kurasi terhadap 1.890 UMKM yang dinyatakan lulus dari proses inkubasi.

“Semua itu berujuan untuk mendukung kota Mojokerto sebagai Kota UMKM  berbasis wisata budaya, karena memiliki historis dengan Bumi Majapahit. Dalam produk inkubasi wirausaha seluruh peserta kami dorong menjadi anggota koperasi. Kami bentuk sektor dan bidang sesuai jenis produksinya. Dengan melakukan kolaborasi semua pihak termasuk KemenKopUKM dan Dinas Koperasi dan UKM Jatim, hasil inkubasi saya harapkan tidak saja menguasai pasar domestik namun juga pasar regional bahkan go internasional,” pungkas Ning Ita.(Jef)

KemenKopUKM Fasilitasi Inkubasi Wirausaha Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Wirausahawan

Jakarta:(Globalnews.id)-Kementerian Koperasi dan UKM memberikan Fasilitasi Inkubasi Wirausaha kepada lembaga inkubator terpilih agar kualitas dan kuantitas penyelenggaraan inkubasi usahanya semakin meningkat.

Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UKM Siti Azizah dalam acara Penyerahan Simbolis Fasilitasi Inkubasi Wirausaha di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2021 beberapa waktu lalu mengatakan penerima manfaat langsung dari kegiatan ini adalah Tenant/Start-up yang akan di inkubasi melalui lembaga inkubator terpilih.

“Mereka akan mendapatkan fasilitasi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kelembagaanya sehingga dapat memberikan pendampingan yang maksimal kepada wirausaha serta akan mendapatkan peringkat Lembaga inkubator yang meningkat,” katanya.

Penerima manfaat tidak langsung dari kegiatan ini adalah Pemerintah baik pusat dan daerah karena mendukung program kewirausahaan nasional dan upaya meningkatkan rasio kewirausahaan nasional. Selain itu untuk akademisi dan masyarakat umumnya dapat dijadikan tambahan informasi dan pengetahuan mengenai inkubasi usaha. Sementara bagi pelaku KUMKM dapat menjadikan kegiatan ini sebagai referensi untuk memilih Lembaga inkubator mana yang akan dijadikan tempat untuk melakukan inkubasi produk usahanya.

Salah satu penerima program Fasilitasi Inkubasi Wirausaha Tahun 2021 kepada Inkubator Pengembangan Kewirausahaan dan Bisnis adalah Universitas Hasanuddin yakni sebesar Rp. 699.259.000,-.

Program tersebut untuk menginkubasi 10 tenant guna mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Dalam hal ini diperlukan suatu upaya untuk mendorong pertumbuhan jiwa kewirausahaan masyarakat dan pelaku usaha, agar cepat beradaptasi dengan perubahan iklim bisnis yang ada,” katanya.

Tercatat target yang dicanangkan pada tahun 2021, rasio kewirausahaan mengalami peningkatan dari 3,47% menjadi 3,55% dan diharapkan pada tahun 2024 menjadi 3,95%.

“Dan Fasilitasi Inkubasi Wirausaha ini agar dapat digunakan sebagai tools pengembangan usaha. Kami berharap semangat untuk berwirausaha dapat ditularkan kepada yang lainnya sehingga wirausaha yang lainnya ikut berkembang bersama-sama,” katanya.

Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah juga mengucapkan selamat atas terpilihnya Lembaga Inkubator Pengembangan Kewirausahaan dan Bisnis Universitas Hasanuddin sebagai Lembaga pelaksana Fasilitasi Inkubasi Wirausaha Tahun Anggaran 2021.

“Harapan kami kegiatan ini dapat menjadi momen kebangkitan Start-Up (wirausaha pemula berbasis teknologi) di Indonesia dan akselerasi ekonomi secara nasional ditengah Pandemi Covid- 19 dalam memperkuat dan mengembangkan UMKM Unggulan Indonesia,” katanya.

Sebagaimana diketahui Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 (PP 7/2021) tentang Kemudahan, Pelindungan, Dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM, Pasal 134 ayat 5 mengamanatkan bahwa Penyelenggaraan inkubator harus berpedoman kepada Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) tentang Penyelenggaraan Inkubasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 134 ayat 4 Kementerian Koperasi dan UKM diamanatkan untuk menyelenggarakan kurasi dan mengumumkan kepada masyarakat mengenai pemeringkatan lembaga inkubator.(Jef)